NovelToon NovelToon
AZKAN THE GUARDIAN

AZKAN THE GUARDIAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Reinkarnasi / Cinta Terlarang / Kehidupan alternatif / Kontras Takdir
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: BERNADETH SIA

Tujuh ratus tahun telah berlalu, sejak Azkan ditugaskan menjaga Pulau Asa, tempat jiwa-jiwa yang menyerah pada hidup, diberi kesempatan kedua. Sesuai titah Sang Dewa, akan datang seorang 'Perempuan 'Pilihan' tiap seratus tahun untuk mendampingi dan membantunya.
'Perempuan Pilihan' ke-8 yang datang, membuat Azkan jatuh cinta untuk pertama kalinya, membuatnya mencintai begitu dalam, lalu mendorongnya masuk kembali ke masa lalu yang belum selesai. Azkan harus menyelesaikan masa lalunya. Namun itu berarti, dia harus melepaskan cinta seumur hidupnya. Bagaimana mungkin dia bisa mencintai seseorang yang di dalam tubuhnya mengalir darah musuhnya? Orang yang menyebabkannya ada di Pulau Asa, terikat dalam tugas dan kehidupan tanpa akhir yang kini ingin sekali dia akhiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BERNADETH SIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERCAKAPAN MAKAN SIANG

“Azkan,” suara Armana dari balik pintu kamar Laina menghentikan ciuman panjang keduanya. 

“Waktunya makan siang.” Armana melanjutkan kalimatnya.

“Baik, kami akan segera ke ruang makan.” Azkan menjawab sambil menempelkan keningnya dengan Laina. Kemudian dia menambahkan sebuah kecupan di bibir Laina, sebelum mengajaknya makan siang bersama. 

“Laina, makanlah yang banyak. Tubuhmu sangat kurus sekarang.” Armana meletakkan semangkuk sup merah hangat di hadapan Laina yang baru saja duduk. 

“Terima kasih, Armana.”

“Lain kali, jangan mau melakukan hal yang tidak kau mengerti sepenuhnya. Kau tidak tahu kan kalau resiko dari memasuki masa lalu orang lain akan membuatmu tidak bisa bangun selama berhari-hari seperti ini? Kau hanya bisa minum sedikit air dan makan makanan cair dalam porsi yang sedikit juga.” Laina tersenyum, menatap Armana yang menata beberapa macam lauk berbeda di depannya. 

“Terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Aku baik-baik saja sekarang.”

“Sudah seharusnya begitu. Kalau tidak, aku pasti sudah memarahi Azkan.” Armana menatap Azkan dengan ketegasan seorang ibu yang tak bisa dilawan. Senyuman hangat terbentuk di wajah Azkan menerima semua kata-kata Armana. 

“Silahkan nikmati makan siangmu. Katakan padaku kalau ada makanan tertentu yang ingin kau makan. Kami punya segala macam bahan makanan di sini.” Armana menuangkan segelas air dingin untuk Laina, lalu pergi meninggalkan keduanya.

“Lihat, dia hanya menyiapkan makanan di depanmu.” Azkan menunjukkan meja kosong di depannya. Hanya ada peralatan makan yang tertata rapi. Tidak seperti penyajian penuh di hadapan Laina. 

“Sepertinya Armana masih kesal padamu.” Laina tersenyum lebar, lalu menyendok sup merah hangat yang ternyata sangat enak.

“Tidak biasanya Armana memperhatikan orang lain selain diriku seperti yang dia lakukan padamu sekarang.”

“Benarkah?” Laina menyendok sesuap nasi memenuhi mulutnya.

“Iya. Dia bahkan mengkhawatirkan kondisimu setiap hari dan memaksaku memanggil dokter.”

“Tapi kau tidak memanggil dokter?”

“Tidak. Aku bisa menyembuhkanmu lebih baik dari dokter.” Azkan menggoyangkan telapak tangan lebarnya di samping kepala sambil tersenyum bangga.

“Bagaimana caranya?”

“Aku mengalirkan energiku ke tubuhmu. Energiku jauh lebih bermanfaat daripada pengobatan medis para dokter.”

“Tapi waktu kau sakit, kau tidak bisa menyembukan dirimu sendiri?”

“Iya. Aku hanya bisa membantu penyembuhan orang lain dengan memulihkan sel tubuh mereka, tapi aku tidak bisa menyembuhkan diriku sendiri.”

“Kenapa?”

“Dewa yang membuatnya seperti itu. Katanya, hidupku harus bermanfaat untuk orang lain, bukan untuk diriku sendiri.”

“Wah, Dewa benar-benar memanfaatkanmu.”

Azkan tertawa. Tiap kali mendengar sikap sarkas atau sinis Laina pada Sang Dewa, dia merasa memiliki teman sekutu yang bisa diandalkan.

“Bagaimana caranya mengalirkan energi pada orang lain?” Laina menusuk sepotong daging panggang di piring lainnya. 

“Hmmm, bagaimana caranya aku menjelaskan padamu?” Azkan pun mengisi piring kosongnya dengan makanan yang dia sukai. Meskipun tidak disiapkan secara langsung seperti milik Laina, Armana tetap menyediakan pilihan makanan yang dia suka di meja makan. Setidaknya, dia masih memikirkan perut Azkan yang juga kelaparan.

“Seperti sebuah tekad yang tulus?” Azkan memiringkan kepalanya, tak yakin apakah penjelasannya sudah tepat. “Yang pasti, ketika aku ingin menyembuhkan seseorang, aku memusatkan seluruh pikiran dan tekadku untuk menolong orang tersebut. Saat aku menyentuh tubuhnya, aku bisa melihat bagian yang terluka dan dengan setulus hati aku berharap luka-luka itu sembuh. Kemudian, sebagian energi di dalam tubuhku mengalir ke luka itu.” Azkan mengingat-ingat bagaimana dia melakukan penyembuhan-penyembuhan sederhana yang biasanya dia lakukan jika menemui penduduk yang terluka jauh dari rumah sakit. Atau ketika dia dibutuhkan untuk membantu pengobatan yang sulit. 

“Wah, hebat sekali.” Laina menatap Azkan, melupakan lezatnya makanan di depannya.

“Benarkah?” Anggukan antusias Laina membuat Azkan ikut senang.

“Apa kemarin kau juga menyembuhkan Eveline dengan cara seperti itu?”

“Tidak.”

“Lalu untuk apa kita masuk ke masa lalunya?”

“Untuk membawa Eveline melihat kembali masa lalunya dengan jelas. Lalu, aku bisa melihat semuanya secara objektif dan mengarahkannya untuk menerima masa lalunya. Supaya aku bisa mendampinginya untuk menyelesaikan semua perasaan yang masih tersangkut di masa lalu. Setelah itu, barulah jiwanya bisa sembuh.”

“Kau seperti psikiater.”

“Ya, di duniamu, apa yang kulakukan, memang mirip dengan mereka. Aku dan para perempuan pilihan, bertugas untuk mendampingi jiwa-jiwa terluka yang datang ke pulau ini, supaya mereka bisa berdamai dengan kehidupan masa lalu mereka, lalu jiwa mereka pulih seiring berjalannya waktu, dan akhirnya, mereka sanggup untuk memkanai hidup dengan penuh harapan dan kebahagiaan. Saat itulah, Sang Dewa akan memberikan pilihan pada mereka. Untuk memulai kehidupan baru di dunia manusia yang hidup, atau tinggal di sini sebagai penduduk pulau, sampai waktu mereka habis.”

“Jadi sebentar lagi Eveline akan mendapat kesempatan memilih itu?”

“Kalau dia bisa menerima masa lalunya dan menyelesaikan semua perasaan yang masih terikat.”

“Aaa… kalau tidak kau bilang dia akan masuk ke dalam kegelapan abadi.”

“Iya. Tempat dimana jiwa yang terluka tidak mau disembuhkan. Tempat jiwa-jiwa yang memilih untuk terus terikat pada semua perasaan yang menghancurkan diri mereka sendiri.”

“Tapi kan Eveline adalah Perempuan Pilihan? Bukankah seharusnya dia spesial?”

“Dia menjadi Perempuan Pilihan karena dia punya tanggung jawab besar pada apa yang telah dia lakukan semasa hidupnya. Dia melakukan hal-hal buruk yang menghancurkan jiwa orang lain, bahkan sampai menghilangkan nyawa orang lain. Dalam kasusnya, suami dan bayi dalam kandungannya. Lalu hidupnya pun berakhir karena ketamakan dan rasa iri yang menggerogotinya. Jadi, Dewa memilihnya menjadi Perempuan Pilihan dan ditugaskan untuk menolong jiwa-jiwa lain yang terluka, supaya dia belajar dari kehidupan banyak orang yang berbeda-beda. Dewa ingin Eveline belajar, bahwa kehidupan setiap manusia, pasti berbeda, dan bagaimana kehidupan seorang manusia bisa menjadi bahagia serta bermakna, itu tergantung pada pilihan-pilihan hidup yang dipilih manusia itu sendiri. Setelah seratus tahun berlalu, seharusnya Eveline sudah menyadari hal tersebut. Tetapi sayangnya dia masih terikat terlalu kuat dengan perasaan-perasaan buruknya di masa lalu.”

1
anggita
like👍☝iklan. moga novelnya lancar jaya
anggita
Azkan..😘 Laina.
SammFlynn
Gak kecewa!
Eirlys
Aku bisa baca terus sampe malem nih, gak bosan sama sekali!
SIA: Terima kasih sudah mau membaca :)
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!