Karena takut dikeluarkan dari sekolah dan dicabut beasiswanya, Dara terpaksa menyembunyikan kehamilan dan melahirkan bayinya di sekolah.
Dara tidak sendirian tapi dibantu oleh ayah sang bayi dan anggota geng motornya. Bisakah mereka menyembunyikan dan membesarkan bayi itu sampai mereka semua lulus sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Modus Buaya Darat
Dara pikir kalau dia tidak akan pernah bertemu dengan Galang lagi. Tapi, ternyata dia salah karena keesokan harinya, Galang kembali menemuinya di perpustakaan.
Bahkan kali ini pemuda itu memberi Dara sebuah ponsel.
Ketika Dara ingin mengambil buku tiba-tiba Galang sudah ada di sela rak buku yang membuatnya kaget.
"Apa yang kau lakukan di sini?" bisik Dara karena mereka di perpustakaan yang tidak boleh ada keributan.
Akhirnya Galang membawa Dara ke atap sekolah.
"Ini untukmu," ucap Galang seraya memberikan kotak ponsel keluaran terbaru.
"Maaf ini untuk apa, ya?" Dara justru bingung karena Galang tiba-tiba memberinya sebuah ponsel.
"Supaya kau bukan satu-satunya manusia di dunia ini yang tidak mempunyai ponsel," jawab Galang.
"Cepat buka!"
Dengan wajah bingungnya, Dara membuka kotak ponsel dan melihat sebuah benda pipih berwarna soft pink. Sudah jelas kalau Galang memang membelinya untuk dipakai perempuan.
"Aku sudah mendapat fasilitas belajar dan internet di sekolah ini, aku rasa tidak perlu memakai ponsel," tolak Dara.
Bukannya dia tidak tahu perkembangan teknologi tapi Dara sudah mendapat laptop baru dan internet gratis di asrama jadi dia bisa mencari berbagai informasi dari sana. Kalau pun dia mempunyai ponsel, orang tuanya di kampung tidak mempunyai benda itu. Jadi, Dara pikir tidak membutuhkan ponsel untuk sementara waktu.
"Sebenarnya kau itu tahu fungsi dari ponsel atau tidak? Ponsel itu alat komunikasi jadi terima saja!" Galang tetap memaksa.
Tidak mau menerima penolakan, Galang meninggalkan Dara begitu saja.
Di dalam ponsel itu, dia sudah memasang sim card jadi Galang bisa menghubungi Dara mulai sekarang.
"Apa maksudnya? Kenapa dia memberiku ponsel dengan cuma-cuma seperti ini?" gumam Dara.
Dara membawa ponsel itu. Dia akan memberikannya pada Galang lagi kalau mereka nanti bertemu.
Ketika Dara tengah konsen mengikuti pelajaran, ponsel pemberian Galang terus bergetar dan hal itu sangat mengganggunya.
"Kenapa dia terus menggangguku," batin Dara. Dia membuka ponsel itu dan mendapat begitu banyak pesan dari Galang.
"Apa dia tidak mengikuti kelas?"
Dara pun berniat mengembalikan ponsel itu dan mencari Galang di kantin sekolah.
Di sana Galang bersama dengan Morgan dan Satria.
Kedatangan Dara menjadi pusat perhatian apalagi gadis itu mendekati meja Galang.
"Apa kau berniat untuk mengganggu supaya beasiswaku dicabut?" tanya Dara seraya meletakkan kotak ponsel di meja pemuda itu.
"Aku mohon, ini mungkin terlihat biasa bagimu. Tapi, bagiku untuk mencapai di titik sekarang aku sangat bersusah payah. Jadi, jangan ganggu aku lagi!"
Setelah berkata seperti itu, Dara pergi begitu saja, dia tidak memberi kesempatan Galang untuk membalas.
Hal itu membuat Satria dan Morgan tertawa terbahak-bahak. Untuk pertama kalinya, mereka melihat seorang Galang Bamantara diabaikan dan dikata pengganggu.
"Hahaha... perutku sakit!"
Galang merasa tidak terima, sepulang sekolah dia berniat memberi perhitungan pada Dara.
Pemuda itu menaiki motornya dan menghalangi Dara untuk masuk ke dalam asrama.
"Kau!" Dara tidak habis pikir karena lagi-lagi bertemu dengan Galang.
"Kita harus bicara!" ajak Galang. Dia memaksa Dara untuk naik ke jok belakang motornya.
"Aku tidak mau!" tolak Dara.
Namun, dengan seribu satu cara Galang tidak membiarkan gadis itu masuk, yang mau tidak mau akhirnya membuat Dara menyerah.
Galang membawa Dara pergi ke sebuah kafe, di sana dia membeli berbagai minuman dan dessert.
Sebenarnya Dara sangat ingin memakan berbagai makanan yang tersaji di depannya. Tapi, dia harus menahannya karena Galang akan merasa kemenangan kalau begitu.
"Aku harus belajar dengan sungguh-sungguh, kau tahu kan kalau mempertahankan itu jauh lebih sulit," Dara akhirnya mencoba bicara baik-baik.
"Siapa yang berpikir untuk mencabut beasiswamu? Aku hanya ingin memberi ponsel itu artinya aku mau berteman," jelas Galang.
"Itu justru terdengar aneh," balas Dara seraya meremas ujung baju seragam sekolahnya. Dia masih ingat jelas berbagai cibiran yang didengarnya.
"Aku berasal dari kampung dan dari kalangan rendahan, tidak ada yang mau berteman denganku kalau tidak mempunyai tujuan!"
Mendengar itu, Galang merasa tertampar karena memang dia mendekati Dara karena ada maunya. Dia harus membuat gadis itu luluh dan percaya padanya.
"Kau tahu kan kalau aku bodoh dan sering remedial ulangan, oleh karena itu aku bermaksud menyewamu sebagai tutor," Galang mengeluarkan ponsel yang dikembalikan dan memberikannya pada Dara.
"Anggap ini sebagai bayaran dimuka dan makanlah yang banyak supaya kau tetap pintar!"
"Tutor?" gumam Dara. Dia mulai menimang-nimang tawaran Galang itu.
"Jangan terlalu banyak berpikir," ucap Galang.
Dari pada mubazir, Dara memakan dessert dan minuman yang dibelikan Galang padanya. Gadis itu menghabiskan tanpa sisa dan tidak gengsi.
"Kita tidak boleh membuang makanan dan lain kali kau harus memesan secukupnya saja," ucap Dara memberi peringatan.
Galang selalu dibuat keheranan oleh Dara, biasanya para perempuan akan gengsi mati-matian dan cari perhatian padanya tapi Dara sungguh berbeda.
Mulai hari itu, hubungan Dara dan Galang mulai dekat.
Akhirnya dengan penuh drama, Dara menerima ponsel pemberian Galang dengan syarat pemuda itu harus belajar sungguh-sungguh dan tidak mengganggunya disaat jam mata pelajaran.
"Baiklah," ucap Galang setuju.
Dara akan belajar seperti biasanya, bedanya kali ini dia sudah mempunyai teman. Sebelum tidur, Dara akan berbalas pesan dan kadang mendengarkan Galang yang meneleponnya.
Walaupun masih merasa janggal, Dara tidak mau berpikir macam-macam. Dia akan selalu berpikir positif.
"Aku harus mengajari Galang supaya dia tidak remedial lagi," gumam Dara penuh tekad.
Namun, itu tidak mudah. Karena Galang adalah tipe murid bebal. Bahkan pengetahuan dasar pun banyak yang tidak tahu.
"Aku benar-benar tidak ingat," keluh Galang ketika diberi pertanyaan oleh Dara.
"Ini pengetahuan umum, sungguh terlalu kalau kau tidak tahu," protes Dara. Dia sampai menggelengkan kepala beberapa kali.
"Ya sudah begini saja," Dara akhirnya memberi catatan dan meminta Galang untuk menghafalnya.
"Kalau aku bisa menghafalnya, hadiahnya apa?" tanya Galang. Dia tidak mau rugi.
"Hadiahnya tentu saja ilmu pengetahuan," balas Dara.
"Maksudnya hadiah darimu," Galang menoel hidung Dara dan memandangi wajah gadis itu.
"Kita pacaran, yuk!"
Tentu saja Dara kaget mendengarnya, bisa-bisanya Galang mengajaknya berpacaran.
"Jangan bercanda," ucap Dara. Dia ingin pergi meninggalkan pemuda itu tapi Galang menahannya.
Tangan Dara dicekal lalu Galang mengecup punggung tangannya.
"Aku serius, kau saja tidak peka selama ini," ucap Galang.
"Aku akan membuktikan kalau aku bisa mendapatkan nilai bagus tanpa remedial. Dan setelah itu kau harus menjadi pacarku!"
Dara berusaha menjauhkan tangannya. "A... aku tidak tahu!"
"Kenapa tidak tahu? Aku akan menjagamu dan melindungimu, Dara! Kau harus percaya padaku," pinta Galang dengan wajah meyakinkan.
"Tidak ada anak yang akan berani denganmu lagi karena kau adalah kekasih Galang Bamantara!"
Dara mulai tergoda karena dia tidak mempunyai kekuatan sama sekali di sekolah itu. "Akan aku pikirkan!"
"Bagus," balas Galang dengan senyuman tipis. Modus buaya daratnya akhirnya bisa mempengaruhi Dara.