Trauma masih saja datang menghampirinya, bahkan ini sudah 7 tahun yang lalu Sihyun masih belum bisa melupakan kejadian mengerikan yang terjadi pada dirinya saat itu.
Sesekali dia ingin melakukan cara untuk balas dendam namun tak tahu cara memulainya. ketika suatu hari dia mengetahui bahwa bos di perusahaannya adalah suami temannya. Terlintas dalam pikiran Sihyun untuk melakukan balas dendam lewat suami temannya.
Bagaimana kisahnya....?
Simak saja langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurmaMuezzaKhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Berdebat
Tap.. Tap.. Tap..
"Eh, Taejun? Kamu baru pulang, nak?" Tanya sang bunda.
Taejun pun mengangguk pelan. "Iya, bun. Aku habis lembur karena sekarang hari libur." Ucapnya.
"Sini bentar, bunda mau ngomong." Menarik Taejun untuk duduk di sofa bersamanya.
Saat itu juga Taejun menatap bundanya dengan fokus, dia penasaran tentang apa yang akan di bicarakan oleh sang bunda.
"Bunda kemarin sudah berbicara dengan Jiyun, dia pun mengiyakan kalau setelah habis kontrak ini dia akan melakukan program hamil.
Mendengar itu, reaksi Taejun berbeda dengan yang Inha harapkan, Taejun mematung terkejut dengan dahi mengerut. "A-apa? Ah, maksudku apa dia berkata serius?
"Entahlah, bunda harap dia serius dengan ucapannya, bunda tak sabar ingin segera menimang cucu." Ucapnya menatap heran sang putra.
'Ada apa ini? Kenapa reaksiku biasa saja? Bukankah kemarin-kemarin aku sangat menantikannya, tapi kenapa sekarang mendengarnya membuatku tak bersemangat.' Ucap batinnya.
Melihat sikap sang putra, Inha pun langsung menepuk pelan pundak Taejun. "Ada apa? Apa kau tak senang? Bukankah ini yang kamu harapkan, nak?"
"Ah, aku senang kok, bun. Mungkin aku sedikit lelah saja, boleh aku langsung ke kamar?" Tanyanya di akhir kata.
"Baiklah. Jika kamu lapar, bunda sudah siapkan sarapan untukmu, nanti makan saja."
Taejun pun mengangguk dan beranjak dari duduknya, dia melangkahkan kakinya lalu pergi menuju kamar miliknya.
Saat tiba di depan pintu kamar, Taejun memegang gagang pintu lalu tiba-tiba dia berhenti. "Apa yang sedang Jiyun katakan..?" Gumamnya menempelkan telinga mendengarkan di balik pintu.
Dan di dalam kamar.
"Sialan, aku masih saja tidak mengingat malam kemarin. Siapa pria itu? Aku samar-samar melihatnya karena mabuk." Gumamnya panik sambil menggigit ujung kuku tangannya.
Ya, dan benar saja. Jiyun nampak gelisah sedari tadi, dia tidak bisa makan dengan benar dan terus mencoba mengingat malam-malam kemarin.
"Arrrggghhh, aku hanya mengingat saat terbangun aku sudah tak memakai sehelai benangpun." Pekiknya pelan dengan kesal.
Ceklek.
Pintu kamar pun terbuka, Jiyun melonjak terkejut saat ada seseorang yang masuk ke dalam kamarnya. "Haish.. Kukira siapa!!"
"Hm? Kenapa kamu terkejut, sayang?" Ucap Taejun dengan ekspresi tenangnya.
"Ah, aku.. Aku barusan habis selesai mandi, jadi wajar dong kalau aku terkejut. Kamu sih gak ketuk pintu dulu." Jawabnya sambil memanyunkan bibirnya.
Perlahan Taejun melangkahkan kakinya mendekat ke arah Jiyun, ekspresinya yang datar membuat Jiyun menatap aneh sang suami.
"A-ada apa?" Tanyanya gugup.
"Kau sangat sexy sayang, kalau tidak lelah.. Aku akan menggempurmu sekarang juga, hanya saja aku lelah dan ingin tidur." Ucap tiba-tiba. Jiyun berpikir kalau Taejun akan marah padanya, namun sepertinya Taejun tak mendengar apapun yang dia ucapkan tadi.
Greb.
"Sayang, satu minggu lagi aku pergi ke australia. Bolehkan kalau kita liburan dulu di sini, aku ingin kita bersenang-senang dulu, liburan ke pulau jeju lalu jalan-jalan ke menara namsan dan--
"Ya, akan ku pikirkan nanti. Sekarang aku mau mandi dan lanjut tidur." Mengurai pelukan Jiyun.
Saat itu juga Jiyun menatap aneh sang suami, tidak biasanya Taejun bersikap acuh seperti ini. "Sayang, kau kenapa sih? Pulang-pulang memberiku ekspresi seperti ini? Kau bosan padaku?!" Pekiknya.
Taejun memutar bola matanya, dia pun menghela nafasnya sejenak sebelum berbicara. "Haish.. Aku habis kerja, cape. Aku mau mandi Jiyun, jangan mengajaku berdebat, ini masih pagi."
Tangan Jiyun mulai mengepal, dia langsung memberikan ekspresi marah pada Taejun. "Ah, sepertinya kau menyembunyikan sesuatu dariku, kan? Kau habis berselingkuh? Dan wanita itu si manajer sialan itu, kan?" iya kan?
"Cukup! Bukannya harusnya aku yang mempertanyakan ini? Aku yang selingkuh atau kau yang sudah tidur dengan pria lain?" Timpalnya.
Deg.
Mendengar ucapan Taejun, Jiyun pun langsung mematung terkejut. Dalam hati Jiyun bertanya-tanya, apakah Taejun mengetahui sesuatu atau lebih dari itu.
"A-apa maksudmu..?"
"Gak enak kan? Aku saja tidak bertanya ini itu saat kau kemarin pulang pagi-pagi, tapi kau bertanya padaku yang sudah tahu kalau aku ini habis lembur. Sudahlah, aku cape." Mendorong pelan Jiyun untuk menyingkir.
Tangan Jiyun mengepal, rahangnya pun mengeras karena kesal. "Sial, kukira Taejun mendengar ucapanku tadi. Haish.. Aku malah mengajaknya berdebat, lagi.
"Sepertinya aku harus mencoba bertemu dengan Kim Sihyun, entah kenapa nama itu membuatku kepikiran." Gumamnya.
To be continue.
