*"Ah ... ampun, Kak. U-udah! Naya ngakuh, Naya salah."*
Masa remaja yang seharusnya dilalui dengan ceria dan bahagia, mungkin tidak akan pernah dialami dengan gadis yang bernama Hanaya Humairah. Gadis cantik yang lemah lembut itu, harus terpaksa menikah dengan Tuan muda dingin nan kejam.
Demi menyelamatkan ibunya dari tuduhan penyebab kematian mama dari sang tuan muda, ia rela mengorbankan kebahagiaannya.
Akankah Gadis itu bisa menjalani hari-harinya yang penuh penderitaan.
Dan akankah ada pelangi yang turun setelah Badai di kehidupannya.
Penasaran ...?
Yuk ikuti kisahnya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggraini 27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34
Brakgghh ...
Kelvin memukul dinding di sebelah Zia, sehingga Zia mengapit di tengahnya.
"Ke-kelvin, mau ngapain, sih? Gue belum siap, loh!" ujar Zia yang menunduk malu-malu.
"Gak usah basa-basi. Gue tanya ke, Elo! Elo 'kan? Yang sembunyikan buku Naya!" seru Kelvin geram.
"Ma-maksud, Lo. Apa ya, Vin? Gue gak ngerti," kelit Zia, dengan wajah sok bingung.
"Gak usah bohong! Gue udah tau semuanya, saat Riska mengembalikan buku Naya, dan itu semua, atas perintah, Elo!" cetus Kelvin. Yang menunjuk wajah Zia.
"Vin-Vin, gue bisa jelasi. Gue gak ada maksud buat jahati Naya. Gue cuma beri dia sedikit pelajaran aja, biar dia gak sok pinter di sekolah ini!" ungkap Zia membela diri.
"Sok pintar kata, Lo!" Kelvin melepaskan tangannya dari tembok, dan membalikkan badan. Menarik nafasnya dalam-dalam, lalu di buangnya dengan kasar.
"Lo denger baik-baik, ya! Dia tu emang pinter dari sananya. Oh, gue tau. Lo itu iri sama dia kan? Karena lo itu bodo'!" Sarkas Kelvin yang sudah menghadap Zia, dengan wajah tak bersahabat.
"Vin ...!"
"Diam! Gue akan laporkan elo ke guru BK. Segera persiapan diri, Lo!" seru Kelvin, setelah itu pergi.
"Damn it!"
"Emang ya lo, Riska! Kerjaan lo gak becus ... dan lo cupu, tunggu aja pembalasan gue!" geram Zia yang kesal.
***
Bel sudah berbunyi. Menandakan pelajaran telah usai, dan semua murid pun dipersilakan pulang.
"Zia, dipanggil keruangan Bk tu!" seru Dodi yang baru masuk. Setelah mengantarkan buku, dari ruang guru.
"Ck, ngapain, sih?" cetus Zia kesal.
"Gak tau gue. Pokoknya, cepetan deh ke sana!" ucap Dodi lagi.
"Hufhh ...." Zia pun segera beranjak, setelah membereskan buku-bukunya. Lalu, segera mengangkat tas nya ke bahu.
Namun, sebelum pergi. Zia menatap tajam kearah Naya dengan sinis.
"Kenapa tu, Zia? Kayak lo punya hutang aja, liatnya segitunya ke lo!" ucap Lili kepada Naya. Setelah Zia pergi dari kelas.
"Udah, biarin aja lah, Li. Aku duluan ya! Takut udah di tungguin," ujar Naya yang sudah beranjak dari duduk, dan sudah menyandang tas di belakang punggung nya.
"Oke, lo hati-hati, ya?" Naya pun membalas dengan senyuman, kemudian pergi keluar kelas.
"Yaudah, Li. Kok duduk aja, kapan kita mau pulangnya!" cetus Bayu yang sudah berdiri di hadapan Lili.
"Hehe, ini juga udah mau pulang. Tapi, temeni gue ke toilet bentar ya?" pinta Lili, yang menyengir.
"Ya, kebiasaan deh, Lo! Beser amat, sih! Sekalian sampai di rumah apa gak bisa, hem?" tutur Bayu yang malas.
"Keburu bocor dong, ogeb! Udah hayuk ah ...." Lili pun menarik tangan temannya begitu saja.
Sampai di toilet.
"Lo tunggu di sini! Jangan kemana-mana!" cetus Lili. Yang menyuruh bayu menunggu di luar.
"Hmm," balas Bayu, memutar bola matanya malas.
Segera Lili masuk ke dalam dengan terburu-buru.
Setelah Lili baru keluar dari toilet, dia baru menyadari. Kalau ada orang selain dirinya.
"Zia!" Kaget Lili yang menunjuk Zia. Detik berikutnya dia pun tertawa terbahak-bahak.
Bayu yang terkejut mendengar Lili tertawa sangat keras pun, langsung masuk ke dalam. Takut Lili kesurupan.
Sedangkan Zia, hanya menatap nyalang ke arah Lili, sambil menggenggam erat gagang sapu pel yang ia genggam.
"Li, ili! Lo gak papa kan?" tanya Bayu yang sudah nyelonong masuk.
"Eh, Bau. Siapa yang nyuruh lo masuk, oneng!" ucap Lili, yang masih diselingi dengan tawanya.
"Abisnya gue kaget aja, denger lo tiba-tiba ketawa. Kan kira gue lo kesurupan," tutur Bayu.
"Haha, lo bener, Bay. Noh setan nya," tunjuk Lili dan kembali terbahak-bahak.
Sedangkan Bayu yang melihat ke arah yang dimaksud Lili, juga ikut tertawa.
"Anjrit lo pada! Pergi gak! Sebelum gue pel muka kalian, pake ini!" seru Zia gerem. Yang mengarahkan sapu pel kehadapan Bayu dan Lili.
"Kabur, li. Nek lampir marah!" ejek Bayu, yang sudah menarik tangan temannya keluar.
"Sial!" umpat Zia.
Drett ... drett ... drett.
Ponsel Zia bergetar, segera dia mengambil dari saku roknya. "Ck, siapa sih?!"
Segera dia mengangkat, sebuah panggilan dari kakak sepupunya.
"Hallo," ucap Zia membuka pembicaraan.
[Hei, lo di mana?] tutur Zeni langsung ke intinya.
"Di toilet," balas Zia malas.
[Ngapain sih? kok lama banget!]
"Boker. Ya jelas lah di hukum, makannya lama!" sahut Zia kesal.
[Kok bisa?]
"Panjang ceritanya. Yang jelas, gue dihukum karena tu cupu," ungkap Zia.
[lah, tumben lo ketauan ngerjain anak orang,] sahut Zeni, yang terdengar tertawa dari sebrang sana.
"Iya, gimana lagi. Ni semua karena Kelvin yang ngaduin," tutur Zia.
[Haha, jadi tadi tu anak ngajak lo cuma karena tau lo ngerjain tu cupu?]
"Hmm, makanya itu. Sini lah! Bantuin gue, biar cepet kelar."
[Hei, gue gak ikut-ikutan ya. Kalo lo mau bales tu cupu, kita bantuin. Tapi, soal yang satu ini. Ogah!]
Tit.
Panggilan dimatikan sepihak.
"Kak ...!"
"Ck, sial. Di matiin pula," umpat Zia yang kesal.
"Awas aja lo cupu ya! Gue gak akan tinggal diam. Lihat aja, gue akan bales semua lebih dari ini!" gerutu Zia, menendang ember di depannya.
Bersambung ...
bisa bisa malikiomidin berubah jadi monster KLW lihat sesuatu yg bikin emosi
biar beda sama cerita yg lain lanjut Thor 👍👍👍👍
itu nyata