Cassandra Dumont, seorang penulis muda yang mencari inspirasi untuk novelnya, tiba di desa terpencil Valea Umbrelor, Romania. Dikelilingi oleh hutan lebat dan danau yang selalu diselimuti kabut, desa ini memancarkan aura misterius yang segera memikat Cassandra. Di sana, dia mendengar tentang legenda Lacul Negru, tempat roh-roh terkutuk mengikat janji abadi—sebuah pernikahan yang hanya membawa kematian.
Ketika Cassandra mulai menyelidiki lebih dalam, dia bertemu dengan Lucas Văduva, roh dari abad ke-19 yang terjebak oleh cinta tragis dan dendam. Tertarik oleh pesona kelamnya, Cassandra mendapati dirinya terjerat dalam ikatan supranatural yang tidak bisa dia hindari. Bersama Adrian, seorang pria lokal yang mengetahui sejarah kelam desa itu, dan Madame Elara, cenayang tua yang menyimpan rahasia tentang kutukan Lucas, Cassandra berjuang untuk memutuskan ikatan yang mengancam jiwanya. Mampukah Cassandra mematahkan kutukan ini ataukah dia akan tersesat selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Love Story
Malam itu kegelisahan Cassandra kembali muncul. Dicobanya untuk tidur, tetapi tetap saja semua peristiwa yang terjadi hari itu satu per satu bermunculan seperti film dalam benaknya. Mulai dari kemesraan yang terjadi antara dirinya dan Adrian, serta penampakan Caroline yang terjadi lagi sesaat sebelum dia tidur.
Sejatinya saat ini, dia tidak ingin menjalin hubungan Asmara yang intens dan dalam dengan siapapun. Dia masih butuh waktu untuk menyembuhkan luka batinnya. Kegagalan cinta masa lalunya, belum terlalu pulih, masih perlu waktu untuk membangkitkan rasa percaya diri. Tapi Sekarang, dengan bodohnya justru dia membiarkan Adrian masuk dalam hidupnya. Bukan dia tidak mencintai Adrian,dan bukan juga tidak menyukainya, tetapi dia merasa belum waktunya. Batinnya masih sulit percaya pada cinta.
Cassandra berguling ke kiri dan ke kanan, berharap pagi segera datang dan memusnahkan segala kecemasan serta ketakutannya. Tiba tiba Cassandra terkesiap, samar didengarnya suara dentingan Piano memainkan Instrumen kesukaannya, “Love Story”. Tidak percaya dengan apa yang didengarnya, Cassandra turun dari tempat tidur, menghampiri pintu dan mendengarkan ulang. Benarkah ini suara piano? Benarkah itu permainan instrumental Love Story. Dan Ohw…
Bulu kuduk Cassandra meremang. Yah benar, ternyata itu adalah Love Story yang dimainkan dengan begitu halus lembut dan menyentuh. Namun siapa yang memainkannya? Bukankah Rudolf sudah pulang? Mungkinkah suara dentingan piano itu berasal dari luar Mansion? Tapi dari mana? Bukankah Mansion ini satu satunya bangunan di pinggiran hutan Valea Umbrelor?
Tidak, ini pasti mimpi, mimpi buruk dimana dia akan segera bangun dan tersadar. Bergegas Cassandra kembali ke tempat tidurnya, Suara piano itu masih jelas terdengar, sangat jelas, memecah keheningan malam. Membuat kesendiriannya menjadi begitu menakutkan. Ditutupnya telinga dengan bantal dan dipejamkannya matanya. Dalam ketakutan yang mulai memuncak, entahlah mengapa tiba tiba Cassandra merasakan kesedihan yang amat dalam. Kesedihan akibat suara Piano itu? atau justru karena lagu yang dimainkan?
Suara piano itu masih saja berdenting, makin lama makin keras, dan memecah keheningan, seolah sang pemain tau betul Cassandra sedang mendengarkannya. Di sisi lain, tidak ada sedikitpun niat dalam benak Cassandra untuk keluar kamar dan melihat, siapakah pemaian piano itu? Hatinya terlalu sakit dan enggan mendengar lagu itu dimainkan. “Stop…Stop Please Stop…,” batin Cassandra bergejolak, sebelum akhirnya dia terlelap karena lelah.
***
Pagi itu, kabut tebal masih menyelimuti The Witch Mansion. Sinar matahari pagi masih juga belum mampu mengurai tebalnya Kabut Valea Umbrelor. Cassandra membuka mata perlahan. Ada perasaan enggan untuk bangun dan memulai hari. Dadanya masih terasa sesak, akibat terlalu banyak menangis semalam. Ada rasa marah, jengkel dan bosan. Mengapa begitu banyak teror misteri yang dialaminya sejak kedatangannya di desa ini. Cukup lama Cassandra merenung, sampai didengarnya suara seperti gergaji mesin yang dimainkan. Bergegas dilihatnya melalui jendela kamar. Tampak Rudolf sedang memotong beberapa ranting pohon dipinggiran jalan sepanjang area masuk ke dalam Mansion.
Tanpa pikir panjang, segera Cassandra turun dan menemui Rudolf. Masih dengan gaun tidur yang dilapisi Kimono tebal warna keperakan, Cassandra tidak memperdulikan dinginnya udara pagi yang menerpa wajah dan kulitnya. Dengan sedikit berteriak dia memanggil nama Rudolf.
“Rudolf, dimana kau, Rudolf ! “ teriakan Cassandra bersaing dengan suara mesin gergaji listrik. Namun mungkin Rudolf mengenali suara Cassandra. Tak berapa lama suara gergaji pun berhenti dan tampak pria itu berlari kecil mendekati Cassandra.
“Ya nona, apa yang bisa saya bantu?” jawab Rudolf sambi merapatkan jaketnya yang terbuka.
“Ada hal yang ingin aku tanyakan padamu Rudolf, Sekarang,” teriak Cassandra gusar sambil berjalan masuk ke arah Mansion
Melihat Cassandra wajahnya diwarnai kegusaran, Rudolf tidak ingin membuat suasana menjadi lebih panas karena emosi. Bergegas diikutinya langkah Cassandra masuk kembali ke Mansion.
Sesampainya di dalam, Cassandra berteriak, “ Apakah kau diam diam menginap di sini semalam?”
Rudolf tampak bingung dan menjawab,”Tentu tidak nona. Setelah menghidangkan makan malam anda, saya segera pulang, Ada apa Nona?”
Kalau begitu, jawab pertanyaanku, “ Apakah ada orang lain selain kita berdua yang tinggal di Mansion ini? Jawab.” Cassandra maju mendekati Rudolf, dan dengan mata melotot, dia bertanya dengan nada tingi.
"Ti…tidak ada nona. Hanya saya dan anda yang menempati Mansion ini _” belum selesai Rudolf menjawab kembai Cassandra berteriak.
“Bohong! Jangan pernah berbohong padaku Rudolf. Jika kau masih ingin bekerja disini. Jawab dengan jujur pertanyaanku tadi. Apakah, hanya Kau dan aku di mansion ini? atau kau menyelundupkan orang lain ke dalam Mansion?” masih dengan mata melotot, Cassandra kembali bertanya.
“Nona, tenang. Saya sudah jelaskan kepada anda tadi. Tidak ada orang lain di mansion ini selain saya dan anda. Cobalah, tenang. ceritakan apa yang terjadi,” Rudolf mencoba meredam situasi.
“ Aaah!!” Cassandra berteriak jengkel lalu meninggalkan Rudolf yang masih kebingungan.
***
Pukul 09.00 pagi, Rudolf memberanikan diri mengetuk kamar Cassandra, “Nona , sarapan anda sudah siap.” Tak lama didengarnya pin pintu ditekan dari dalam. Tak berapa lama Cassandra membiarkan pintu terbuka supaya Rudolf bisa masuk.
“Apakah nona ingin menikmati sarapan pagi di kamar, atau_ “ belum selesai pertanyaan Rudolf, Cassandra buru buru menyahut, “Bawa semua piring kotor itu ke dapur dan bersihkan ruangan ini. Saya ingin sarapan di dapur saja,” tukas cassandra singkat.
Bergegas Rudolf mengangkut semua piring kotor dan meninggalkan kamar Cassandra. Sesampainya di dapur segera disiapkannya sarapan Cassandra.
Tak berapa lama Cassandra masuk ke dalam dapur. Wajahnya sudah terlihat sedikit tenang. Pagi itu Cassandra berpakaian sangat rapi. Dia mengenakan Celana panjang warna coklat tua dengan baju atasan yang senada. Rambutnya yang juga kecoklatan menambah serasi penampilannya pagi itu.
“Maafkan aku Rudolf, “ Cassandra berkata sambil menyeruput teh panas yang sudah tersedia. “Semalam aku tidak bisa tidur nyenyak. Banyak keanehan yang aku alami di rumah ini, “sambungnya pelan.
“Keanehan apa yang anda alami nona?” tanya Rudolf.
“Piano besar yang ada di ruang tamu bawah itu, semalam ada yang memainkan. Suaranya sangat jelas terdengar hingga ke kamarku,” Cassandra menjawab pertanyaan Rudolf sambil mendesah panjang.
“Saya akan memeriksa kunci pintu otomatis di ruang tamu bawah nona. Lebih baik kita berjaga jaga, siapa tahu ada orang yang menerobos masuk. Tetapi seingat saya, ketika saya masuk tadi, semua pintu masih terkunci. Termasuk ruang tamu utama,” Rudolf menjawab dengan hati hati.
“Pagi ini aku ingin berjalan jalan keliling Mansion. Aku belum sempat melakukannya semenjak datang. Aku harap kau tidak keberatan,” tukas Cassandra.
“Silahkan Nona, hmmm hanya saja tidak semua ruangan pintunya terbuka, ada beberapa ruangan yang terkunci dan saya tidak paham pinnya. Maklum Mansion ini banyak menyimpan benda benda kuno bersejarah. Mansion ini sudah berusia ratusan tahun, pastinya keluarga Daciana, punya banyak peninggalan kuno,” jawab Rudolf.
Mendengar nama Daciana disebut, jantung Cassandra sedikit bergetar. Namun rasa penasaran akan nama fam itu, kalah dengan keinginannya untuk memeriksa sekeliling Mansion.
Tak lama Cassandra berdiri dan segera memulai pemeriksaannya.
***
Dari dapur, Cassandra menuju ruang tamu utama. Dilihatnya piano besar itu disana. Disentuhnya piano itu. Dingin. Lalu dibukanya penutup tuts, dan coba dimainkannya beberapa nada dari Love Story. “ Yah…sama persis. Jelas piano ini yang digunakan kemarin malam,”gumam Cassandra dalam hati.
Ditutupnya kembali piano itu dan kemudian dia segera beranjak ke perpustakaan lantai satu, tempat itu mengingatkan apa yang diperbuatnya dengan Adrian di sana. Ada desiran perasaan aneh dalam dada Casandra, semacam penyesalan? Entahlah.
Lalu Cassandra beranjak ke ruang makan utama. Ruangan tampak terang benderang. Rudolf sudah menyingkap semua tirai. Matahari pagi menyinari ruangan itu dengan cahayanya yang keperakan. Sepi. Tidak ada apapun.
Cassandra merasa dirinya perlu segera ke lantai 3 tempat kamarnya berada. Pada malam pertama tidur di Mansion, bukankah dia mendengar langkah kaki orang yang tidak seharusnya ada? Bergegas Cassandra naik ke lantai 3
Perlahan dia menyusuri lorong lantai 3, dilewatinya kamar tidurnya. Sampai dia pada sebuah ruangan yang pintunya terbuka sedikit. Ruangan itu nampak sangat lega, dengan 2 jendela besar yang terdapat pada sisi sebelah kanan. Tirainya masih sebagian terbuka, membuat ruangan itu sedikit gelap. Bergegas Cassandra membuka tirai ruangan dan membuka jendela kamar agar udara pagi serta matahari bisa menerobos masuk.
Rupanya ruangan itu terdapat pada bagian ujung lantai 3 sehingga sinar matahari pagi tidak leluasa masuk dan menyinari. Masih terdapat beberapa area di dalam ruangan yang agak gelap dan tidak terkena sinar matahari. Cassandra menyalakan lampu ruangan. Dan owh…ternyata ruangan itu sangat cantik. Ada sebuah cermin besar seukuran manusia tepat berada di bagian utara. Letaknya berdekatan dengan jam kayu berdiri ukuran besar, yang tampaknya mati.
Diamatinya cermin itu dengan seksama. Cermin kuno yang indah, dengan ukiran kayu berupa sulur mawar pada bagian kanan dan kiri. Disentuhnya ukiran itu sambil memperkirakan usia cermin. Lalu cassandra mematut dirinya sendiri sambil berkaca.
“Wajahku terlihat tirus, ini pasti karena aku jarang bisa tidur malam dengan nyenyak semenjak di Valea Umbrelor, “gumam Cassandra.
Tiba tiba Cassandra tercengang, mulutnya terbuka lebar, pandangannya lurus menatap ke arah cermin itu.
“ Wajah…wajah, mengapa itu bukan wajahku? Dan itu bukan aku, “ pekik ngeri Cassandra dalam hati.
Bayangan dalam Cermin tampak menakutkan, wajahnya pucat, tirus dengan lingkaran mata yang menghitam. Wajah itu …wajah Caroline. Tiba tiba bayangan Caroline dicermin seperti ingin melangkah keluar daan dengan tangan terjulur serta jeritan melengking, dia ingin meraih Cassandra, seperti ingin dibawanya masuk ke dalam cermin.
Cassandra menjerit. Tak terasa kakinya menjadi lemas, dia jatuh terduduk, memandang bayangan dalam cermin perlahan mendekatinya, seperti ingin meraih tangannya. Cassandra bergerak mundur, lalu sesaat sebelum bayangan Caroline menyentuh tangannya….Gelap. Semua Gelap. Cassandra pingsan tepat ditengah ruangan.
mungkin sekitar 6 bulan lagi aku baru bisa lanjutin baca ceritanya.
bye bye author see you next time tetap semangat ya dan namatin ceritanya ya
aa sumpah
ngga mampu berkata-kata
mungkin Thor bingung tapi aku adalah nadeya (akun lamaku) tapi karena ada masalah ma akunku jadinya aku pake akun baru.
tapi Thor aku selalu suka sama tata bahasamu yang nyaman buat dibaca dan semuanya itu mengalun indah bagaikan nada" kadang aku malah terhanyut dalam setiap goresan pena yang Thor tuliskan.
Tolong selesaikan cerita ini ya Thor sampai tamat soalnya aku punya trauma biasanya kalo yang pada baca sedikit dan like sedikit authornya langsung pindah atau ceritanya digantung aja.
Makasih author karena udah bertahan sampai sini walaupun yang baca cuman dikit dan makasih juga karena udah tiap hari update.