NovelToon NovelToon
Menuai Rindu

Menuai Rindu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:50.7k
Nilai: 4.8
Nama Author: Ayu

" Mas Wira, kalau sudah besar nanti, Mega mau menikah dengan mas Wira ya?! pokoknya mas Wira harus menikah dengan Mega..?!" ucap gadis kecil itu sembari menarik lengan Wira.
Mendengar rengekan Mega semua orang tertawa, menganggapnya sebuah candaan.
" Mas Wira jangan diam saja?! berjanjilah dulu?! mas Wira hanya boleh menikah dengan Mega! janji ya?!" Mega terus saja menarik lengan Wira.
Wira menatap semua orang yang berada di ruangan, bingung harus menjawab apa,
" mas Wira?!" Mega terus merengek,
" iya, janji.." jawab Wira akhirnya, sembari memegang kepala gadis kecil disampingnya.
Namun siapa sangka, setelah beranjak dewasa keduanya benar benar jatuh cinta.
Tapi di saat cinta mereka sedang mekar mekarnya, Mega di paksa mengikuti kedua orang tuanya, bahkan di jodohkan dengan orang lain.
bagaimanakah Nasib Wira, apakah janji masa kecil itu bisa terpenuhi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pisang goreng

Mega terduduk di atas kursi riasnya sembari menangis,

Ia sungguh tidak menyangka kalau Wira belum menikah,

Tentu saja rasa bersalah menguasai Mega.

Apakah itu terjadi karena kekecewaan nya yang besar pada Mega?

Apa dia trauma akan hubungannya dengan Mega, karena itu Wira tidak juga menikah?.

Banyak hal yang berputar putar di kepala Mega tentang Wira.

Mega menghapus air matanya, menatap dirinya di kaca,

Sungguh menyedihkan dirimu Mega..

Kau pecundang..

Bisa bisanya menyakiti Wira sampai seperti itu.

Harusnya laki laki itu sudah berkeluarga, dan bahagia dengan anak istrinya.

Mega masih menatap dirinya di kaca, dengan air mata yang mengalir di pipinya.

Lama perempuan itu merenung,

Sampai akhirnya pandangannya ia jatuhkan ke atas tempat tidurnya.

Melihat tempat tidur itu hatinya semakin di selimuti kesedihan,

Penyesalan.

" mbak Mega.." suara buk Parni di luar pintu kamar,

" iya buk?" Mega cepat cepat mengusap wajahnya.

" kenapa buk?" tanya Mega sembari membuka pintu,

" pisang gorengnya sudah jadi, mbak Mega atau saya yang mengantar ke sebelah?"

" saya saja buk, buk Parni istirahat saja.. Sudah malam.." kata Mega.

Mega mengambil sweaternya, di pakainya sweater itu untuk menutup dasternya yang cukup tipis itu.

Mega mengetuk pintu rumah ibu Wira,

" budhe.. Budhe..?" panggil Mega sembari membawa sepiring pisang goreng di tangan kirinya.

" budhe..?" panggil Mega lagi,

Tidak lama pintu itu terbuka,

Tapi bukan budhe asri yang membukanya,itu Wira, Wira yang sepertinya sudah siap siap untuk tidur, karena lelaki itu hanya memakai celana pendek dan kaos dalam saja.

" Budhe?" tanya Mega,

" ibu Rewang dirumah Bu Siti, mungkin sampai malam, kenapa?" tanya Wira dengan nada yang masih juga tidak ramah.

" Ah tidak mas, aku hanya ingin memberikan pisang goreng untuk budhe," Mega menyerahkan piring itu pada Wira.

Setelah tau akan status Wira yang tidak ber istri, Mega tentu saja merasa lebih tenang,

Bayangannya akan istri Wira yang akan menuduhnya menganggu suami orang sudah sirna.

Namun tetap saja, Wira dan dirinya sudah tidak bisa seperti dulu,

Karena bagaimanapun, Mega adalah orang yang paling bersalah.

Dengan wajah datar Wira menerimanya,

" ya sudah mas, selamat malam." ucap Mega lalu berbalik,

" sebentar." kata Wira membuat Mega kembali berbalik.

" duduklah. Aku mau bicara." Wira terlihat serius,

" soal?" tanya Mega,

" ya soal rencana pembangunan perpusmu." suara Wira tegas.

Mega mengangguk, meski merasa sedikit tidak nyaman Mega tetap berjalan masuk.

Mega sungguh tidak menyangka kalau Wira tidur dirumah ibunya,

Karena budhe asri pernah berkata bahwa Wira jarang tidur dirumah ini.

" Gambar denah disini."

Wira memberikan sebuah kertas dan pena,

" untuk perpustakaan?"

" tentu saja, memangnya mau bangun apa?" Wira terdengar ketus.

Mega tidak menjawab, ia segera mengambil pena itu dan menggambar di atas kertas polos itu.

" ini mas.." di serahkan gambar itu pada Wira,

" dua ruang utama?" tanya Wira saat sudah melihat gambar Mega.

" iya, satu untuk perpustakaan, satu untuk kelas menggambar atau melukis..

dan dua kamar mandi,"

" satu kamar mandi saja." Wira menatap Mega,

" dengarkan aku Mega, satu kamar mandi cukup, jangan berlebihan, gunakan uangmu dengan bijaksana." nasehat Wira.

Mega terlihat berpikir,

 " baiklah," kata Mega.

" pikirkan ini dengan matang Mega, niatmu memang baik, tapi ini akan menghabiskan uang yang tidak sedikit."

" aku tau mas,"

" tidakkah lebih baik jika kau membangun sebuah cafe atau taman baca di pinggiran kota Mega, disana banyak sekolah, pastinya banyak anak anak SMA."

" nah.. Kau mengajakku beramal atau berbisnis mas?" Mega bertanya dengan nada yang kalem, belum lagi tatapan Mega yang lembut.

Wira menyandarkan punggungnya di kursi,

" semua terserah padamu saja Mega, aku hanya mengutarakan pandanganku.

Berpikirlah dulu baik baik Mega,

Sebelum aku mencari tukang dan menyerahkan gambar ini.

Karena dari gambar mu saja, bangunan yang kau inginkan bisa di bandingkan dengan ukuran satu rumah penduduk disini.

Bahkan mungkin lebih besar.

Uang yang akan kau keluarkan tentunya tidak sedikit Mega."

" mas takut aku akan menyesalinya?"

" betul." jawab Wira cepat.

" baiklah mas, begini saja.. Aku akan meyakinkan diriku, berpikir dan berpikir ulang, sembari aku melihat kondisi anak anak dikampung ini lebih lama."

" itu bagus." Wira mengangguk tanpa ia sadari.

" biar kusimpan gambarmu, jika kau sudah benar benar berpikir sampaikan hasil pemikiran mu padaku."

Mega mengangguk,

" baiklah mas, terimakasih atas saran saranmu, aku sangat menghargainya.

Kalau begitu aku pulang dulu mas, ini sudah malam," Mega bangkit, Wira hanya menatapnya, tak menjawab.

Namun Mega tidak menanti jawaban Wira, ia berjalan keluar dari rumah ibu Wira.

Saat akan memasuki pagar rumah Kakung, sebuah motor berhenti tidak jauh darinya,

" Mega??" suara seorang laki laki, Mega tentu saja menoleh ke asal suara.

Seorang laki laki sepantaran Wira, laki laki itu menatap Mega dengan tekun,

" Mega kan? Ini aku, Ferdi, yang dulu tinggal di gang satu.."

" ya ampun? Mas Ferdi? Maaf aku lupa lupa ingat habisnya mas Ferdi sedikit berbeda sekarang?" keduanya berjabat tangan.

" Sudah lama sekali kita tidak bertemu Mega,"

Mega mengulas senyum,

" iya, sepuluh tahun aku tidak pulang kesini mas,"

" aku juga baru pulang merantau Mega, baru tiga bulan ini pulang,"

" oh ya?"

" iya Mega, aku bekerja di Kalimantan sebelumnya, di pertambangan.. Tapi sekarang aku harus dirumah, mengurus anakku.." wajah Ferdi tiba tiba sayu,

" kalau boleh tau kenapa mas? Apa anak mas Ferdi sakit?" tanya Mega hati hati.

" tidak Mega, dia sehat alhamdulillah, hanya saja.. Aku baru bercerai dengan istriku Mega..

karena aku jarang pulang, dia pergi dengan laki laki lain.."

Mega tiba merasa tidak enak mendengarkan cerita sedih Ferdi.

Tapi ia tidak bisa acuh pada Ferdi begitu saja, karena Ferdi dulu termasuk teman baik Wira, hubungannya dengan Mega juga baik.

Siapa yang menyangka, Wira ternyata berdiri di teras rumah ibunya,

Menatap ke arah Mega dan Ferdi yang sedang asik berbincang.

Raut Wira terlihat tidak senang, andai saja hubungan mereka masih seperti dulu, Wira akan segera menarik Mega dan membawanya masuk.

Tapi Wira tidak punya kuasa apapun atas Mega,

Ia masih sehat, dan tidak akan menyeret istri orang.

Ia sungguh ingin tidak perduli, tapi melihat Mega berbincang asik sembari mengulas senyum manisnya pada orang lain membuat Wira sungguh terganggu.

1
Murni Zain
Serius Handoko menangis 🤔🤔
msh ada hati dn perasaan sedih lihat anknya bersimpuh.. menyelamatkan dirinya. 🙄
indy
Pak handoko ke anak sendiri saja tega apalagi ke orang lain
Mika Saja
bisa nangis kau pak Handoko, penyesalan mu SDH TDK berguna lg, tinggal menunggu semua yg kau pnya akan hilang sekejap mata,,,mba ayu minta up 1x LG ya 🤭🥰
Mika Saja: siap mba ayu👍🥰🥰
ayuningdianti: besok ya kak.. matanya udah berat..😁🙏🙏
total 2 replies
margareta nababan
AYO UP LAGI KAKKKK PLIS KAMI NUNGGUIN MEGA D BAWA WIRA
Mika Saja
dah Wira ayo bw pergi aja Mega,, pelayan nya SJ sampai blng bgtu,tentunya mrk tau apa yg terjadi dirumah itu,,,
Nene Juan
Sampai ketinggalan tiga part, kenapa gx ada notip, di hpku yah..
Lyna Elza
hadehhhh HANDOKO dipelintir tangan nya Uda kesakitan kayak gitu..... sok pahlawan
Iyee Kah
suksess slalu thorr
ayuningdianti: amin kak...
total 1 replies
Sitti Ramadan
aku nangis lo thor, sedih, terharu wira dtg untuk mega, trus yudha ikhlasin mega buat wira walaupun dia juga harus babak belur
Murni Zain
Alhamdulillah akhirnya pertolongan dtg tepat waktu.. mas Wira ❤😍🥰
mbk Ayu the best ❤❤❤
Wiwik Roviyantini
kok ada y orang tua macam Handoko 😶😶😶
margareta nababan
kakkkkk, ayo up lagiiii saya ga sabarr nii
ayuningdianti: agak malam kak..🙏
total 1 replies
evi Lusi
makash upnya mbak Ayu
evi Lusi
wuih tepat waktu maz wiraa
Murni Zain
Alhamdulillah... akhirnya Wira dtg... tujukan pesona mu Mas Wira, bikin Handoko menyesal.balas semua perbuatan Handoko untuk Mega.
Lyna Elza
yessss hancur kan HANDOKO
Ervina Ard
Gimana nasib Yudha? Kl mngl, Handoko bs kena tp bs jg lolos, tergantung kekuatan 'rahasia' penyuapan yg dilakukan papanya Yudha.
santhy
mas wira .. aku padamu maaaass 😍
Mika Saja
orang tua Mega benar2 sakit ini,,Wira CPT lah kau dtng,,ayo selamat Mega dan yudha,,,basmi orang bersafari dan Orang tua mega yg benar2 mengerikan s
evi Lusi
semakin grrget aku sama papanya mega ini
sangat arogan sekali
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!