Apa yang kau harapkan dari seseorang yang pergi tanpa pamit?Tidak menyangka Naura bertemu kembali dengan sang mantan suami. Ardan,
saat anaknya menceritakan seorang pria baik yang ia kenal. Namun, di balik kemarahannya pada Ardan, ada perasaan yang sulit di mengerti oleh Naura.
memutuskan untuk menghilang tetapi takdir selalu mempertemukan. Meski masih tidak suka dengan kelakuan Ardan. Rasa bersalah yang di tunjukkan Ardan, membuat Naura mencoba memaafkan kembali.
Dan Ardan juga mencari tahu alasan pergi tanpa pamit yang di lakukan oleh Naura.
Ketika keduanya sudah mendapatkan jawabannya. Apakah dunia akan setuju bahwa itu adalah hal yang tepat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ylfrna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ramai Terasa Sepi
Pesta sedang berlangsung dengan meriahnya, tamu yang hadir semakin ramai. Para wanita dari anak pengusaha terlihat berdatangan, begitu juga sebaliknya, pengusaha muda lagi tampan juga mulai berdatangan.
Di tempat itu ramai tetapi terasa terlalu sepi oleh Naura, kau boleh melihat riuh isi kepalanya saat ini,
Ardan berkumpul bersama teman-teman pengusahanya. Lelaki dan perempuan berbaur dalam satu meja. Hanya, Naura yang seperti orang asing.
Tiba-tiba wanita di sebelah Naura berbisik ke telinganya "Akan kuceritakan kalau jatuh cinta diam-diam lebih sakit dari patah hati" ucapnya
Kening Naura berkerut, tidak mengerti apa maksud dari ucapannya.
"Seseorang mempunyai caranya tersendiri untuk menghibur hati dari rasa sepi." sambungnya
"Kau siapa?"
"Mantan kekasihnya Ardan"
Naura terperangah melihat wanita cantik tersebut. Sesaat kemudian Naura mengalihkan tatapannya ke arah Ardan yang sedang bercerita sembari tertawa lepas.
"Apa dia sering mengasarimu?" tanya wanita itu
Naura hanya diam
"Maafkan dia, sifatnya seperti itu karena aku memutuskannya secara sepihak"
Naura menatap wanita itu "Kenapa?"
"Terkadang aku harus pergi ke tempat yang sepi untuk mengerti kebebasan hati dan menikmati keramaian di tempat yang sunyi. Ketika bersama Ardan aku merasa sendiri, dia hanya memikirkan diri sendiri"
Naura menangkap ada rasa kecewa dari perkataan wanita tersebut
"Jadi sekarang bagaimana?"
"Naura, aku tahu kau tidak menerima pernikahan ini, aku tahu kau tersiksa. Dan kau tak selalu harus ada untuk orang lain, sesekali kau perlu hadir untuk dirimu sendiri"
Naura terdiam, perkataan mantannya Ardan ada benarnya. Selama ini, Naura hanya memikirkan orang lain. Dirinya sendiri selalu di nomor duakan.
Kehidupan yang makin berantakan takkan pernah benar-benar hilang bagi mereka yang mengalaminya.
Malam ini tidak ubahnya sepi, saat Naura tertawa tanpa tahu tujuan, Naura merasa sedih sendiri.Raut wajah menyampaikan apa yang tak terlisankan mulut, sunyi memiliki gaduhnya sendiri, dan kosong selalu tidak dapat di mengerti.
Wanita itu telah pergi, Naura melihat Ardan tertunduk lesu. Seakan ia tertawa untuk menutupi kesepiannya dari mantan kekasihnya.
"Kau masih mencintainya?" tanya Naura
Ardan menghela nafas, mengedarkan pandangannya, dan lagi-lagi ia hanya melihat wanita yang bernama Zizi tersebut
"Kejar dia, selagi belum terlambat" bisik Naura
Ardan melihat Naura, ia sedang tersenyum ramah. Ardan mendorong kursi lalu mengejar Zizi yang sedang bersama teman-temannya. Naura tersenyum ketika Ardan meninggalkannya.
Di keramaian, Ardan memeluk Zizi. Yang peduli hanya orang di sekitar mereka. Yang lain masih sibuk dengan dunia masing-masing. Naura memperhatikan mereka dari jauh.
"Ardan apa yang sedang kau lakukan" tanya Zizi mencoba keluar dari pelukan Ardan
"Aku merindukanmu, kapan kau kembali?" Ardan menatap wajah Zizi, ia tersenyum. Dua tahun Zizi menghilang dari hidupnya
"Tetapi aku tidak merindukanmu"
"Tidak masalah, hanya aku yang butuh merindukanmu"
Zizi tertawa kesal
"Apa kau masih mencintai dan menungguku?" tanya Zizi
"Iya, aku masih mencintaimu dan selalu menunggumu untuk pulang"
"Omong kosong, lalu bagaimana kau bisa menjelaskan kepadaku soal pernikahanmu?"
Untuk sesaat Ardan terdiam lalu ia berdecak "Semua di atur oleh papaku, aku tidak mencintainya" ucap Ardan, kemudian melihat ke arah meja yang mereka tempati tadi. Ardan melupakan Naura, Naura sudah menghilang.
Ardan berlari meninggalkan Zizi, ia mencari Naura di setiap sudut tempat itu
"Kau pembohong Ardan, kau mencintainya!" tutur Zizi ketika melihat Ardan begitu panik
...----------------...
Naura meninggalkan pesta dengan hati lega. Ardan tidak akan mencarinya, bukankah wanita yang di cintainya sudah kembali. Saat menuju pintu keluar, Naura di ikuti oleh seorang wanita.
Naura lari ke arah jalan keluar, untuk mencari taksi.
Tiba-tiba dari arah belakang, wanita tersebut menarik Naura, Naura terjatuh, wanita itu tersenyum lalu menginjak tangan Naura dengan heels yang di pakainya. Ia menginjak sangat kuat, Naura berteriak menahan sakit, tangannya pun mulai berdarah.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Ardan, wanita itu langsung kabur. Ardan memberi kode kepada suruhannya untuk mengejar wanita tersebut.
Ardan meninggalkan pesta, mukanya di liputi amarah, mereka kembali ke rumah. Naura tertangkap lagi. Naura ketakutan. Saat tiba Ardan menarik tangan Naura kemudian mendorongnya ke sofa
"Ardan, anggap saja aku seperti musuhmu. Setelah memarahiku kau akan tenang! Tetapi tidak bisakah kau menunjukkan sedikit belas kasihan kepadaku!"
Ardan menatap Naura yang sedang menangis, kemudian ia kebelakang mengambil kotak obat. Ardan duduk di samping Naura
"Baiklah, mari kita obati lukamu!"
Naura masih menangis, Ardan membiarkan, ia mengobati tangan istrinya. Kemudian membalut luka dengan perban.
"Biarkan aku pergi!" pinta Naura
Ardan menatap dengan lembut, tangannya merangkul bahu Naura. Ardan ingin memberikan pelukan sebagai penenang. Tetapi Naura menghindar ,
"Kenapa kau menghindar?" tanya Ardan, Naura hanya diam
"Aku tanya kenapa kau menghindar? Naura! Lihat aku? Apa kau takut?"
Naura membalas tatapan Ardan, tatapan penuh benci.
"Berhenti menatapku seperti itu, aku tidak suka!"
Ardan tersenyum jahat, kemudian ia mendekatkan wajahnya. Dengan berani, Ardan mencium Naura. Naura tersentak kaget. Naura tidak memberikan perlawanan. Ardan termakan omongan sendiri, katanya Naura menjijikkan tetapi ia sudah tidak bisa mengontrol nafsunya.
"Sekarang istirahatlah dengan baik"
Ardan kembali keluar, ia menemui wanita tersebut. Anak buahnya sudah menemukan dan membawa wanita itu ke gedung kosong yang tidak terlalu jauh dari hotel tersebut
Ardan masuk dengan muka garang, ia menatap wanita tersebut. Wanita itu langsung berlutut di hadapan Ardan
"Tuan Ardan mohon ampuni saya, saya tidak sengaja melakukan ini. Saya tidak sengaja, tuan Ardan tolong ampuni saya kali ini!"
Ardan hanya diam
"Tolong saya, saya tidak akan menyentuh Naura lagi" ucapnya sembari memohon
"Siapa dalang di balik ini?" tanya Ardan
"Surya, Surya yang menyuruh saya"
Surya adalah musuh bebuyutan Ardan, semenjak memasuki dunia bisnis, musuh Ardan semakin banyak.
"Tolong jangan sakiti saya, saya hanya melakukan perintah!"
"Apakah sebelum melukai Naura, kau menanyakan kepada dia?"
Wanita itu hanya diam ketakutan. Ardan tertawa
"Tentu saja tidak, karena kau berpikir pasti saya akan diam! Jadi sekarang bagaimana kau bisa memohon kepadaku?" bentak Ardan
Kemudian ia melihat ke bawah, Ardan menginjak tangan wanita itu seperti yang ia lakukan kepada Naura. Ardan menginjak tanpa belas kasihan, wanita itu berteriak histeris
"Aaahhh.... Sakit... Aku mohon!"
"Siapa kau? Sampai berani melukai istriku?"
Setelah puas Ardan tersenyum culas. Wanita itu mengerang kesakitan.
"Apa kau pikir? Istriku bisa di tindas orang lain? Tidak! Tidak semudah itu, saya akan menginjak-injak mereka sampai puas!"
"Enyah dari sini dan katakan kepada dia, saya akan membuat perhitungan!"
Wanita itu berlari ketakutan. Ardan dan bawahannya kemudian meninggalkan tempat tersebut.
"Bawa Surya itu ke hadapanku, bagaimana pun caranya" suruh Ardan, sebelum mereka berpisah.
siapa yg mo daftar lagi masih dibuka nih😌