Andara adalah gadis yang cantik pemilik kios bunga .Suatu hari dia harus menelan pil pahit sebuah penghianatan dari sahabat dan kekasihnya yang dipacarinya selama hampir 6 tahun. Tapi takdir berkata lain dan membawanya pada seorang pemuda dingin yang lumpuh putra seorang konglomerat.
Entah bagaimana mereka bisa bertemu di atas menara setinggi 50 kaki. Dan dari sanalah cinta mereka bersemi .
Nah untuk mengetahui cerita lebih lanjut, yuk simak di novel terbaruku.
Novel kali ini bergenre remaja labil yang mudah mudahan bisa menginspirasi para kaula muda untuk tidak putus asa dan tidak pernah menyerah.
Tetap semangat dan selamat membaca 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewidewie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CDAM: 5
Bayu meraih pinggang wanita itu dan menekannya di dinding kemudian mengangkat kedua tangan si wanita di atas kepalanya.
Cup
Bayu mendaratkan ciumannya di bibir si wanita hingga mengeluarkan suara decapan cukup keras.
Lenguhan dan desahan mulai mengiringi mereka meleburkan gairah yang mulai membara.
Andara yang melihatnya dengan mata dan kepala sendiri hanya bisa membeku tanpa bisa mengeluarkan kata kata, dan air mata yang tiba tiba mengalir tanpa aba aba.
Sementara itu Bayu yang masih belum menyadari ada Andara di sana, terus memainkan lidahnya menyusuri tubuh indah yang disuguhkan untuknya.
Andara memejamkan matanya dan mulai menyadari sesuatu bahwa selama ini Bayu tidak mencintainya.
"Selama 6 tahun pacaran mas Bayu tidak pernah menyentuhku apalagi sampai melakukan seperti yang dia lakukan dengan wanita itu" Andara semakin tidak tahan dan memilih keluar dari persembunyiannya.
Dan saat wanita itu menoleh dengan keringat bercucuran serta desahan dan erangan yang mulai keluar, angin dari jendela yang belum ditutup sempurna menghembus perlahan dan sorot lampu kota masuk melalui celah celahnya.
Jleg
Mata Andara semakin terbelalak tidak percaya, jantungnya seakan berhenti berdetak " Vania "ucapnya lirih di antara kepingan hati yang seakan makin hancur melihat sahabat sendiri menghianati.
Kaki Andara seakan lemas dunia pun terasa runtuh.
" Tidak, tidak! " Andara berteriak sangat keras membuat Bayu dan Vania menoleh seketika dan melepaskan penyatuan mereka.
Bayu tercengang dan syok melihat kekasihnya memergokinya, begitu juga dengan Vania yang tak bisa berkata apa apa.
Andara berlari dengan menahan remuk di hatinya.
Bayu segera meraih boxernya dan memakainya kemudian berlari mengejar kekasihnya.
"Andara! sayang! tunggu bisa mas jelaskan! " Bayu terus berlari namun kehilangan jejak Andara. Hatinya mulai gelisah dan khawatir dengan keadaannya.
Akhirnya Bayu kembali ke kamarnya dengan lusuh penuh penyesalan.
Vania yang sudah mengenakan pakaiannya kembali pun segera berlari mendekati Bayu
" Bay, di mana Andara? " Tanya Vania dengan muka Penuh kekhawatiran.
Bayu menggeleng sejenak kemudian menunduk dan ikut duduk di sofa dengan penuh penyesalan.
" Maafkan aku Bay, seandainya aku tidak memaksamu malam ini kita tidak akan ketahuan, sekarang bagaimana Bay? " Ucap Vania.
Bayu menarik nafasnya dalam " Aku tidak tahu Vania, aku hanya khawatir dengan Andara, baru kemarin dia datang ke sini dan memintaku berjanji untuk tidak pernah meninggalkannya, tapi apa yang aku lakukan? Achh aku sungguh bodoh! ".
Mata Vania memicing penuh telisik " Apa itu artinya kamu menyesal selama ini telah tidur denganku! dari apa yang kamu katakan barusan aku bisa menebak jika kamu tidak pernah mencintaiku Bay, kamu hanya menginginkan tubuhku sebagai pelampiasan karena tidak mau menyentuh Andara ".
Deg
Bayu menatap tajam Vania yang sudah diselimuti emosi " Apa sih yang kamu katakan Vania, jangan buat aku makin pusing. Kamu dan Andara sama sama wanita yang aku cintai, jangan ngaco kamu! ".
" Tapi kamu selalu lebih perhatian kepada Andara, sedangkan dengan aku. Ah sudahlah tidak ada gunanya berdebat juga lebih baik aku pulang ke apartemenku aku lelah besok harus masuk kerja" Ucap Vania kemudian mengambil tas kecilnya dan melangkah meninggalkan Bayu yang masih bingung memikirkan keadaan Andara.
" Sepertinya aku harus mencari Andara sampai ketemu malam sudah semakin larut aku tidak mau dia kenapa kenapa "Gumamnya sendiri kemudian meraih jaket dan kunci mobilnya.
Sementara itu Andara yang kalut dan sedih atas penghianatan kekasih dan sahabatnya sebenarnya tidak kemana mana, dia menangis sesenggukan sendirian di ujung tangga.
Andara mengusap air matanya dan mencoba membuat hatinya terhibur " Aku tidak apa apa aku tidak sedih aku harus bisa " Kakinya mencoba berdiri dan melangkah menyusuri anak tangga. Bukannya turun tapi malah semakin naik hingga diujung atap lebih tepatnya sebuah menara yang menyuguhkan pemandangan seluruh kota.
Malam semakin larut, bulan nampak malu malu menampakkan dirinya, sedangkan bintang terus saja mengejeknya seakan mencibirnya kau memang jelek Dara, kau pecundang, kau tidak berguna.
Dara terus saja memandangi langit, dia rentangkan kedua tangannya. Air matanya telah mengering menyisakan mata sembab dan merah " Iya memang aku pecundang, aku tidak berguna aku bodoh! " Andara meneriaki dirinya sendiri.
Tiba tiba seseorang menarik tangannya dan membuatnya terjatuh.
Bruks
Andara jatuh di pangkuan seorang pria lumpuh yang duduk di kursi roda. Kedua mata mereka saling menatap.
Pria tersebut adalah Devan.
Menyadari semuanya Devan segera mendorong Andara untuk menyingkir dari pangkuannya.
Andara memicingkan matanya dan menunjuk pada Devan " Kau! kenapa kamu menarikku! oh atau jangan jangan kamu menyukaiku dan ingin".
" Cukup! diam dan jangan banyak bicara lebih baik sekarang kamu turun karena di sini berbahaya" Devan memotongnya.
" Tidak! aku tidak akan turun, aku akan tetap di sini" Ucap Andara yang membuat Devan emosi.
Andara menunduk dan melangkah mundur kemudian duduk bersandar di sisi pagar, air matanya tidak bisa diajak kompromi dan membuatnya kehilangan sifat galaknya berganti dengan Andara yang lemah dan rapuh.
Devan terus menatapnya dan mengarahkan kursi rodanya untuk mendekati gadis itu.
" Aku kira cuma aku yang pecundang, Hh ternyata kamu lebih parah" Ucap Devan yang tidak ditanggapi oleh Dara.
Andara menatap sebentar kemudian merebahkan kepalanya bersandar di pagar sambil memejamkan matanya dengan buliran air mata yang terus mengalir.
Devan bisa melihat, luka yang dia terima sangatlah dalam hingga sulit baginya menghentikan tetesan air matanya.
Andara mengusap air matanya dan menetap Devan.
Tiba tiba dia berdiri kemudian duduk di pangkuan Devan dan tanpa bertanya kepada pemiliknya dia sambar bibirnya dan melumatnya.
Devan melotot tajam namun membiarkan gadis itu berbuat sesuka hatinya.
Tanpa berkata kata dan masih dalam keadaan duduk di pangkuan Devan, Andara membuka kemejanya dan melemparkannya ke sembarangan.
Devan sempat syok dengan keberanian gadis itu namun akhirnya dia memberikan akses kepada gadis itu dengan membuka sedikit mulutnya dan meraba punggung mulus yang sudah tidak memakai kemeja hanya menyisakan bra.
Sepertinya gadis ini sudah gila ( Batin Devan) sambil terus menekan ciumannya dan mengusap punggung Andara.
Andara menghentikan aksinya dan menatap lekat kedua mata Devan " Maafkan aku tuan" kemudian Andara meraih pengait branya yang ada di punggungnya dan melepaskannya perlahan.
" Kamu bisa melakukan apapun padaku tuan, hidupku sudah tidak ada artinya" Ucap Andara lirih.
Devan mengernyitkan keningnya dan mencoba untuk menahan gejolak di dadanya yang juga ikut panas dingin. Bagaimana tidak, seorang gadis duduk di pangkuannya tanpa pakaian dan menyuguhkan dada besar yang seakan meminta untuk dihisap.
Tapi Devan bukan laki laki bejat yang bisa berbuat apa saja, dengan menahan gejolak gairah, Devan melepaskan jaketnya dan dipakaikan di tubuh Andara.
Dan tepat di saat itu Aldo datang hendak meminta sahabatnya masuk ke dalam kamar karena cuaca sangat dingin.
Aldo berjalan dengan heran dan menggaruk garuk kepalanya karena ada kemeja cewek berserakan di lantai, dan yang membuat Aldo semakin terbelalak dia juga menemukan bra di sana " Hahh apa yang Devan lakukan, apa ada wanita yang bersamanya ".
Andara masih duduk di pangkuan Devan dan membuang jaketnya kemudian menyerang Devan kembali dan kali ini lehernya yang menjadi sasarannya.
Andara terus menciumi leher Devan serta meninggalkan jejak cupang di sana.
Aldo melotot tajam namun Devan memberikan kode untuk diam kemudian meminta Aldo mengambilkan jaketnya untuk menutupi tubuh Andara.
Andara menghentikan aksinya begitu merasakan ada seseorang di belakangnya dan Devan kembali memakaikan jaket untuk menutupi tubuhnya.
kemana kemana kemana.. ku harus mencari kemana. eh mlh nyanyi/Facepalm//Facepalm/