Terpaksa Menikah Demi Adikku (Naik Ranjang)

Terpaksa Menikah Demi Adikku (Naik Ranjang)

Bab 1 Permohonan terakhir

Di salah satu ruang rawat VIP rumah sakit terdengar lantunan merdu surah yasiin yang dibacakan oleh suami dari pasien kanker yang terbaring lemah dengan berbagai alat medis terpasang ditubuhnya.

Uhuuukkk

Uhuuukkk

"Sayang!"

Sang suami langsung menyudahi bacaannya saat mendengar suara batuk istrinya.

"Sayang minum dulu." Dengan perlahan dia membantu istrinya untuk bisa minum dalam keadaan berbaring.

"Abang.." panggilnya dengan suara yang seakan tidak lagi tembus itu.

"Iya sayang. Abang disini."

Dipeluknya erat tubuh lemah istrinya yang kini dia pangku sambil bersender di sandaran ranjang yang dibuat sedikit tegak.

"Adek sudah nggak kuat, bang. Rasanya sakiiit.."

Tidak ada yang bisa dilakukannya selain memeluk dan menciumi kening istrinya yang sedang kesakitan itu. Lantunan sholawatpun dia bisikkan ditelinga istrinya.

"Ridhoi adek, bang." Rengeknya lemah.

Air mata menetes dari pelupuk mata suaminya, Alden Rezqiano Adnan.

Saat bersamaan, kedua orangtua mereka pun datang.

"Lisa, sayang!" Seru Sarah yang langsung melangkah cepat menghampiri putrinya, Khalisa Maisara.

"Mama.." Sapanya sambil tersenyum.

"Sakit ya nak?" Ujar Sarah prihatin sambil menggenggam tangan putrinya itu.

"Ma, aku nggak kuat lagi.." Adunya merengek lemah.

"Putri papa yang cantik ini pasti kuat, nak." Sahut Faheem Barda, papanya.

Alden tetap memeluk istrinya dengan penuh kasih. Air matanya pun terus menetes membasahi jilbab istrinya.

"Abang, maukah abang membantuku?" Ucapnya kemudian.

"Sayang butuh bantuan apa?"

Sebentar Khalisa tampak menarik napasnya yang semakin terasa sesak.

"Tolong, menikahlah dihadapan adek sekarang. Adek ingin melihat abang menikah sebelum adek pergi ke syurga." Ucapnya pelan namun jelas dan juga tanpa terbata bata.

Mendengar permintaan yang terdengar mengada ngada itu, Alden pun berniat mengabaikannya. Karena dia yakin istrinya itu sedang melantur karena pengaruh obat.

Sementara kedua orangtua mereka terdiam menatap iba sekaligus terkejut mendengar permohonannya yang meminta suaminya menikah lagi dihadapannya saat ini juga.

"Pa, nikahkan kak Caca sama abang Alden." Ujar Lisa sambil meraih tangan papanya.

"Sayang, abang tidak akan menikah dengan siapapun. Adek satu satunya istri yang sangat abang sayangi." Sahut Alden dengan suara lantang nan tegas.

"Aku mohon bang. Aku hanya akan tenang meninggalkan abang apabila abang menikahi kak Caca." Ucapnya dengan suara lemahnya.

"Tidak. Abang tidak bisa."

"Tolong adek kali ini saja bang. Ini permohonan terakhir adek." Lisa menyentuh wajah suaminya sambil menangis.

"Abang tidak bisa, dek." Tolak Alden yang ikut menangis.

Lalu tiba tiba napas Khalisa terdengar sangat berat. Dia bahkan tampak semakin pucat dan terakhir mengatakan sakit di dadanya.

Melihat itu, Faheem langsung menekan tombol darurat untuk memanggil dokter agar datang ke ruangan itu.

"Sayang bertahanlah. Abang mohon.."

Orangtua Alden dan orangtua Khalisa menangis sedih melihat keadaan Khalisa yang semakin memprihatinkan.

Tidak berselang lama dokter pun masuk keruangan itu. Mereka memeriksa Khalisa yang tampaknya memang tidak akan bertahan lama. Mendengar itu Faheem langsung menelpon putrinya Caca untuk segera datang ke rumah sakit.

Adnan sang besan pun juga menelpon anak anaknya yang lain untuk setidaknya melihat Khalisa disaat saat terakhirnya.

"Menurut prediksi kami, mbak Khalisa tidak akan bertahan lebih lama lagi. Dia sudah berusaha keras untuk melawan penyakitnya, tapi sepertinya takdir berkata lain." Ujar dokter yang selama ini telah membantu Khalisa melawan kanker ganas ini sejak enam bulan terakhir.

"Mas, anakku.." jerit pilu Sarah memeluk suaminya.

"Sayangku, Lisa." Sahut Nadin mertua Lisa atau mamanya Alden.

Faheem mendekati Alden yang setia menggenggam tangan Khalisa. Dipegangnya bahu menantunya itu dengan lembut.

"Papa tidak bermaksud memaksamu. Tapi, Lisa tidak punya banyak waktu lagi. Bagaimana kalau kamu mewujudkan permohonan terakhirnya?" Faheem menyarankan.

"Papa kamu benar, nak. Sepertinya Khalisa berusaha bertahan sampai sejauh ini untuk melihat kamu mau memenuhi keinginannya untuk menikahi kakaknya." Celetuk Adnan, papa Alden.

Nadin menghampiri Sarah untuk memeluk besannya itu yang terus menangis.

"Sabar ya jeng." Ujarnya.

Sarah hanya bisa mengangguk dalam tangisannya. Saat ini dia ingin berteriak agar Alden tidak menyetujui untuk menikahi Caca yang adalah putri suaminya dari mantan istri pertamanya. Ya, Caca adalah kakak seayah oleh Khalisa. Dan selama ini hubungan Khalisa dengan kakaknya Caca sangat dekat.

"Pa, aku tidak akan menduakan Khalisa selama dia masih di sini, bersamaku. Aku sudah berjanji padanya akan menjadikannya khadijahku selama hidupnya. Dia masih disini bersamaku, mana mungkin aku mengingkari janjiku padanya."

"Lisa bertahan hanya untuk melihat kamu menikahi Kakaknya. Apa kamu tidak kasihan pada istrimu. Lihatlah dia kesakitan, Al." Faheem mencoba membujuk menantunya itu.

Alden tampak sangat stress dengan desakan ini. Dia tidak bisa berpikir jernih saat situasi seperti ini.

Tapi, melihat wajah cantik istrinya menahan rasa sakit dan semakin pucat membuatnya merasa tidak tega.

"Maafkan abang, sayang. Abang sangat mencintai adek. Selamanya hanya adek yang ada dihati abang. Tapi, kalau memang permohonan terakhir adek ingin melihat abang menikah lagi.."

Alden tidak mampu melanjutkan kata katanya. Digenggamnya erat tangan istrinya itu, lalu dicium keningnya sambil menangis dan air matanya itu menetes dipipi istrinya.

"Baiklah, abang akan mengabulkan permohonan terakhir adek." Gumamnya dengan masih mengecup kening Khalisa.

Saat bersamaan, detak jantung Khalisa terlihat kembali normal di layar pendeteksi bersamaan dengan kedatangan Caca yang langsung membuka pintu ruangan itu.

"Lisa!" Seru Caca dengan raut wajah panik.

Semua orang menoleh padanya dan Lisa pun membuka matanya.

"Kamu kenapa, dek? Kenapa kamu tidak pernah memberitahu kakak kalau kamu sakit?" Celoteh Caca menangis melihat keadaan Lisa yang terbaring lemah diranjang rumah sakit.

"Kakak datang.." Ucap Lisa tersenyum senang menyambut kedatangan Caca.

Sementara Alden langsung membelakangi istrinya tanpa melepas tautan tangan mereka. Kini Alden berada di sebelah kanan Lisa dan Caca berada di sebelah kiri Lisa.

"Kak, menikahlah dengan abang Alden.." Gumam Lisa yang membuat Caca langsung melepaskan tangan adiknya.

Tapi sebelum tangan itu menjauh dengan sekuat tenaga Lisa meraih dan kembali menggenggam erat tangan kakaknya.

"Aku mohon, kak?!" Ujarnya semakin lemah.

Detak jantungnya melemah.

"Aakhhh.. Allahuuu sakittt..."

"Adek kenapa?" Caca khawatir melihat Lisa yang tiba tiba merasakan dadanya sangat sakit, jauh lebih sakit dari sebelumnya.

"Sayang, kamu harus bertahan. Abang selalu disini.." Bisik Alden ditelinga istrinya.

"Aku mohon, menikahlah. Aku ingin melihat kalian menikah. Aku sudah tidak kuat menahan rasa sakit ini.." Ucapnya lemah.

Dengan kekuatan tersisa, dia memohon pada kakaknya dan suaminya untuk segera menikah.

Penghulu datang tepat waktu. Faheem menghubungi mereka tepat setelah dia menelpon Caca.

Alden hanya bisa diam saja tanpa bisa melakukan apapun untuk menolak. Begitu juga dengan Sarah dan Nadin yang paling menentang pernikahan antara Alden dengan Caca. Tapi apa boleh buat, ini permohonan Khalisa.

Saat bersamaan juga Kakak Alden, Rahayu dan adiknya Rani pun tiba diruangan itu. Dan mereka melihat pemandangan yang membuat mereka bingung sekaligus merasa tidak suka.

"Ma, ada apa ini?" Tanya Rahayu dan Rani berbarengan.

Nadin hanya menggeleng saja tanpa memberi jawaban.

Dan saat ini, tepat di depan Khalisa, Alden menjabat sekali lagi tangan papa mertuanya. Didekat mereka sudah ada penghulu dan juga dua orang saksi yang memang dibawa langsung oleh pihak penghulu atas perintah dari Faheem.

"Alden Rezqiano Adnan, aku nikahkan engkau dengan putri kandungku yang bernama Shaima Afsha Hanum..."

Air mata Alden menetes saat dia melafalkan akad yang sakral itu tepat dihadapan istrinya. Hatinya hancur dan tidak ada kata yang bisa menggambarkan perasaannya saat ini.

Tangan Khalisa dan Caca saling berpegangan erat dan mereka menangis bersama. Bedanya, Khalisa menangis haru, karena dia akan pergi dengan tenang meninggalkan suaminya ditangan kakaknya sendiri. Sedangkan Caca menangis karena sedih melihat adiknya dan juga sedih karena telah dinikahi oleh suami adiknya sendiri.

Nyiiittt

Terdengar suara pendeteksi jantung yang menandakan bahwa pasien telah meninggal bertepatan dengan kata sah yang diucapkan saksi pernikahan suaminya dengan kakaknya.

"Lisa!!" Jerit Alden dalam tangisnya.

Dipeluknya erat tubuh kaku istri tercintanya.

"Abang Ridho dek. Abang Ridho padamu sayang." Ucap Alden melepas istri tercintanya.

Sarah dan Nadin pun berlari menghampiri Lisa. Mereka bahkan sampai mendorong agar Caca menjauh dari ranjang Lisa. Dan Caca hampir jatuh jika saja Adnan tidak menahan tubuhnya.

"Om.."

"Kamu baik baik saja?"

Caca menggelengkan kepalanya. Tentu saja dia tidak baik baik saja. Rasa sedih dan juga takut menjadi satu dalam dirinya. Sedih karena Lisa dan takut karena telah dinikahi pria asing yang bahkan hanya mengenalnya sebatas nama saja itupun dari Lisa.

Setidaknya itu yang diyakini Caca. Dia merasa Alden tidak mengenalnya karena memang Caca dan Alden tidak pernah bertemu secara langsung kecuali di hari pernikahan Khalisa dan Alden setahun yang lalu.

Terlebih, Caca memang sudah memilih tinggal sendiri di apartemen kecil yang dekat dengan kantor tempatnya bekerja. Karena itu jugalah dia tidak tahu tentang penyakit yang mulai diderita Khalisa enam bulan terakhir.

.

.

Halo teman teman!! 👋👋

Author datang dengan karya baru lagi nih. Yuk buruan mampir.

Jangan lupa beri masukan buat karya terbaru Author ya teman teman.

salam dari Author untuk teman teman semua.

Semoga sehat selalu, dimudahkan segala urusan dan juga dilancarkan rezeki kita semua. Aamiin.

Salam bahagia dari Author. Jangan lupa senyum dan jangan lupa bahagia 😊😍☺

Terpopuler

Comments

Yuli Yanti

Yuli Yanti

mamfir thor bru bca udh d'buat nangis

2024-05-27

5

Maz Andy'ne Yulixah

Maz Andy'ne Yulixah

Mampir Kak,kayaknya Mama Lisa sama Mertua Lisa gak suka deh sama Caca,tapi entahlah lanjut dulu bacanya Kak😁

2024-06-18

0

dhianti wulandari

dhianti wulandari

doa yg sama utk author...
smoga bahagia sellu, dilancarkan semua urusan & dilimpahkan rizki yg byk...🤲😊

2024-06-21

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Permohonan terakhir
2 Bab 2 Kehilangan
3 Bab 3 Mencoba bertahan
4 Bab 4 Ratu drama?!
5 Bab 5 Dugaan sihir
6 Bab 6 Aku bukan burung
7 Bab 7 Caca sakit perut
8 Bab 8 Pilihannya hanya dua
9 Bab 9 Aku orangnya
10 Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11 Bab 11 Jampi pengusir sihir
12 Bab 12 Hanya kebetulan
13 Bab 13 Diam diam
14 Bab 14 Boneka beruang
15 Bab 15 Titipan dari Haris
16 Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17 Bab 17 Berkunjung
18 Bab 18 Ayam goreng keju
19 Bab 19 Tamu bulanan
20 Bab 20 Seranjang
21 Bab 21 Pindah
22 Bab 22 Baper
23 Bab 23 Ibu negara
24 Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25 Bab 25 Mulai bucin
26 Bab 26 Hari yang sibuk
27 Bab 27 Ketakutan
28 Bab 28 Cemburu
29 Bab 29 Ciuman pertama
30 Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31 Bab 31 Cintai aku!
32 Bab 32 Sesuatu yang buruk
33 Bab 33 Amarah
34 Bab 34 Tersimpan dalam doa
35 Bab 35 Haris kecelakaan
36 Bab 36 Makin bucin
37 Bab 37 Sedikit salah paham
38 Bab 38 Tidak selevel
39 Bab 39 Menemui Haris
40 Bab 40 Akal akalan Haris
41 Bab 41 Pura pura
42 Bab 42 'Abang'
43 Bab 43 Membolak balik fakta
44 Bab 44 Fitnah yang kejam
45 Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46 Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47 Bab 47 Bukan takdirku
48 Bab 48 Terlalu sempurna
49 Bab 49 Karma bagi Rahayu
50 Bab 50 Kehancuran Rani
51 Bab 51 Air mata Rani
52 Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53 Bab 53 Neraka dunia
54 Bab 54 Selalu ada
55 Bab 55 Garda terdepan
56 Bab 56 Luka ditempat yang sama
57 Bab 57 Kekecewaan
58 Bab 58 Adnan turun tangan
59 Bab 59 Kembali ke rumah
60 Bab 60 Intropeksi diri
61 Bab 61 Rani Hamil?!
62 Bab 62 Lamaran
63 Bab 63 Cerai!
64 Bab 64 Mulai membaik
65 Bab 65 Hari pernikahan
66 Bab 66 Aku hamil!!
67 Bab 67 Malam pertama!
68 Bab 68 Pagi yang bahagia
69 Bab 69 Rumah kita
70 Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71 Bab 71 Suami siaga
72 Bab 72 Pertanyaan itu...
73 Bab 73 Hampir...
74 Bab 74 Rumah tempat kembali
75 Bab 75 Niat jahat Haris
76 Bab 76 Khawatir
77 Bab 77 Murahan?!
78 Bab 78 Hadiah setelah badai
79 Bab 79 Belut goreng
80 Bab 80 Mengidam?!
81 Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82 Bab 82 Loli vs pasutri
83 Bab 83 Masih saja dibandingkan
84 Bab 84 Suami yang nurut?!
85 Bab 85 Salsabila
86 Bab 86 Sate kambing
87 Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88 Bab 88 Akhir pekan
89 Bab 89 Mantan pacar
90 Bab 90 Tidak ingin terulang
91 Bab 91 Video gila Dinda
92 Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93 Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94 Bab 94 Misi selesai
95 Bab 95 Mendengarkan cerita
96 Bab 96 Main ke rumah mama
97 Bab 97 Sup jamur
98 Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99 Bab 99 Undangan pernikahan
100 Bab 100 Memberi nama
101 Bab 101 Aqiqah
102 Bab 102 Mencintai karena Allah
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 Permohonan terakhir
2
Bab 2 Kehilangan
3
Bab 3 Mencoba bertahan
4
Bab 4 Ratu drama?!
5
Bab 5 Dugaan sihir
6
Bab 6 Aku bukan burung
7
Bab 7 Caca sakit perut
8
Bab 8 Pilihannya hanya dua
9
Bab 9 Aku orangnya
10
Bab 10 Terlalu baik atau bodoh
11
Bab 11 Jampi pengusir sihir
12
Bab 12 Hanya kebetulan
13
Bab 13 Diam diam
14
Bab 14 Boneka beruang
15
Bab 15 Titipan dari Haris
16
Bab 16 Ternyata sesakit ini?!
17
Bab 17 Berkunjung
18
Bab 18 Ayam goreng keju
19
Bab 19 Tamu bulanan
20
Bab 20 Seranjang
21
Bab 21 Pindah
22
Bab 22 Baper
23
Bab 23 Ibu negara
24
Bab 24 Kamu pemilk hatiku
25
Bab 25 Mulai bucin
26
Bab 26 Hari yang sibuk
27
Bab 27 Ketakutan
28
Bab 28 Cemburu
29
Bab 29 Ciuman pertama
30
Bab 30 Rahasia perlahan terungkap
31
Bab 31 Cintai aku!
32
Bab 32 Sesuatu yang buruk
33
Bab 33 Amarah
34
Bab 34 Tersimpan dalam doa
35
Bab 35 Haris kecelakaan
36
Bab 36 Makin bucin
37
Bab 37 Sedikit salah paham
38
Bab 38 Tidak selevel
39
Bab 39 Menemui Haris
40
Bab 40 Akal akalan Haris
41
Bab 41 Pura pura
42
Bab 42 'Abang'
43
Bab 43 Membolak balik fakta
44
Bab 44 Fitnah yang kejam
45
Bab 45 Penyesalan datang terlambat
46
Bab 46 Duniaku hancur & mimpi buruk
47
Bab 47 Bukan takdirku
48
Bab 48 Terlalu sempurna
49
Bab 49 Karma bagi Rahayu
50
Bab 50 Kehancuran Rani
51
Bab 51 Air mata Rani
52
Bab 52 Berikan kesempatan ke-2
53
Bab 53 Neraka dunia
54
Bab 54 Selalu ada
55
Bab 55 Garda terdepan
56
Bab 56 Luka ditempat yang sama
57
Bab 57 Kekecewaan
58
Bab 58 Adnan turun tangan
59
Bab 59 Kembali ke rumah
60
Bab 60 Intropeksi diri
61
Bab 61 Rani Hamil?!
62
Bab 62 Lamaran
63
Bab 63 Cerai!
64
Bab 64 Mulai membaik
65
Bab 65 Hari pernikahan
66
Bab 66 Aku hamil!!
67
Bab 67 Malam pertama!
68
Bab 68 Pagi yang bahagia
69
Bab 69 Rumah kita
70
Bab 70 Maafkan aku, sayang.
71
Bab 71 Suami siaga
72
Bab 72 Pertanyaan itu...
73
Bab 73 Hampir...
74
Bab 74 Rumah tempat kembali
75
Bab 75 Niat jahat Haris
76
Bab 76 Khawatir
77
Bab 77 Murahan?!
78
Bab 78 Hadiah setelah badai
79
Bab 79 Belut goreng
80
Bab 80 Mengidam?!
81
Bab 81 Bolu gulung tiramisu
82
Bab 82 Loli vs pasutri
83
Bab 83 Masih saja dibandingkan
84
Bab 84 Suami yang nurut?!
85
Bab 85 Salsabila
86
Bab 86 Sate kambing
87
Bab 87 Kehidupan awal pernikahan
88
Bab 88 Akhir pekan
89
Bab 89 Mantan pacar
90
Bab 90 Tidak ingin terulang
91
Bab 91 Video gila Dinda
92
Bab 92 Rencanakan jebakan?!
93
Bab 93 Pertemuan Dinda dan Caca
94
Bab 94 Misi selesai
95
Bab 95 Mendengarkan cerita
96
Bab 96 Main ke rumah mama
97
Bab 97 Sup jamur
98
Bab 98 Perjuangan hidup dan mati
99
Bab 99 Undangan pernikahan
100
Bab 100 Memberi nama
101
Bab 101 Aqiqah
102
Bab 102 Mencintai karena Allah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!