Rania adalah seorang wanita muda yang berprofesi sebagai guru. Ia multitalenta, baik hati, cantik, dan mandiri. Suatu hari Rania bertemu dengan seorang pemuda tampan yang lebih muda darinya, Logan namanya.
Awal pertemuannya dengan Logan, diwarnai dengan banyak kesalahpahaman. Namun apa daya cinta terlanjur tumbuh di hati keduanya.
Walaupun banyak perbedaan dan rintangan yang hadir di antara keduanya, termasuk kenyataan bahwa ternyata Logan adalah siswa di tempat Rania mengajar, tak cukup kuat untuk menghapus rasa yang sudah tumbuh di antara mereka.
Suatu hal kemudian terjadi. Logan bak seorang putra mahkota yang tiba-tiba saja harus menggantikan posisi raja yang diduduki sang ayah di perusahaan besar miliknya.
Hari-hari berat harus dijalani Logan dan membentangkan jurang pemisah lebih jauh lagi antara dia dan Rania.
Bagaimana kisahnya? Apakah kesempatan untuk mereka bersatu masih ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Klarifikasi
"Udah jangan marah-marah lagi."
Logan pun mengusap wajahnya, mencoba menghilangkan emosinya. Kemudian ia menatap Rania penuh sesal.
"Gue minta maaf atas sikapnya Stella tadi dan udah bikin lo nunggu padahal tadi gue mau anter lo pulang." Akhinya Logan bisa meredakan amarahnya.
"Iya gak apa-apa kok. Kenapa juga kamu harus minta maaf. Dia siapa? Pacar kamu?" tanya Rania dengan nada yang datar, biasa saja.
Namun entah mengapa Logan tidak suka mendengar Rania dengan ekspresi dan nada yang biasa-biasa saja bertanya mengenai apakah Stella pacarnya atau bukan.
"Iya dulu waktu di sekolah lama. Dia anaknya temen nyokap gue, suka sama gue, dan dia deketin nyokap gue buat dapetin gue. Akhirnya gue harus nerima dia pas dia nembak gara-gara nyokap gue yang nyuruh." Logan terlihat frustasi saat menceritakannya.
Kedua sikutnya menyangga ke pagar Balkon sambil memandang ke sembarang arah.
"Kamu gak suka sama dia? Menurut saya dia cantik kok. Cuma agak manja aja," Rania mengikuti Logan menyanggakan tangannya di pagar balkon.
Mendengar ucapan Rania, Logan menghadiahi Rania sorotan matanya yang tajam.
"Gue ngajak lo ngobrol di sini bukan buat ngomongin dia. Tapi buat ngomongin kita." Logan kali ini menghadapkan tubuhnya ke arah Rania yang berdiri sekitar satu meter darinya.
"Ya udah mau ngomong apa? Tapi saya mau ngomong juga, tentang kita sekarang. Boleh saya ngomong duluan?" tanya Rania.
Logan menatap Rania dengan ekspresi serius namun tidak menjawab.
'Okay. Kita beresin masalah ini sekarang juga,' batin Rania.
"Ada yang perlu saya klarifikasi. Kamu itu udah salah paham sama saya. Saya bukan siswi SMA seperti yang kamu sangka. Waktu kamu lihat saya di Heaven Cafe, dan saya lagi baca buku paket siswa SMA, itu karena saya lagi bikin bahan ajar. Terus kamu lihat foto saya di buku papa saya pakai baju SMA, itu memang saya, tapi itu lima tahun lalu waktu saya masih duduk di bangku kelas 12. Sekarang umur saya 23 tahun Logan, dan profesi saya adalah seorang guru SMA."
Rania merasa sangat lega telah meluruskan kesalahpahaman ini. Logan sama sekali tidak bergerak dari posisinya. Ia masih mencerna segala yang Rania ucapkan. Rania menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajah Logan, setelah Logan terdiam cukup lama.
"Jadi gue salah ngira lo anak SMA, padahal umur lo 23 tahun. Dan lo seorang guru?" akhirnya Logan membuka suaranya. Logan sendiri merasa agak syok dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Iya. Jadi kita gak mungkin punya hubungan layaknya perempuan dan laki-laki. Saya akan anggap kita kenalan hanya untuk menambah temen aja. Gimana kamu setuju 'kan?"
Logan terdiam lagi cukup lama. Kemudian menjawab pertanyaan Rania.
"Nggak," ucap Logan mantap. "Perasaan gue terhadap lo gak akan berubah cuma gara-gara gue tahu lo seorang Guru dan gue anak SMA."
Rania kehabisan kata-kata mendengar yang diucapkan oleh Logan. "Logan, kamu itu siswa SMA. Dan saya ini seorang guru. Saya..."
"Kasih gue kesempatan, "potong Logan. "Kita ngedate sepuluh kali tanpa lo ngelihat siapa gue, dan juga tanpa gue ngelihat lo itu siapa. Setelah itu kalau lo gak suka juga sama gue, lo gak kepikiran sama gue, lo gak jatuh cinta sama gue, gue bakal setuju kita hanya sekedar temenan."
"Kamu tuh harus realistis Logan. Saya gak mungkin suka sama cowok yang umurnya sama dengan murid saya." Rania kembali meyakinkan Logan.
"Kenapa? Banyak kok murid yang suka sama gurunya dan akhirnya mereka jadian bahkan nikah."
"Tapi nggak bagi saya. Saya gak akan pernah ngelakuin itu," tegas Rania.
"Tolong kasih gue kesempatan buat nyoba. Gue gak bisa ngerelain lo gitu aja. Gue baru kali ini ngerasa kayak gini ke cewek, Ran. Gue tuh suka sama lo dari pertama lihat lo. Bahkan nyokap gue langsung klop sama lo, itu artinya nyokap gue juga setuju sama lo. Okay, gue minta enam kali aja buat kita ngedate. Setelah itu terserah lo."
"Logan, saya gak bisa."
"Kalau lo nolak gue, gue bakal usaha terus, lagi dan lagi, sampai lo bilang iya." Logan tak kalah bersikeras.
"Maksa banget sih kamu?"
"Cuma itu pilihannya."
Rania mencoba berpikir keras. Logan bukan tipe orang yang akan menyerah sebelum keinginannya terpenuhi sepertinya. Rania harus segera menyelesaikan masalah ini sebelum masuk tahun ajaran baru.
"Okay. Cukup dua kali aja saya ngedate sama kamu."
"Masa dua? Lima ya?"
Rania menggeleng, "ya udah tiga."
"Empat. Please, empat kali aja."
Rania mendesah kasar, "ya udah empat. Gak ada nawar lagi."
"Deal!" Logan akhirnya tersenyum sumringah. Tanpa sadar ia memegang kedua tangan Rania.
"Hey! Lepasin gak! Saya teriak ya biar pak satpamnya kesini!" Rania berusaha melepaskan genggaman Logan dari kedua tangannya.
"Sebentar aja. Lo udah sepakat bakal ngedate sama gue tanpa lihat gue siapa 'kan. Sampai kencan kita yang keempat, lo hanyalah Rania bagi gue. Gak peduli berapa umur lo dan profesi lo. Lo juga harus nganggep gue sebagai cowok biasa yang berusaha buat bikin lo suka juga sama gue."
Rania hanya bisa diam menghadapi remaja bucin yang sedang jatuh cinta ini.
Tanpa Logan tahu Rania tetap pada pendiriannya yang sudah teguh, walaupun kencan nantinya sudah terlaksana empat kali, bagaimanapun perasaannya terhadap Logan nantinya, Ia akan tetap pergi dari Logan.
***
Rania sampai di rumahnya bersama motor matic putihnya. Ia memarkirkannya di halaman rumah. Di Luar pagar sebuah motor ninja merah ikut berhenti. Rania keluar untuk menemui Logan yang sedang membuka helm fullfacenya.
"Jadi ini rumah kamu?" Logan melihat ke rumah dengan eksterior yang lumayan jadul namun sangat asri.
" 'kamu'?" Rania mengulangi ucapan Logan yang tidak lagi mengatakan gue-lo.
"Iya 'kan kita udah satu step menuju jadian." Logan tersenyum dengan sangat manis.
Rania menatap Logan tak habis pikir. "Kamu emang bakal jadian sama siapa?" tanya Rania dengan nada sinis yang dibuat-buat.
"Ya sama kamulah. Tadi pas kamu setuju buat ngedate empat kali itu berarti kamu setuju kalo kita menuju ke arah jadian."
"Terserah kamu ajalah. Udah sana pulang. Dibilangin gak usah ikut kesini," jawab Rania ketus.
"Kan aku pengen nganterin calon pacar pulang," jawab Logan dengan wajah puppy eyes.
Rania merasa hatinya berdesir aneh. Dengan wajah tampannya, Logan mengatakan kata-kata gombal seperti itu, wajar rasanya jika Rania merasa sedikit tersipu.
"Ini mah bukan nganterin, tapi touring," koreksi Rania lagi-lagi dengan nada yang ketus, mengabaikan desiran di hatinya.
"Tadi 'kan aku udah nawarin kamu buat aku anterin, motor kamu nanti dianterin Pak Umar, supirnya Bunda. Kamunya gak mau."
Jangan cuma baca ya kak, ulasan, comment dan likenya please 🥰
"Iya ya udah. Saya cape. Kamu mending pulang sekarang. Hati-hati di jalan ya." Rania mencoba mengusir Logan secepatnya sebelum sang nenek yang super kepo datang kesini dan bertanya banyak hal.
"Ya udah aku pulang. Nanti aku chat kalo udah nyampe rumah," Logan memakai helm fullfacenya dan menyalakan motornya. Ia melambaikan tangannya kepada Rania sebelum berputar arah dan menghilang di persimpangan.
Tiba-tiba lagu thank you nextnya Ariana Grande terdengar dari ponselnya Rania. Ternyata Keyla, sahabat Rania meneleponnya.
"Halo bestie, kamu di mana?" tanya Keyla di seberang sana.
"Ini aku baru nyampe rumah. Kenapa?"
"Aku di rumah baru nih. Kamu ke sini ya."
"Ngapain kamu di sana?"
"Aku bawa barang-barang dikit-dikit biar nanti gak susah pindahannya. Sekalian kita pajamas party."
Mendengar Keyla mengatakan pajama's party, membuat Rania tersenyum tertarik. "Ya udah deh aku ke sana sekarang."
semangat sembuh Faris 💪 byr waktu yg terbuang utk logan dan Carla 🤭😁
sabar ya Rania... 🥰
Logan juga sebenarnya ga tahan bersikap dingin dg kamu, Rania 😍
jgn" yg lg adu jotos si Logan & vino nihh 🙈
semoga happy ending sich...🤲🏼🥰😍 walau gondog" kan dulu karena rasa cembokur 😂😂😂