Gresen sudah tertidur pulas. Suara itu selalu membuatku terbangun. Ya, seperti suara sepatu dengan sol keras melintasi kamar kami.
tuk...tuk...tuk...
Beda denganku, Gresen bilang tak pernah mendengar apa-apa.
"Mungkin suara jam dinding disuatu tempat" Itu yang kupikirkan saat kali pertama mendengarnya. Namun mana ada jam dinding yang berpindah-pindah. Aku pernah mengintip keluar lewat jendela. Tak ada apa-apa.
Akra dan Gresen adalah teman dekat. Karna sering ditinggal ortu yang sibuk, mereka sering berlibur bersama. Tapi ada yang janggal setiap kali mengunjungi desa neneknya Gresen. Ada suara aneh diluar kamar mereka.
Sebuah suara antara ada dan tiada, mengantarkan mereka pada misteri yang penuh tanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thara 717, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta tengah malam
Sebuah pesan masuk, Vert membaca layar ponselnya.
"Party midnight"
Dia mendekati meja memasukan senter, tali, gunting, pisau lipat, peta, dan log pose, kedalam ransel. Dengan cepat dia mengambil roti dan air mineral, Vert menutup pintu dan keluar menuju halaman.
Saat itu senja baru berakhir. Dia melewati padang bunga menuju kedesa pelabuhan diseberang gunung. Mesin pemecah batu sudah berhenti bekerja. Vert memandang semua itu dengan sekilas. Pikirannya sedang memikirkan kemungkinan yang mungkin terjadi.
Vert sampai didesa dermaga ketika malam sudah turun dengan sempurna. Dia melihat sekeliling. Beberapa warung disana masih dibuka. Tapi, tidak banyak pengunjung yang datang.
Beberapa petugas bongkar muat mengawasi proses berjalanya. Hasil bumi dari desa neneknya Gres, lebih dekat jika dikirim dari jalur laut, dari pada jalur darat. Disana dimuat banyak ikan, udang air tawar, unggas, dan hewan berkaki empat. Bukan itu saja, mereka juga banyak mengirimkan buah-buahan seperti mangga dan Alpukat.
Vert menyusuri pantai dan memandang melewati ombak yang menerpa pasir dikakinya. Dua kapal dikejauhan tampak memancarkan lampu berkelap-kelip, dan perlahan-lahan mendekat. Vert sedang menunggu salah satu dari dua kapal itu.
Dia menggali pasir, menguburkan botol air mineral dan bungkusan rotinya. Jika ada anak kecil yang melihat, dia mungkin akan ditertawakan. Ya, mau bagaimana lagi. Tak ada satupun sampah disana. Bahkan tempat sampah pun tidak kelihatan.
Beberapa kapal mendekat. Kapal itu berlabuh di dermaga dengan tenang. Vert naik kekapal terakhir. Dek kapal itu telah dihiasi dengan meja dan kursi yang diberi taplak meja berwarna merah muda dengan renda putih berkilau.
Disana ada empat meja panjang yang diisi dengan gelas, dan berbagai anggur dari berbagai tahun. Ada bermacam kue dan aroma manis memenuhi ruangan. Lantai disana telah dihiasi karpet berbulu setinggi mata kaki yang sangat lembut. Seperti bulu kucing Persia.
"Selamat datang." Kata seorang wanita dengan gaun hitam yang bagian pinggangnya dihiasi kulit ular.
"Senang bisa bertemu denganmu disini."
"Sudah lama, ya?" Katanya sambil membuka mantelnya, dia memberikanya pada wanita itu untuk menyimpannya.
Vert menuju ujung ruangan dan menaiki sebuah tangga dengan pegangan dari rusuk gajah yang di bentuk. Disana terdapat banyak hiasan dari bermacam-macam fosil dan tanduk. Seperti tanduk gajah, rusa, dan kerbau.
Vert menuju sebuah kamar diatas, dia mengeluarkan sapu tangan dan melihat setiap sudut dipintu tersebut. Setelah memastikan tak ada apapun disana, Vert membuka pintu dan menganti pakaian.
Dia keluar dengan jas hitam dan dasi merah menyala. Mereka berdiri begitu melihat Vert datang. Kira-kira ada selusin orang di sana. Mereka mempersilahkan Vert duduk dan menarikan kursi untuknya.
"Selamat datang Vert." Seorang laki-laki dengan rambut setengah kelabu berdiri menyalaminya.
"Ya, bagaimana kabarmu?" Tanya Vert. Dia adalah pemangsa tingkat atas, hampir semua pasokan barang ilegal ditangani dibawah kendalinya.
"Baik. Tapi, kami sedikit sibuk sekarang." Kata Finch.
"Begitu."
Seorang laki-laki mendekat. Beda dengan Finch dia memakai pakaian funky seperti seorang rocker.
"Bagaimana kabar kalian semua? Aku punya berita menarik. Kalian tau aku baru membuka tiga bisnis baru." Dia adalah seorang pialang yang bertugas melelang barang-barang seni.
"Apa ada barang bagus?" Kata seorang wanita berbaju hijau gelap dengan pernak-pernik yang membuatnya tampak seperti pucuk pepohonan.
"Tidak. Tapi, aku sedang menunggu kiriman dari seseorang. Akan aku tunjukan ketika benda itu tiba." Mereka bercerita tentang bisnis masing-masing.
Sebenarnya, Vert sedang menunggu seseorang. Dia akan memberikan beberapa informasi yang sepertinya dibutuhkan..
Wanita dengan gaun hitam dan bagian pinggang berhiaskan kulit ular datang membawakan mereka satu nampan gelas dan serbet.
Dia tersenyum lebar,
"Ma'af menunggu lama." Katanya riang.
Dibelakangnya, seorang bartender datang, dia memakai pakaian biru tua, tanganya begitu anggun membuka penutup gabus dan mulai mencampurkan beberapa botol anggur sekaligus.
"Selamat menikmati." Seorang laki-laki berusia tiga puluhan dengan pakaian putih ala koki Italia datang menghidangkan kepada mereka satu cawan berisi irisan buah-buahan yang di beri mayones, telur rebus, dan krim.
Dari pintu depan masuk sepasang laki-laki dan perempuan, mereka bergandengan mesra dan duduk di kursi tepat didepan Vert. Mereka adalah sepasang pebisnis yang bergerak di bidang jasa keuangan. Tuan dan nyonya Daniel.
Mereka membungkuk dan tersenyum. Dua orang pelayan mendekat, mereka mempersilaka pasangan itu duduk. Dan menarikan kursi untuk mereka. Seorang lagi datang dan memberikan makanan pembuka.
"Selamat datang." Kata mereka. Keduanya tersenyum pada semua yang hadir.
"Kami baru saja menyelsaikan urusan di luar. Dan kami punya berita baik. Mungkin sebentar lagi kami punya anak bayi." Kata mereka
Berikutnya, satu piring steik dengan kentang goreng dan segelas kuah sayur. Mereka mulai makan, Vert memperhatikan mereka berdua tidak terlalu mahir menggunakan garpu dan pisau.
Mereka yang hadir dipesta makan itu adalah para pebisnis elit dari segala bidang. Tapi, sayangnya, semua bisnis mereka adalah bisnis ilegal
bawah tanah.
Acara makan selsai mereka bermain kartu dan bersenang-senang. Vert menuju kekamar mandi, disana dia menemui seseorang dan memberika sebuah CD kepadanya.
"Kau masih memakai cara kuno, ya Vert." Kata orang itu, dia memasukan CD tersebut kekantong jacketnya.
"Itu lebih baik karna tidak bisa disadap." Kata Vert.
"Aku tau. Terima kasih." Katanya lalu keluar dari jendela yang terbuka.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi, mereka bicara untuk beberapa saat.
"Ada beberapa orang asing di desa tua." Vert sudah tau hal itu. Tapi, dia tidak ingin melaporkanya pada mereka. Dia harus bicara terlebih dahulu pada seseorang.
"Jangan lakukan apapun. Akan kuberi perintah saat waktunya tiba." Malam semakin larut. Mereka mulai membicarakan perkataan yang serius.
Pasangan suami istri itu membuka sebuah kotak besar. Kotak itu berisi barang yang harus dipasarkan.
"Ini adalah hasil perniagaan kita Minggu ini." Kata mereka.
"Sepertinya ada ancaman baru dari kubu selatan. Disana, banyak sekali pemukiman baru yang tau apa yang seharususnya tidak diketahui siapapun." Kata yang perempuan.
"Aku berpikir akan memindahkan markas kita ke daerah yang lebih dekat dengan dermaga ini." Itu yang dikatakan silelaki. Mereka membagi penghasilan mereka didalam kapal tersebut.
"Pergerakan seperti itu akan menimbulkan kecurigaan besar." Kata Vert.
"Ya, itu benar. Kami memiliki beberapa rencana. Karna itu, kalian harus hadir besok malam untuk mendengarkan." Katanya.
"Begitu." Vert tau mereka akan melakukan transaksi lain.
Hari semakin larut malam itu. Sementara kapal mereka bergerak menuju seberang. Seseorang muncul dari permukaan air dan menyusup kedalam kapal. Dia membuang pakaian renangnya menyisir kapal.
Diruang belakang, penyusup itu mengambil satu kotak barang yang lain. Dia menceburkanya kedalam laut dan kembali menyisir kapal. Dia mulai mengambil sinyal-sinyal dari hp yang menyala.
Vert merasakan getaran aneh dari HP-nya.
Orang itu sudah datang. Kata Vert dalam hati.
"Jadi bagaimana dengan Padang bunga ditepi hutan." Kata Vert mengalihkan pembicaraan agar sipenyusup bisa melakukan tugasnya dengan baik.
"Biarkan saja. Tak ada yang terlalu penting dengan itu." Katanya.
Mereka menghabiskan malam itu dengan merencanakan bisnis-bisnis baru dan memecahkan beberapa kendala yang membuat bisnis mereka hampir ketahuan.
Si penyusup itu meninggalkan sebuah pesan disana,
"Kita bertemu lagi, semoga kau bersembunyi lebih baik lain kali." Dia mengambarkan semangi daun empat yang melambangkan keberuntungan.
Penyusup itu melangkah keluar dan menceburkan diri diair yang dingin.