NovelToon NovelToon
JAEWOO WITH LOVE FANFICTION

JAEWOO WITH LOVE FANFICTION

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Ketos / Dosen / Poligami / Mafia
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Withlove9897_1

kumpulan fic Jaewoo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Withlove9897_1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SOULMATE JAEWOO Part 002

...***...

Pertama kali Jaehyun melihatnya, adalah saat kelas sastra Inggris pada siang hari yang panas dan membosankan.

Dia sedang―tidak―mendengarkan penjelasan Profesor Choi mengenai sonet (sonet: Suatu bentuk tetap puisi liris yang terdiri dari empat belas garis, biasanya ditulis dalam pentameter jenis garis metrik yang digunakan dalam puisi dan drama syair tradisional Inggris)

Jaehyun sibuk mengibas-kibaskan tangannya di depan muka. Suasana kelas tenang dan sunyi, khidmat seperti upacara bendera. Profesor Choi terkenal killer dan tidak ada yang berani mengetes sejauh mana kesabarannya. Tidak ada yang menarik, sungguh. Kelas sastra masih tetap membosankan seperti biasanya.

Hingga pintu kelas diketuk pelan, dan perhatian semua orang tertuju ke sana. Siapa yang berani datang setengah jam setelah kelas dimulai? Tindakan konyol.

"Masuk!" Profesor Choi berujar dengan suaranya yang dalam. Mukanya ditekuk tidak senang. Jaehyun dan yang lain menunggu dengan antisipasi, bersorak dalam hati, akan ada tontonan menarik sebentar lagi.

Siapa orang yang cukup bodoh untuk mengganggu Profesor saat mengajar?

Pintu dibuka dan dia melangkah masuk, setelah menganggukkan kepala dengan hormat. Seorang pemuda berparas cantik dan berperawakan ramping. Jaehyun hampir tidak percaya dia memakai sweater, bahkan di hari sepanas ini. Gila.

"Oh, kau, Kim." Jaehyun sedikit kecewa karena tidak jadi menyaksikan Profesor Choi memarahi orang di depan kelas.

Kemudian pada pertemuan berikutnya Jaehyun tahu siapa pemuda bernama lengkap Kim Jungwoo itu.

Saat itu Jaehyun tidak begitu memperhatikannya, sungguh. Dia hanya mengenali Jungwoo sebagai seniornya, asisten Profesor Choi. Tidak ada yang aneh dengan pemuda itu, kecuali kebiasaannya memakai sweater usang. Selanjutnya hari-harinya berjalan normal, dengan waktu yang terus bergulir konstan.

Taeyong semakin dekat dengan Siwon. Jaehyun bahkan membantu sahabatnya memindahkan barang-barangnya ke apartemen Siwon. Sebenarnya dia tidak setuju dengan keputusan itu, tapi ia tidak bisa berbuat banyak. Siwon tidak seperti tampilan luarnya; ia bukan tipe pelaku perbuatan mesum di kereta. Setidaknya Taeyong bilang dia tidak pernah mencoba berbuat macam-macam. Atau mungkin ia terlalu malas melakukannya, pikir Jaehyun.

Beberapa bulan berlalu dan Jaehyun masih tidak menemukan sesuatu yang cukup menarik dari diri Kim Jungwoo untuk ia perhatikan.

Sampai kemudian ia terlambat masuk kelas dan bertatapan dengan sepasang mata pemuda itu yang mencengangkan.

Saat itu sweater usang milik Kim Jungwoo tak lagi terlihat begitu usang baginya, malah cocok dengan tubuh pemuda itu. Dan suara ketus pemuda  itu― ah, Jaehyun jadi membayangkan Jungwoo berbisik di telinganya, seperti bagaimana ia berbisik kepada Profesor Choi. Bedanya Jaehyun tidak akan mendengar bisikan tentang silabus mata kuliah, melainkan kata-kata godaan dan desahan― whoops!

Jaehyun tidak mengerti, tiba-tiba saja Jungwoo terlihat begitu menarik baginya.

Sampai ia berdiri di hadapannya dan menjadi saksi kunci jatuhnya jam dari pergelangan tangan Jungwoo. Jam dengan digit angka berupa garis-garis samar yang terlihat. Jaehyun menarik wristbandnya dan jam sialan miliknya juga jatuh, beradu dengan jam Jungwoo.

Jaehyun tidak bisa melupakan ekspresi wajah Jungwoo saat itu. Mukanya merah seperti kepiting rebus. Matanya membulat seperti kelereng. Sebelum salah seorang temannya menyeru pada Jaehyun untuk mencium Jungwoo, percayalah, tangannya lebih dulu gatal untuk memeluk pemuda di hadapannya. Jaehyun menahan diri karena yakin Jungwoo tidak akan menghargai perbuatannya. Jadi Jaehyun tersenyum dan memegang janji Jungwoo untuk bicara lagi nanti setelah kelas berakhir. Ia bahkan melupakan kekesalannya akan omongan pedas pemuda itu.

Mino tidak berhenti menggodanya, memainkan kedua alisnya dengan jenaka. Bahkan sebelum berlari keluar kelas ia menyalami Jaehyun dan menyelipkan sebuah kondom. That bastard! Jaehyun hanya tertawa, meninju lengan Mino main-main.

Jika Jungwoo cukup terkejut dan kehilangan sikap dinginnya saat jamnya terjatuh tadi, maka Jaehyun tidak tahu harus menyebut apa Jungwoo yang sekarang. Mukanya memerah, tentu saja. Tangannya juga agak gemetar. Tapi begitu Jaehyun menghampiri meja dosen, meletakkan kedua tangannya di atas meja dan bersandar, bahkan untuk memasang kembali tutup pena pun Jungwoo tidak bisa.

Akhirnya Jaehyun merebut pena itu dari tangannya (sengaja menyentuhkan jemari mereka), menutupnya, dan meletakkannya di tempatnya. Di saku kemeja Jungwoo. Jaehyun berani bersumpah telah merasakan debaran yang begitu cepat teraba di ujung jarinya.

"Kau bilang ingin bicara?" Jaehyun bertanya, mencoba untuk terdengar kasual. Padahal ia sangat ingin menggoda pemuda di hadapannya yang terlihat begitu menggemaskan; gugup, muka merah, dan sebagainya.

"Kau pasti begitu begitu terkejut, tidak menyangka akan berpasangan dengan kapten tim football sekeren diriku, kan?" Jaehyun menambahi, tiba-tiba ingat bagaimana Kim―Jungwoo―mengejeknya tadi. Ironis sekali ternyata mereka adalah pasangan.

Dengan kondisi Jungwoo yang gugup dan muka merah seperti itu, Jaehyun tidak menyangka akan mendapatkan pukulan cukup keras pada puncak kepalanya, menggunakan diktat tebal yang berisi bahan kuliah.

"Bodoh!" Dan pasangan takdirnya pergi meninggalkannya begitu saja.

Jaehyun mengejarnya, tentu saja. Sesakit apa pun kepalanya saat itu, ada yang jauh lebih penting. Karena ini menyangkut masalah takdir!

Dari cara Jungwoo mengejeknya di kelas tadi, Jaehyun tahu pemuda itu memiliki masalah kepribadian. Sialnya lagi, ternyata dia pasangan takdirnya.

Jaehyun harus menepuk pundaknya sendiri dengan gestur simpati. Ia tahu hari-hari ke depan tidak akan mudah.

Jungwoo tidak sempat pergi jauh, karena dia bertubrukan dengan segerombolan atlet football pada persimpangan koridor. Jatuh ke belakang dengan tidak elegan dan membuat kertas-kertasnya tersebar.

Jaehyun meringis melihatnya. Karena, well, melihat jatuhnya saja sakit, apalagi merasakannya sendiri.

"Hei, kau baik-baik saja?" Seketika Jaehyun melupakan denyut nyeri di kepalanya. Jaehyun berjongkok di dekat Jungwoo dan membantu mengumpulkan kertas-kertasnya.

"Kau mengenal orang ini, Jae? Tadi siang dia juga bertabrakan dengan kami, aku kira ia melakukannya dengan sengaja. Akhir-akhir ini memang banyak fans yang mencari perhatian dengan cara yang aneh."

Jaehyun baru akan membalas, tapi ia lebih dulu melihat urat berkedut pada pelipis Jungwoo dan memutuskan untuk diam.

"Son of bitch! Kalian yang jalan tanpa melihat sekeliling! Kalian kira ini lapangan football, seenaknya saja!"

"Wow, wow, tunggu dulu, freak! Jelas-jelas kau yang berlari tanpa melihat-lihat."

"Asshole!"

Satu hal baru tentang Jungwoo yang Jaehyun pelajari hari itu; dia bisa mengumpat dengan lancar seperti pelaut. Kebanyakan dalam istilah yang tidak Jaehyun ketahui. Akhirnya Jaehyun menahan Jungwoo―yang ternyata bertubuh kecil di balik sweater kebesarannya―agar tidak maju dan menantang teman satu timnya berkelahi. Jungwoo tidak mungkin menang melawan Johnny.

"Ah, aku sempat bertanya-tanya, pelaut mana yang tersesat di tempat ini, ternyata itu kau, Puppy. Apa yang membuatmu mengumpat hingga mulutmu berbusa-busa?" Dan Lucas, pemuda bergaya flamboyan muncul.

Jaehyun pernah melihatnya dalam seminar Profesor Choi. "Oh? Kulihat kau berpapasan dengan para atlet football lagi? Apa pada akhirnya tulangmu patah juga?"

"Fuck!" Sasaran kemarahan Jungwoo pun berganti.

Jaehyun menyuruh teman-temannya untuk pergi setelah memaksa mereka minta maaf pada Jungwoo, meski jelas-jelas ini salah Jungwoo yang tidak memperhatikan jalan.

Kemudian ia dan Lucas―Jaehyun tahu namanya dari sampul buku yang ia pegang―membantu mengumpulkan kertas-kertas Jungwoo yang tersebar di sekitar mereka. Sementara pemuda itu sibuk mengusap-usap bahunya, sesekali merintih pelan. Jaehyun mulai curiga kalau tulangnya benar-benar patah karena tumbukan keras dengan Johnny tadi.

"Perlu aku mengantarmu ke orthopedi, Puppy? Sepertinya sakit." Lucas menerima kertas-kertas dari Jaehyun, kemudian bangkit dan menghampiri Jungwoo. Tangannya yang bebas terulur dan menyentuh bahu Jungwoo, membantu mengusap-usapnya. Jungwoo terlihat tidak senang dengan tindakannya, menepisnya pelan.

Sementara itu Jaehyun melihatnya dengan sedikit kesal. Cemburu?

"Sebentar! Apa yang terjadi, mana jammu? Apa tumbukan tadi begitu keras hingga menanggalkan benda itu?!" Lucas berseru panik.

Seketika itu Jungwoo menggenggam pergelangan tangan kirinya, tempat jam terpasang sebelumnya; dan mukanya memerah.

Oh, Jaehyun tidak akan pernah bosan melihat rona itu.

"I-itu… jamku―"

"Jam kami terlepas di kelas tadi, Mr Lucas." Jaehyun tersenyum, memanfaatkan kesempatan untuk mendekat ke arah Jungwoo dan merangkul pundaknya. Karena dia tidak suka melihat orang lain dekat-dekat dengan pasangannya.

"Kau tidak apa-apa, Jungwoo? Aku bisa mengantarmu ke orthopedi."

Lucas mengerjapkan sepasang matanya dengan tidak percaya. Jaehyun menyeringai dalam hati melihatnya.

"A-apa kalian sedang bercanda? Tapi― tapi kau bahkan tidak tahu kapan akan bertemu pasanganmu, Jungwoo!"

"Dan itu bisa terjadi kapan saja, kan? Kenapa kau begitu terkejut? Bukan jammu yang tiba-tiba jatuh tanpa kau ketahui." Jaehyun menyela. Dia tidak menyukai Lucas. Apalagi pemuda itu terlihat akrab dengan pasangannya.

"Tapi… tapi tidak mungkin kau mendahuluiku bertemu pasangan hidup! Kau―mmph!"

Muka Jungwoo masih merona merah saat ia membungkam mulut Lucas sekaligus mendorongnya dengan keras. Jaehyun mencatat dalam hati untuk tidak mengganggu pemuda itu terlalu jauh.

Selain memiliki masalah kepribadian, sepertinya dia juga ringan tangan. Jaehyun bisa melindungi dirinya sendiri, tentu saja. Dia hanya tidak berniat untuk berkelahi dengan pasangan yang menjadi takdirnya, orang yang akan menghabiskan hidup bersamanya.

Tidak saat mereka masih asing satu sama lain. Setidaknya Jaehyun harus mengenal Jungwoo lebih jauh sebelum mereka memutuskan untuk beradu tinju.

"Diam, bodoh! Apa kau tak pandai menilai situasi?! Aku mau pulang." Jungwoo merebut kertas-kertasnya dan melenggang pergi.

"J-Jungwoo! Kau bilang kita akan bicara! Sayang!"

Untuk kedua kalinya Jaehyun pergi mengejarnya hari itu.

...TBC....? ...

1
🌸 Airyein 🌸
Buset bang 😭
🌸 Airyein 🌸
Heleh nanti juga kau suka. Banyak pula cerita kau woo
🌸 Airyein 🌸
Bisa bisanya aku ketinggalan notif ini
Novita Handriyani
masak iya tiap kali selesai baca harus ninggalin jejak, Thor. saya hadir ✋️
Novita Handriyani
ngga suka cerita sedih
Novita Handriyani
kayaknya pernah baca nih cerita
kebikusi
astaga cerita ini mau dibaca berapa kali kok tetep bikin berkaca-kaca ya, untung banget punya otak pikunan jadi setiap baca selalu ngerasa kaya buat yang pertama kalinya.. NANGIS
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!