NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Demi Adikku (Naik Ranjang)

Terpaksa Menikah Demi Adikku (Naik Ranjang)

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Nur Aini

Caca terpaksa harus menikah dengan suami adiknya yang tengah terbaring sakit di salah satu kamar rumah sakit.

"Kak, aku mohon, menikahlah dengan abang Alden!" Ucap Lisa, sang adik di waktu terakhirnya.

Caca menggeleng tak setuju. Begitu juga dengan Alden. Tapi mendengar Lisa terus memohon dengan suara seraknya yang nyaris hilang dan dengan raut wajahnya yang menahan segala rasa sakitnya, Caca pun akhirnya menyetujui permohonan terakhir adiknya.

Bagaimana kelanjutan kisah mereka?

Yuk langsung saja intip serial novel terbaru Author!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 Titipan dari Haris

Malam ini Caca tetap tinggal di apartemennya. Dia tidak mau pulang ke rumah mertuanya. Lagi pula, rasanya dia masih butuh waktu untuk menyendiri sedikit lebih lama lagi.

Namun, saat sedang menikmati makan malam, tiba tiba bel berbunyi. Pertanda ada tamu yang datang.

"Siapa yang datang malam malam begini?!"

Segera saja dia mengintip di celah pintu dan ternyata tamunya tidak lain adalah Alden.

"Kenapa dia malah kesini?" Bisik Caca dalam hati sambil membuka pintu.

"Assalamualaikum." Ucap Alden.

Belum lagi Caca menjawab salamnya, dia sudah menerobos masuk. Tidak lupa membawa boneka titipan Haris.

"Waalaikumsalam." Jawab Caca sambil menutup pintu.

Caca bingung dan heran melihat Alden datang dari Bandung membawa boneka ukuran jumbo itu.

"Bersiaplah kita pulang ke rumah mama." Ujar Alden yang langsung mendudukkan diri di sofa depan TV.

"Aku lagi makan." Sahut Caca yang kembali menyuap makanannya.

Alden melirik kesegala arah seakan dia mencari sesuatu. Dia baru pertama kali masuk ke aparteman ini.

"Kamar mandi mana?"

Dia bertanya tanpa menoleh pada Caca.

"Itu.." Tunjuk Caca kearah samping pintu kamarnya, dimana kamar mandi berada.

Alden langsung menuju ke sana, dia pun mandi. Untungnya di kamar mandi, ada handuk yang memang selalu Caca siapkan sebagai cadangan apabila lupa membawa handuk saat mau mandi.

Salah satu kebiasaan Caca, apabila mau mandi sering lupa bawa handuk.

"Lama amat sih di kamar mandi. Apa dia buang kotoran kali ya?" Tebak Caca yang sudah selesai makan.

Selesai makan Caca mencuci piringnya, lalu kemudian dia melangkah masuk ke kamarnya mengambil barang barang yang akan dia bawa. Begitu Caca keluar dari kamarnya, saat itu juga Alden keluar dari kamar mandi dengan hanya mengikatkan handuk di pinggangnya.

Mata Caca tentu terpesona melihat betapa bagusnya tubuh bagian atas Alden. Dan Alden sendiri nyaman nyaman saja ditatap begitu oleh Caca.

"Astaghfirullah.." Ucap Caca saat tersadar dan dia hendak kembali masuk ke kamar, tapi sangking groginya, Caca malah terpeleset.

Untung saja, Alden dengan sigap menarik pinggang Caca dengan kedua tangannya, hingga Caca berakhir masuk dalam dekapan Alden. Tangan Caca bahkan tepat menyentuh dada berotot Alden.

Dug

Dug

Jantung Caca berdegup kencang dan napasnya terdengar tidak beraturan. Sedangkan Alden terlihat biasa saja dan tetap santai.

"Ma-maaf." Ucap Caca.

Dia menjauhkan dirinya dari Alden, dan kembali masuk ke kamarnya.

Caca sangat malu saat ini. Wajahnya merah bersemu dan hawa panaspun menyerangnya. Dia terduduk lemas dilantai kamarnya.

Sedangkan Alden, mengedipkan matanya beberapa kali. Kemudian dia mencoba menetralkan napasnya yang juga sebenarnya tidak beraturan. Tapi, dia mencoba terlihat tenang dan sok cool dihadapan Caca.

Alden kembali masuk ke kamar mandi untuk memakai kembali pakaiannya tadi. Karena ternyata dia tidak membawa pakaiannya yang dia tinggalkan di kopernya yang menunggu di parkiran bersama taksi.

Usai berpakaian kembali, Alden menatap wajahnya di cermin kecil kamar mandi. Dia tersenyum samar sebentar sebelum akhirnya dia keluar dari kamar mandi.

"Caca, cepatan!" Panggilnya.

Yang dipanggil masih kepanasan di dalam kamarnya. Meski begitu, dengan cepat dia memoleskan bedak kewajahnya dan juga sentuhan sedikit lipbalm agar tidak terlalu pucat.

Caca keluar dari kamarnya dengan sudah menenteng barang bawaanya. Dia siap untuk pulang kembali kerumah mertuanya.

"Boneka itu!" Seru Caca saat Alden sudah melangkah lebih dulu tanpa membawa boneka yang tadi dibawanya.

"Oh iya aku lupa. Boneka itu buat kamu."

Mata Caca membola mendengar apa yang dikatakan Alden. Dia mengira itu hadiah dari Alden untuknya. Caca bahkan tersenyum malu malu.

"Haris menitipkan boneka itu sama aku untuk diberikan ke kamu." Lanjutnya.

Senyum diwajah Caca hilang seketika Alden menyebut nama Haris dan ternyata boneka itu pun dari Haris.

"Bukannya abang Haris masih di Inggris?" Gumamnya pelan.

Caca melangkah mendekati boneka itu, disentuhnya dengan lembut boneka pemberian Haris itu.

"Dia sudah di Bandung sekarang. Dia bilang, dia tidak bisa menghubungi kamu."

Helaan napas berat Caca terdengar. "Hp ku dibakar mama. Sekarang aku hanya punya hp ini, tapi di sini tidak ada kontak bang Haris." Tuturnya terdengar sedih.

"Mama membakar hp kamu?" Tanya Alden yang berpikir mamanya yang membakar hp Caca.

"Bukan mama kamu, tapi mamaku."

"Kenapa? apa alasan dia membakar hp kamu?"

"Entahlah. Dia hanya mengatakan tidak suka karena aku menjadikan foto Lisa sebagai wallpaper."

Alden terdiam mendengar penuturan itu. Dia merasa buruk atas perlakuan buruk yang diterima Caca dari mama tirinya itu.

"Apa abang Haris baik baik saja?" Tanya Caca kemudian sambil melangkah menyusul Alden.

"Ya, dia terlihat sehat."

"Syukurlah."

"Loh bonekamu tidak dibawa?" Tanya Alden.

"Tidak. Biarkan saja disini. Aku tidak mau membawa boneka pemberian bang Haris kerumah suamiku." Sahut Caca.

Mata Alden sedikit bergetar saat Caca mengakuinya sebagai suami.

Kini mereka sudah di mobil taksi yang selalu mengantar jemput Caca kemanapun itu.

"Kamu mau nggak saya kontrak jadi supir pribadi?" Tanya Alden pada mas supir taksi itu.

"Pak Alden serius?!" Sahutnya bersemangat.

"Iya saya serius."

"Mau pak, saya mau."

"Ya sudah, kalau gitu kamu mulai kerja hari senin. Datang ke rumah pagi pagi, naik motor aja. Kamu punya motor nggak?"

"Iya pak, saya punya motor."

"Bagus. Jadi kamu nggak perlu nginap di rumah mama saya. Kamu cukup datang saat nyonya Caca membutuhkan sopir."

"Baik pak."

Caca melotot menatap kearah Alden yang duduk di sampingnya. Dia tidak meminta sopir pribadi, mengapa Alden malah memberikannya sopir pribadi.

"Aku bisa kemanapun sendiri. Nggak perlu sopir pribadi juga." Gumam Caca.

"Terserah aku dong. Aku yang bayar sopirnya kok. Kamu tinggal duduk manis aja di mobil, dia akan membawa kemana pun kamu mau."

"Aku nggak mau. Nanti apa kata mama.."

"Jangan terlalu takut sama mama. Kamu cukup menghormati mama sebagai mama mertuamu. Kalau dia marah marah atau menghina kamu, ya diam aja. Tapi kalau sudah main fisik, ya sebisa mungkin kamu harus menghindar. Gitu aja sih."

"Ngomong memang gampang. Kamu nggak tau apa yang aku alami dan rasakan. Makanya kamu bisa ngomong semudah itu." Sahut Caca kesal.

"Terus, kamu maunya apa?" Tanya Alden.

"Ceraikan aku!!" Teriak Caca.

Mas sopir sampai ngerem mendadak mendengar Caca berteriak minta cerai hanya karena suaminya memberikan sopir pribadi. Setidaknya itu yang ditangkap oleh mas supir taksi itu.

Alden terdiam mendengar Caca meminta untuk diceraikan.

"Untuk apa mempertahankan pernikahan ini. Kita menikah hanya untuk menyenangkan hati Lisa saat itu. Kini Lisa sudah tenang di sana. Jadi, aku rasa kita bisa mengakhiri pernikahan ini." Lanjut Caca terus mengoceh.

"Kamu seperti ini karena Haris sudah kembali, kan?"

Kalimat barusan membuat Caca melotot tidak suka. Dia tidak memikirkan tentang Haris. Dia ingin bercerai, karena dia merasa semakin lama bertahan hatinya semakin tergoda untuk menjadi milik Alden seutuhnya. Sedangkan dia tahu, hati Alden hanya untuk Lisa dan dia juga tidak mau dihantui rasa bersalah karena merasa dirinya merebut suami adiknya itu.

"Aku tidak akan pernah menceraikan kamu sampai kapanpun." Sambung Alden mengatakan dengan tegas.

Empat bola mata itu saling menatap tajam berapi api yang perlahan meredup, sampai mereka mengalihkan tatapan keluar mobil yang kembali melaju perlahan.

1
Mia Camella
mertua agak agak🤣
🗿
Begitulah roda kehidupan, bila hal yg baik kita lakukan maka hal baik yg akan kita terima dan sebaliknya.
Cckkk.....
Mia Camella
ya apo,gak sadar diri km jg merebutt,km jga murahan,,picek
Mia Camella
ko aku ikutan tkt..mama dan mertua plusss saudara² tidack suka 😭😭
Rika Fitria
Luar biasa
Rika Fitria
Lumayan
Mary70
Luar biasa
andalan servindo
ok ceritanya. dan tdk terlalu berbelit2 . sukses ya..
Sulainiothman Sulainiothman
Luar biasa
N@r@
👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Oely Duma
jahat itu adalah saat berhasil menebar kebencian disekelilingnya...lisa jahat sampai akhir...ceritanya horor
Oely Duma
mamanya lisa yg jahat ya? menikahkan lisa lebih dulu, nyerobot jodoh caca .. krn orang kayah
sherly
Caca nih sok2 an lg hamil malah ngeyel mau menyadarkan si Dinda, skrg didorong gt gimana kondisi anakmu
Khairunnisa Zf india best of the best
Luar biasa
sherly
wah nyari masalah kamu...
Fawaz Al ashy
papa yg hebat
Fawaz Al ashy
biar tin tu si Alden goblok tak percaya dengan pasangan nya yg ada malah hancur lagi hubungan kalian /Awkward/
Fawaz Al ashy
abang cayang /Facepalm//Facepalm/
irma hidayat
up nya selalu ditunggu thor
sherly
pencemburu plus cengeng hehehhehe
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!