Apa yang akan kalian pilih? antara persahabatan dan nyawa? dimana saat kalian tidak ingin kehilangan teman-teman, tapi kamu juga tidak ingin kehilangan nyawamu. apa yang akan kalian pilih?
permainan ini mengatakan bahwa jika kami menang, mereka akan membebaskan kita. namun aku sendiri juga tidak yakin jika mereka akan melepaskan kami dengan mudah begitu saja. kami harus kehilangan teman-teman, kehilangan harapan, putus asa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bada'ah Hana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BONEKA
Pagi harinya, para pemain memulai hari mereka seperti biasanya. Mandi dan sarapan bersama di cafetaria hotel. Beberapa boneka seperti biasa akan selalu menyiapkan makanan mereka. Saat pagi hari, para pemain akan diminta datang ke cafetaria untuk sarapan.
Untuk siang dan malam hari, para pemain akan berada di kamar mereka untuk makan serta beristirahat setelah permainan selesai. Kali ini, Ela dan Gita terlambat datang ke cafetaria. Untung saja, makanan masih tersisa untuk mereka.
Cafetaria saat ini sangat sepi. Tidak ada suara seperti saat mereka datang pertama kalinya. Meskipun hanya tersisa lima orang, mereka lebih banyak diam daripada mengobrol saat makan. Karena, satu larangan saat makan di cafetaria adalah tidak boleh berbicara saat makan.
Berbeda saat berada di kamar. Mereka bebas berbicara meskipun sampai berteriak hingga terdengar dari kamar sebelah. Para boneka tidak memperdulikan untuk secara pribadi. Namun, cafetaria dianggap tempat umum oleh mereka. Sehingga para boneka yang bertugas akan melarang mereka untuk tidak berisik.
Jam menunjukkan pukul 9 pagi. Ponsel para pemain mulai berdering bersamaan dengan suara dari mikrofon yang letaknya sekarang lebih dekat dari sebelumnya. Para pemain melihat ponsel mereka kembali menyala. Terlihat sebuah gambar dadu yang mulai berputar.
Dadu tersebut mulai berhenti di angka 6. Dibawahnya terdapat tulisan 'permainan snakey'. Ada pula beberapa aturan di dalamnya. Pertama, mereka akan diminta mencari barang di 5 lorong. Salah satu lorong memiliki tombol tanda kemenangan para pemain jika mereka menekannya.
Tombol itu akan berbunyi saat ditekan dan permainan akan selesai. Para pemain dilarang untuk membuat suara aneh agar tidak terdengar oleh lawan. Pihak pembuat permainan tidak menunjukkan bagaimana ciri-ciri dari lawan yang akan mereka lihat.
Yang pasti, lawan mereka sangat sensitif dengan suara berisik meskipun hanya bernafas. Para pemain di beri waktu 1 jam untuk bisa menyelesaikan permainan. Permainan akan berlangsung di lantai 2, dimana hanya lantai tersebut yang memiliki 5 lorong. Sementara lantai 1 memiliki 6 lorong. Sedangkan lantai 3 sampai dengan lantai 5, lorongnya hanya berkisar 2 hingga 4 lorong saja.
Para pemain diminta untuk memilih senjata yang akan mereka gunakan untuk melawan. Ada 10 senjata yang diantaranya adalah pistol, pisau daging yang berukuran cukup besar, pedang, obeng, pisau dapur, bolpoin yang memiliki mata pena terbuat dari besi tajam, tali besi, gergaji mesin, tongkat besi, serta penggorengan.
"Obeng? Apa kita bakal gunain ini untuk membuka sesuatu?" Tanya gadis berambut hitam yang duduk di sebelah Zayyan.
"Penggorengan juga. Aku gak yakin kenapa wajan termasuk senjata." Kata Alex.
"Mungkin mereka penggemar Rapunzel." Jawab Ela sembari terkekeh geli.
"Mungkin. Tapi, aku gak mau penggorengan. Aku lebih suka kalau alat ini digunakan untuk memasak bukan senjata." Ucap Alex.
Para pemain terkekeh sebentar sebelum akhirnya menuju tempat permainan. Pada pemain menuju lantai 2 dimana 5 lorong yang hanya memiliki penerangan minim. Sebelum permainan dimulai, para pemain mengambil senjata masing-masing.
Alex dengan pistol, Kenji dengan katana, Zayyan dengan tongkat besi, Gita dengan pisau daging dengan ukuran cukup besar, sementara Ela mengambil penggorengan dan obeng.
"Aku gak berpikir ada yang lebih bodoh dariku." Ledek Alex saat melihat Ela mengambil dua alat tersebut.
Gadis itu hanya tersenyum sembari mengayunkan penggorengan tersebut. Kedua mata gadis itu terbuka lebar dan senyumnya mulai merekah. Dia tampak senang saat berhasil mengayunkan penggorengan tersebut.
"Wah kamu mulai merasa senang sekarang?" Kali ini Kenji yang meledek Ela.
"Pas banget buat mukul kalian. Plak dan bang! Gitu."
Jawaban Ela membuat semuanya tertawa. Beberapa saat kemudian, para pemain mulai melancarkan aksi mereka menuju lorong di lantai 2 tersebut. Zayyan menuju lorong 2, Alex menuju lorong 3, Kenji menuju lorong 5, Ela menuju lorong 4 dan Gita menuju lorong 1.
Ela dengan santai berjalan ke lorong 4. Gadis berambut hitam itu nampak senang dengan pilihan senjatanya. Meskipun dia dijadikan bahan tertawaan, Ela merasa senang teman-temannya bisa kembali tertawa seperti biasa sebelum kepergian Kiki.
Akan tetapi, Ela juga harus berhati-hati dengan musuh yang akan dia lawan. Sesekali Ela menoleh ke belakang. Untuk memastikan apa ada yang mengikutinya atau tidak. Namun, mengingat aturan permainan, Ela harus lebih banyak diam.
Sepatu telah dia lepas agar memastikan tak ada suara saat berjalan. Teman-temannya pun juga sama. Tetapi, Ela tidak yakin apakah ada diantara mereka yang akan tertangkap. Di peraturan, musuh mereka tidak bisa melihat. Tetapi, sangat sensitif dalam mendengar.
Ela berpikir dalam benaknya bahwa dia akan berusaha untuk mencari tombol yang terletak di ujung lorong dan kembali dengan aman. Gadis dengan rambut hitam itu berusaha untuk tidak menguat suara, serta tidak membuat rasa panik dalam dirinya.
Sementara itu, Zayyan juga dengan santai berjalan di lorong. Bahkan, dia hampir tertabrak dengan seseorang. Bukan temannya, melainkan musuh sebenarnya. Seorang pria berusia 20 tahun dengan pakaian lusuh.
Mata pria tersebut tertutup oleh kain yang tebal. Bahkan kedua tangannya hanya tersisa tulang belulang. Bagian kaki, hanya sebelah yang masih utuh. Sebelah lagi sudah terpotong dan digantikan oleh kayu yang berdiri menompang tubuhnya.
Bahkan yang membuat Zayyan merinding adalah, kaki pria tersebut terdapat paku yang menancap. Sehingga kayu tersebut dapat menompang tubuhnya serta menjadi kaki untuknya. Zayyan berusaha tidak membuat suara, dia menahan sebisa mungkin nafasnya.
Hingga pria besar tersebut pergi jauh dari Zayyan. Meskipun Zayyan bisa lega, dia tidak bisa bernafas secara lega karena takut membuat suara. Jadi, secara perlahan Zayyan mengeluarkan nafasnya. Untung saja pria tersebut tidak menyadari adanya Zayyan yang berada dibelakang dirinya.
Sementara itu, Alex berjalan dengan pistol ditangannya untuk berhati-hati apabila ada musuh yang mendekat. Di peraturan permainan, hanya ada satu musuh yang akan mereka hadapi. Namun, saat tombol permainan ditekan, maka permainan akan berakhir.
Di sisi lain, Kenji berjalan dengan mengendap-endap. Sesekali dia menikah ke belakang, kanan dan kiri apabila ada seseorang yang mengikutinya. Dan benar saja. Seorang pria berjalan melewati lorong tersebut.
Kenji bisa melihat betapa mengerikannya makhluk satu ini. Kenji berusaha untuk tidak membuat suara apapun. Kenji melihat sosok pria tersebut sudah mulai menjauh dari dirinya ke arah lain.
Kenji bernafas lega dan mulai melanjutkan misinya. Sementara itu, Di lorong lainnya. Gita berada dalam ketakutannya. Perlahan dia berjalan sembari menoleh ke kanan, kiri dan belakang.
Gita berharap dia tidak menemukan siapapun di belakangnya. Dia benar-benar tidak tau apa yang akan dilakukan olehnya jika bertemu dengan makhluk aneh. Apalagi dengan sengaja jarak dekat seperti pisau daging ini, benar-benar membuat Gita berpikir kembali.
Dia berpikir, andai saja dia tadi mengambil pistol lebih cepat. Pasti dia akan merasa aman. Tetapi, dia harus mengalah karena Alex jauh lebih dulu mengambilnya saat Gita masih memilih senjata.
Gadis berambut coklat itu tiba-tiba mendengar suara langkah kaki. Sontak dia menoleh ke belakang, Gita bisa melihat siapa yang ada di ujung lorong. Seorang pria yang memiliki penampilan yang menyeramkan.
Gita mulai berjalan mundur dan berusaha tidak membuat suara. Tetapi, siapa sangka jika gadis tersebut malah menginjak sebuah mainan anak-anak yang diletakan dibelakangnya. Sontak Gita terperanjat dan tidak sengaja mengeluarkan suara.
"Aduh. Aku harus lari." Ucap Gita sembari mulai berlari.
Pria tersebut berteriak dan mulai mengejar Gita. Dengan rasa takut, Gita berupaya sembunyi di loker yang jaraknya tidak jauh dari dirinya. Jantungnya berdebar sangat kencang.
Gita berharap pria itu tidak menemukan dirinya. Tetapi, siapa sangka pria tersebut satu persatu membuka pintu loker. Gita benar-benar kehabisan akal untuk bisa kabur dari pria mengerikan ini. Akan tetapi, ada suara dari lorong lain yang menyita perhatian pria tersebut. Pria mengerikan itu kembali menuju lorong lainnya.
Bersambung...