NovelToon NovelToon
Bertahan Tanpa Nafkah Suami

Bertahan Tanpa Nafkah Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ida Nuraeni

Sudah sepantasnya kalau seorang istri menuntut nafkah pada suaminya. Namun bagaimana jika si suami sendiri yang tidak ada keinginan untuk menunaikan kewajibannya dalam menafkahi keluarga? Inilah yang dialami Hanum Pratiwi, istri dari Faisal Damiri selama 5 tahun terakhir.

Hanum memiliki seorang putra bernama Krisna Permana, yang saat ini masih kuliah di Jurusan Informatika. Tentu saja Hanum masih memerlukan biaya yang cukup banyak untuk biaya pendidikan putranya, ditambah juga untuk biaya hidup mereka sehari-hari. Hanum harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, bahkan seringkali meminjam kepada saudara dan teman-temannya. Beruntung sang anak bersedia membantu menitipkan kue di kantin, yang bisa dijadikan sumber income keluarga. Namun pendapatannya yang tak seberapa itu, hanya cukup untuk transport dan uang saku sang anak, kalaupun ada lebih untuk membeli beras.

Bagaimana Hanum bertahan dalam 5 tahun ini? Apakah kesulitan ini mengharuskannya menyerah? Lalu bagaimana

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 Kedatangan Sepupu

"Bu, ada telpon dari Uwa Erwin" panggil Faras sambil mengetuk pintu kamar mandi.

"Angkat saja dulu Nak, bilangin Ibu lagi di kamar mandi nanti dihubungi" ujar Hanum dari balik pintu.

Terdengar samar-samar suara Faras berbicara di telpon. Hanum pun melanjutkan mandinya yang sempat terhenti sesaat.

"Kata Uwa, tadi telpon ke Ayah nggak diangkat -angkat, jadi telpon ke nomor Ibu. Pesannya suruh Ayah hubungi saja." ujar Faras begitu melihat Ibunya keluar dari kamar mandi.

"Kenapa Ayah tidak mengangkat telpon, apa tidur?" tanya Hanum heran

"Ayah lagi pergi mau cukur rambut, tadi pesan bilangin Ibu ambil uang Rp 30 ribu dari dompet belanja." jawab Faras dan menyampaikan pesan ayahnya.

"Oh. Memang tadi bilang mau cukur, rambutnya sudah terlalu panjang. Ya sudah, biar Ayah saja yang hubungi Uwa Erwin nanti." sahut Hanum lagi.

Senja mulai menyapa, langit pun berganti warna jingga. Hanum duduk di teras menikmati syahdunya senja, ditemani dengan secangkir coklat hangat. Angin bertiup pelan, menyapu wajah yang sedang memandang pergerakan senja. Keheningan sore itu membawa ketenangan, seakan mengajak setiap orang untuk terbebas dari hiruk pikuk kehidupan.

"Rupanya disini Ibu hebat ini. Faras pikir pergi ke pantai, tapi kok nggak minta diantar. Indah sekali warna jingga nya ya Bu, benar-benar ciptaan Allah yang sempurna." ujar Faras ikut duduk menemani sang Ibu sambil mengamati cahaya senja.

"Seperti hidup kita, ada banyak warna yang harus dilalui. Ada warna indah yang bikin kita bahagia, ada warna suram yang membuat kita terpuruk, ada warna cerah yang bikin kita tertawa. Tapi dengan semua warna-warna itulah yang membuat kita bisa kuat, bertahan menghadapi semua kesulitan. Itulah makna dari perjuangan hidup" jelas Hanum kepada Faras.

Adzan Maghrib mulai terdengar berkumandang, bersamaan dengan Faisal yang baru pulang mencukur rambut. LHanum dan Faras pun segera masuk, tak lupa memastikan pintu sudah terkunci dengan benar.

"Kok lama banget cukurnya Yah? Biasanya 1 jam sudah selesai" tanya Hanum menyambut kepulangan suami.

"Tukang cukurnya hanya seorang, yang mau potongnya ada 10 orang. Ayah itu kebagian nomor 7, makanya lama" Kata Faisal menjelaskan keterlambatannya.

"Itu tadi Erwin menghubungi katanya suruh telpon balik!" beritahu Hanum.

"Oh ya sudah habis sholat nanti dihubungi. Sekarang mau mandi dulu, gatal semua badan Ayah kena potongan rambut." ujar Faisal langsung masuk kamar mandi.

Selesai Isya, Hanum sudah bersiap dengan peralatan tempurnya. Sedangkan Faisal pergi ke ruang tamu untuk menelpon Erwin.

"Halo Win, sorry tadi aku lagi cukur rambut, nggak bawa handphone karena aku fikir cuma sebentar. Ternyata ngantri cukup lama. Ada apa nih nyuruh nelpon balik."

"Ini Sal, aku ini lagi kunjungan Dinas ke Bengkulu, jadi aku mau mampir ke rumahmu"

"Memang kamu nginap dimana?"

"Di Santika, Sherlock alamatnya, kita mau jalan sekarang!"

"Oke. Sudah ya aku kirim tuh. kalau dilihat dari jaraknya, paling 10 menit juga sampai" kata Faisal lagi.

"Baiklah. Tunggu aku datang!"

Hanum yang mendengar rencana kedatangan Erwin, segera merapihkan pekerjaannya. Dia akan meneruskan membuat cireng itu setelah kepulangan Erwin atau besok setelah qiyamullail. Selesai dengan merapihkan area dapur dan ruang tengah, dia mulai merebus air untuk membuat kopi dan menyimpan toples cemilan di meja tamu.

Sepuluh menit berselang terdengar deru mobil yang berhenti di depan rumah. Ternyata benar tamu yang ditunggu sudah tiba.

"Assalamualaikum. Wah ternyata rumah ini cukup strategis ya, mudah dijangkau dan masih berada di pusat kota." komentar Erwin sambil masuk ke rumah.

"wa'alaykumsalam warahmatullahi wabarakatuuh. Alhamdulillah rejeki dari Allah dapat rumah yang strategis. Apa kabar Dang?" ujar Hanum sambil mencium tangan Erwin.

"Alhamdulillah kabar Dang baik. Bagaimana kabar kalian?"

"Alhamdulillah kami baik juga. Silahkan duduk Dang, maaf tempatnya kecil." ujar Hanum lagi mempersilahkan tamunya.

"Nggak masalah, yang penting tempatnya nyaman buat tinggal."

"Bu, buatkan kopinya yang manis. Erwin ini nggak suka kopi pahit" pinta Faisal setelah duduk berhadapan dengan Erwin.

"Jadi dalam rangka apa nih bisa kunjungan ke Bengkulu?"

"Sebenarnya kami ada kunjungan studi banding tentang program pariwisata. Tapi ya nyari yang setipe dengan wilayah di sana, untuk mencari peluangnya sampai mana"

"Sebenarnya Linggau itu jalur lintas antar provinsi yang cukup ramai, mungkin bisa memanfaatkan peluang bisnis dan pariwisata sebagai tempat persinggahan" ujar Faisal mencoba mengemukakan pendapat.

"Yah memang itu menjadi peluang utama, hanya perlu konsep yang lebih membumi tapi tidak pasaran. Pusing juga jadi anggota dewan itu, kebanyakan mikir, lama-lama tambah botak nih kepala"

"Nggak jadi anggota dewan saja kepalamu sudah botak, nggak usah beralasan jadi botak karena banyak fikiran. Hahaha..." sahut Faisal sambil tertawa. Erwin pun hanya menimpalinya dengan tertawa.

"Itulah gunanya anggota dewan, untuk menyampaikan suara dari rakyat. Ya harus banyak keliling untuk mendengar keinginan rakyat dan menawarkan solusi terbaiknya kepada pemerintah." nasihat Faisal.

"Terus usaha kau apa selama disini..?" tanya Erwin penasaran.

"Sudah 2 tahun penuh ini aku nggak ada kerjaan, cuma di rumah saja. Keluar rumah saja nggak." jawab Faisal dengan nada yang biasa.

"Jadi untuk kebutuhan makan, listrik itu bagaimana kalau kau nggak kerja?" tanya Erwin lagi terkaget-kaget.

"Ya, sudah 2 tahun ini Hanum buat kue yang dititipkan di kantin kampus Faras. Dari situlah kami bertahan hidup" ujar Faisal lagi lirih.

"Gila kau ya. Berapa sih untung dari penjualan kue yang dititip di kantin. Kau nggak mikir apa biaya itu akan mencukupi kebutuhan keluarga setiap hari?" kali ini nada suara Erwin terdengar marah. Faisal hanya diam mendengar kemarahan Erwin. Dia tahu kalau membantah sedikit saja akan tambah ngamuk.

"Kau nggak kasihan sama istrimu yang harus kerja banting tulang mencukupi kebutuhan keluarga? Kenapa nggak pernah cerita sih?" Erwin benar-benar kesal dengan Faisal.

Hanum yang datang membawa dua cangkir kopi tak luput dari interogasi Erwin.

"Berapa keuntungan jualan kuemu setiap harinya Num?"

"Alhamdulillah rata-rata untungnya Rp 100 - 150 ribu, tergantung banyaknya yang terjual saja."

"Cukup itu Num?"

"Kalau untuk sekedar makan, beli token insya Allah cukup. Hanya kesulitan kalau sudah harus biaya kontrakan rumah, apalagi untuk biaya kuliah Faras. Makanya semester ini diminta cuti dulu kuliahnya, karena tidak ada uang sama sekali untuk bayarnya" Hanum menjelaskan apa adanya.

"Jadi waktu Dang Win dengar Faras mau cuti karena nggak bisa bayar UKT, ya Dang fikir memang belum ada saja uangnya, tidak berfikir kalau si Faisal ini nggak kerja" sesal Erwin kepada Hanum.

"Nggak apa-apa Dang, memang belum Allah berikan rejeki untuk kuliah semester ini. Insya Allah nanti pasti ada jalan keluar dan pertolongan terbaik." Hanum berusaha menenangkan Erwin.

"Aku juga bingung mau ngasih kerjaan ke kamu tapi apa. Gaji anggota dewan juga kalau didaerah itu nggak seberapa, aku nggak bisa bayar gaji kamu kalau kuajak bareng juga. Untuk proyek, nama perusahaanku itu termasuk yang diawasi ketat, yang Dang takutkan memiliki pengaruh dengan karir di dewan, makanya dinonaktifkan."

"Bukannya bisa saja ganti kepengurusan untuk perusahaan Dang, terus disahkan akte perubahannya. Jadi nanti orang lain yang mengurus."

"Memang bisa juga seperti itu. Tapi masalahnya sekarang untuk ikut tender atau PL proyek di sana sekarang terbatas. Gubernur yang sekarang lebih ketat dengan kontraktor dan proyek nya juga nggak banyak seperti dulu. Jadi persaingannya cukup ketat." Erwin memberitahu kondisi terkini. Beritahu Erwin lagi.

"Ya mungkin saja Dang Win punya channel yang lain, yang bisa menerima Faisal bekerja. Atau mungkin untuk menerima Faras biar bisa belajar bekerja." usul Hanum lagi. sedangkan Faisal hanya diam tak memberikan respon apapun.

"Nanti coba Dang tanya dulu sama kawan-kawan, barangkali ada peluang untuk Faisal dan Faras."

"Terus terang saja Win, aku tuh malas balik ke sana. Kau tahu dewek kejadian aku sama Mang Fahmi, nanti langsung didatangi" suara pelan Faisal memancing Erwin untuk menatapnya.

"Ya ampun kau ini susah kali dibilangin. Dari waktu itu aku sudah bilang, hadapi saja Mang Fahmi itu, omongin baik-baik kendalanya. Kalau memang nanti ada kerjaan pokoknya kau balik dulu, biar disini Hanum sama Faras saja. Nyari duit itu lebih penting Sal, meskipun nggak dapat banyak tapi masih ada yang bisa diberikan ke keluarga."

Hanum cukup senang dengan kedatangan Erwin kali ini, karena bisa menasihati Faisal dan berusaha untuk menyadarkan akan tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga. Saat kakak sepupunya yang memberitahu, mungkin suaminya itu akan lebih menerima daripada omongan istri.

1
Nancy Nurwezia
ceritanya menarik..
Amelia Quil
Penulis hebat! Ceritanya bikin ketagihan! ❤️
Ida Nuraeni: Terimakasih kakak untuk apresiasinya🙏
total 1 replies
Ida Nuraeni
terima kasih kakak sudah mampir di karya saya
Dr DarkShimo
Gemes banget 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!