Grace Jacorey, seorang editor di salah satu perusahaan media di California. Karena kecerobohannya bersama temannya membawanya ke dalam sebuah masalah. Ia dipertemukan dengan salah satu keturunan Walton, seorang pria tampan dan kaya raya. Sejak pertemuan itu, Grace merasakan jantungnya berdebar saat berada di dekat pria itu. Mungkinkah ia jatuh hati pada Pria itu? Akankah pria itu memiliki perasaan yang sama dengan Grace?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gelsomino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Jantung Berdegup
********
Grace baru saja menerima pesanannya. Ia berjalan menuju pintu keluar. Kedua tangannya menenteng kopi dan cemilan titipan teman-teman kantornya. Sebenarnya ia bisa saja menghubungi pegawai coffee shop dan mengantarnya ke kantor mereka, tapi Grace ingin menikmati udara di luar walau hanya sebentar saja. Lagi pula ia juga ingin menghilangkan rasa kantuknya. Ia harus menyelesaikan pekerjaannya sebelum jam makan siang.
"Drttt...drrtttt..." ponsel miliknya bergetar.
"Abaikan saja," gumam Grace. Grace akan menghubunginya kembali setelah tiba di kantor.
"Oh sial... siapa yang berani melakukannya," Grace geram karena ponselnya sudah tiga kali berdering. Grace berusaha mengambil ponselnya dari dalam saku celananya. Namun sayang, ponsel miliknya jatuh tergelincir karena tangannya licin.
"Oh tidak.. ponsel baruku," Grace refleks melempar dengan asal kopi ditangannya dan mengambil ponselnya.
Grace membolak-balikkan ponselnya melihat apakah ada yang rusak dari ponselnya.
"Untung saja kamu tidak apa-apa," Grace mengecup ponsel barunya. Grace menyadari sesuatu. Ia lalu memutar tubuhnya dan terkejut saat melihat seorang pria dengan stelan jas biru berdiri dihadapannya dengan sorot mata yang tajam. Baju pria itu basah dan kotor karena kopi miliknya. Grace melirik ke bawah, kopi yang dibelinya tumpah.
"Tuan, saya minta maaf. Saya tidak sengaja melakukannya," refleks mengusap baju pria itu. Grace menelan ludahnya. Ceroboh, dia terlalu ceroboh. Sial, tatapan pria itu membuatnya ciut. Tatapan itu bahkan lebih tajam dari Regan.
"Saya akan meng__" suara dering ponsel menginterupsinya. Grace melirik ponselnya sekilas. Diana menghubunginya. Dengan cepat Grace menolak panggilannya.
"Cepat katakan sesuatu Grace," batinnya. Pria itu tidak berbicara sejak tadi.
"Sebagai permintaan maaf, saya akan mengganti pakaian anda Tuan," ucap Grace. Pria didepannya menaikkan satu alisnya. Sejak tadi ia tidak berhenti menatap wanita di depannya.
"Kamu pikir saya tidak bisa membelinya."
Grace tersentak, suara pria itu terdengar sexy di telinganya.
"Saya tidak bermaksud merendahkan anda Tuan. Saya hanya ingin bertanggung jawab," ucap Grace menatap mata hijau pria di depannya. Grace akui, pria itu memiliki mata yang indah. Jangan lupakan parasnya yang sangat tampan. Ah, jangan dulu. Kenapa jantungnya berdegup kencang.
"Apa karena aku sedang terpana. Oh tidak. Tidak mungkin. Ini karena kamu sedang takut Grace," batin Grace.
"Sadar Grace, kenapa kamu malah memuja pria di depanmu," batinnya. Pria itu tidak berbicara lagi. Memilih pergi meninggalkan Grace.
"Tuan, tunggu.." Grace melangkah dengan cepat menghampiri pria itu. Ia mengambil sebuah toples kecil dari dalam tasnya. Tadi pagi ia membawa cookies dan lupa memakannya.
"Tolong terima ini sebagai permintaan maaf saya. Saya tidak bermaksud menyinggung anda," ujar Grace memberikan cookies buatannya pada pria itu.
"Apa kamu sedang mencoba menarik perhatian saya? Semua perempuan sama saja," kata pria itu menatap remeh Grace. Ada banyak perempuan yang melakukan hal yang sama dengan wanita didepannya.
Grace mengerutkan keningnya. Kedua kalinya pria itu berpikiran negatif padanya. Ditambah lagi dengan tatapan remeh pria itu padanya, membuatnya tidak nyaman.
Ia akui pria itu memang tampan tapi ia tidak sedang menarik perhatiannya. Ia hanya tidak ingin merasa semakin bersalah.
"Maaf, saya terlalu lancang. Tapi anda perlu tahu, saya tidak seperti perempuan lain yang anda maksud itu," ujar Grace lalu memutar tubuhnya tidak ingin melihat pria itu. Ini salahnya, harusnya ia tidak mengejarnya tadi.
Ponsel miliknya kembali berdering.
"Akh... Kalau saja kamu tidak menghubungiku tadi semua ini tidak akan terjadi," ucap Grace frustasi lalu mengangkat panggilan dari kakaknya.
"Apa kak___"
"Satu jam lagi aku tiba di bandara, kamu jemput aku ya.." ucap Diana memotong perkataan Grace. Grace menghela nafasnya. Kebiasaan kakaknya datang tanpa memberitahunya.
belum lagi dia dah jadi bekas selingkuhan, dah pernah tidur bersama sampai hampir punya anak...idiiii jijik gw, helena juga dah umurnya stengah abad dah cukuplah hidup dengan pernikahannya. kalo dah tua sdh tdk peduli namanya menikah lagi, mending sendiri dah punya anak dan cucu. kagak sepi" amat hidup.
selingkuh itu penyakit. kgk ada obatnya.
simon emng gak bisa dimaafkan. kalo misalnya tuh selingkuhan gak kegguguran..apa iya simon tdk meninggalkannya?
kgk lah!
pengusaha kok bodoh gitu😌
lah si Aron juga, harusnya dia belajar dari hubungan ayahnya dengan ibunya dulu , gimana akhirnya bercerai apakah karena selingkuh atau masalah lain. harusnya dia belajar dari legalana ayahnya pd Paulina dan kejadian dia bermain belakang yang katanya dijebak sama sekretarisnya..dan menyalahkan ayahnya dan bersikap seperti Ken baru bener,😌
latar belakangnya emng dunia barat. tapi percuma aja kalo wanita utamanya selalu yang ori. lagian sdh ada Alena sebagai karakter untuk pria satu anak kenapa Grace juga harus rasanya perbedaan itu disayangkan untuk karakter wanita lain. seperti teman" Grace mereka sdh pd berbeda untukendapatkan pasangan ..lah si Grace dengan Alena malah sama. kalau Alena si wajar ya namanya pria beristri pasti punya anak..lah Kendrick, harusnya gak usah😒 gw jadi agak gak mood lagi bacanya😪