Niat hati ingin memberikan kejutan di hari pernikahan. Hatinya hancur berkeping-keping di saat sang suami lebih memilih meninggalkannya di bandingkan bertahan di dalam pernikahan.
Pertemuannya Alex dengan wanita bernama Eliza menggoyahkan hati pria itu, padahal pria itu sudah beristri yang tak lain pelakor dalam hubungan Eliza.
Jerat pun mulai Eliza lakukan demi membalas rasa sakit yang dulu pernah Mauren lakukan.
Bagaimana kisah mereka bertiga? akankah hubungan Eliza dan suami orang diresmikan atau justru karma Eliza tuai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 - Eliza & alex
Eliza dibuat terbelalak oleh sikap pria yang menurutnya aneh bin nyata ini. Bagaimana tidak aneh tapi nyata, pria yang tidak ia kenali justru mengecup bibirnya tanpa rasa berdosa di depan umum. Bagaimana tidak kesal dan marah saat dirinya mendapatkan sebuah serangan dari pria asing tak tahu siapa dia.
Celine sampai mangap tak percaya bosnya mendapatkan kecupan tak terduga dari pria tampan rupawan serta gagah perkasa. Dia juga melototkan matanya dengan tangan membekap mulutnya sendiri.
"Oh my god!" pekik semua orang yang ada di sana meneriaki aksi berani Alex ini. Mereka justru bertepuk tangan begitu heboh melihat adegan romantis di depan mereka.
Eliza menggeram menahan amarah. Dia pun dengan kasar menampar wajah Alex di saat pria itu tengah menikmati ciumannya.
Plak!
Sangat keras dan mungkin terasa panas di rasakan oleh Alex. Pria itupun diam mematung menyadari keterkejutannya atas apa yang ia lakukan barusan. Alex di buat tidak mengerti kenapa dirinya sampai nekat melakukan hal itu
Eliza pun memberontak turun tak peduli dengan rasa sakit yang ia rasakan saat ini. Dirinya jauh lebih sakit ketika mendapatkan perlakukan tak senonoh dari seorang pria yang tidak dikenalnya di depan umum pula.
Alex yang tidak bisa menahan pergerakan Eliza lalu melepaskannya dari gendongan dia. Sorot matanya tajam bak harimau menerkam, tangannya terkepal kuat begitu marah tidak terima ada yang menamparnya di depan umum begini. Harga dirinya begitu tinggi sehingga tidak ada yang boleh mempermalukan dirinya manapun.
Eliza menatap sengit menatap tajam seakan tidak takut kepada pria yang tengah menatapnya juga. "Dasar pria kurang ajar, beraninya kamu menciumku di depan semua orang. Kamu pikir saya ini apa sampai beraninya melakukan pelecehan terhadapku!" Eliza membentak pria itu tanpa rasa takut sedikitpun.
"Mbak, Anda jangan berbuat kasar kepada Bos saya. Dia itu ..."
"Saya tidak peduli dia Bos ataupun bukan, pejabat atau pun bukan, rakyat jelata ataupun bukan, orang kaya sekalipun saya tidak peduli! orang yang kamu kira Bos ini sudah melakukan tindakan kurang ajar dan saya tidak terima itu!" Suara Eliza menggema memekik memarahi Alex di depan banyak orang.
"Hei wanita bodoh, kamu pikir saya mau mencium mu, hah? Kalau bukan terpaksa untuk membungkam kecerewetan mulutmu itu mana mungkin saya akan menciummu. Cuiihh tidak sudi saya harus melakukan adegan mesra dengan wanita tidak tahu berterima kasih sepertimu." Alex tidak kalah ingin mengalah, pria berahang kokoh bermatakan hazel coklat itu tidak terima oleh sikap Eliza yang menamparnya.
"Siapa yang tidak berterima kasih? Saya? Hahaha dasar kamu yang bodoh. Kamu yang mulai menawarkan jasa ke Rumah sakit, kamu tiba-tiba menggendong saya dan kamu yang mencium saya dan seakan sekarang kamu menyalahkan saya? Hahahaha kamu itu bodoh, pikun atau memang tidak tahu malu?" Eliza tak kalah bengis melawan setiap ucapan Alex. Dia menertawakan kegilaan pria yang ada di hadapannya ini.
"Mbak, sebaiknya Anda minta maaf kepada bos saya. Kalau tidak, Anda ..." Kenan bersuara membela bosnya tapi Eliza segera memotongnya.
Eliza melirik Kenan dan berkata, "Kalau tidak apa? Saya akan di hancurkan? Di siksa? Di penjara? Di kurung dalam sangkar rumah tangga seperti cerita novel umumnya yang dimana wanita salah selalu di jadikan bahan mainan pria yang akan balas dendam lalu perlahan di sakiti, di tinggalkan, di buang begitu saja? Ck, saya tidak peduli itu. Dan sekalipun dia ..." tunjuk Eliza tepat pada wajah Alex yang tengah terkepal kuat menahan amarahnya.
"Seorang pria kaya pun saya tidak takut," lanjutnya menatap mata pria itu dengan wajah meringis sakit di bagian kaki terutama kaki yang pernah tertabrak.
"Kau!" Alex menunjuk wajah Eliza dan memperhatikan wajah cantik wanita yang ada di hadapannya, tapi seketika amarahnya mereda saat melihat Eliza meringis kesakitan memegangi lututnya. Barulah Alex tersadar dan enggan lagi membahas ini.
"Eliza, kakimu terluka lagi! Ayo kita periksa ke dokter. Aku takut luka yang dulu kamu alami kembali terluka." Celine pun memapah Eliza membawanya pergi dari sana setelah mendapatkan anggukkan dari Eliza.
Alex diam mematung memperhatikan wanita itu dan hal itu membuat Kenan di buat bingung. Untuk pertama kalinya sang bos amarahnya mereda hanya karena seorang wanita, dan untuk pertama kalinya juga ia melihat Bosnya tidak gatal bersentuhan dengan wanita selain keluarga.
"Lex, apa perlu gue mencari tahu dia?" Kenan menawarkan diri untuk mencari tahu siapa Eliza yang sebenarnya. Dia merasa tuannya ini tertarik kepada wanita cantik bertubuh ideal itu.
"Tidak perlu! Gue malas sekali membahas wanita gila itu, biarkan dia bebas tanpa harus berurusan denganku. Gue hanya ingin mencari kedai kopi saja, ayo buruan!" Alex melangkah pergi dari sana namun mata terus tertuju pada wanita yang sedang masuk ke dalam taksi itu. Tak di pungkiri matanya tidak bisa terlepas dari Eliza. Entahlah, dia seakan enggan melepaskan pandangannya terhadap wanita itu.
Hingga Alex tak sadar jika dirinya terus di perhatikan oleh Kenan dan tanpa di sadarinya jika Alex sampai menubruk kendaraan yang terparkir di sana saking mata tak fokus pada jalan tapi lebih fokus pada pandangan di depan.
Dug...
"Sialan, siapa sih yang menyimpan kendaraan sembarang tempat? Ganggu jalan saja!" umpat Alex seraya menendang ban mobil itu saking kesalnya telah membuat dirinya tersandung.
"Alex, lo menyalahkan mobil orang? Justru lo yang tidak jalan memakai mata," ujar Kenan mengulum senyum melihat kekonyolan bos sekaligus temanya. Ini, gaya bicaranya pun tidak se formal tadi, lebih asik saja.
"Diam Kenan! Jalan itu pakai kaki bukan pakai mata, bodoh. Sudahlah, buruan cari kedai kopi. Gue jadi badmood beli di sini gara-gara wanita itu pikiran gue jadi kacau tak terkendali. Sialan tuh cewek." Alex terus saja mengumpat kesal seraya masuk lagi ke dalam mobil.
Kenan menggelengkan kepalanya merasa heran pada atasan yang satu ini. "Alex gila, dia yang salah malah tidak ingin disalahkan." gumamnya sambil masuk ke dalam mobil dan mencari kedai yang lain sesuai perintah Alex.
"Apa lo? Gue dengar, Kenan."
"Hehe, tidak apa-apa Bos."
*****
Sekitar setengah jam berlalu, Eliza sudah sampai di kedainya dan sudah berada di hadapan Sarah. Dia juga sudah di periksa, lukanya tidak terlalu parah.
"Ada apa? Tumben sekali kamu terlihat khawatir?" Eliza menelisik wajah wanita yang sedang duduk di hadapannya ini. Di perjalanan Eliza mendapatkan pesan dari Sarah, katanya ada hal penting yang harus di bicarakan.
"Ini kabar tentang Vicky." Sarah meneguk dulu minumannya sebelum melanjutkan ucapannya.
"Vicky? Ada apalagi dengannya?" Meski heran, tapi Eliza begitu penasaran. Tidak di pungkiri jika rasa cintanya masih ada untuk pria itu di relung hati terdalamnya. Meskipun Vicky jahat tapi hari kecilnya masih cinta.
"Dia saat ini sedang koma."
"Apa?! Koma?"