Hendry, pria dewasa berusia 32 tahun itu mulai merasakan kejenuhan dalam rumah tangganya bersama sang istri yang sudah berjalan 5 tahun.
Di karuniai seorang putri cantik di usia pernikahan ke 4, tak membuat rumah tangganya dengan Julia lebih berwarna. Yang ada, Hendry di buat frustasi karna sang istri hanya fokus mengembalikan bentuk tubuhnya pasca melahirkan putri mereka 1 tahun yang lalu.
Julia seolah lupa jika dirinya masih memiliki tanggung jawab sebagai istri.
Wanita berusia 28 tahun itu juga mengabaikan putri kecil mereka. Alih-alih mengurus anak, Julia justru lebih senang menghabiskan waktu di salon dan tempat gym.
Tingkah Julia benar-benar membuat Hendry sangat muak. Kalau bukan karna cinta dan anak, mana mungkin dia masih bertahan dengan istri hanya mementingkan diri sendiri.
Sampai pada suatu ketika, Hendry tergoda dengan gadis yang mengasuh anaknya sejak 5 bulan terakhir. Gadis yang tak lain adalah adik tiri Julia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Bella tampak bengong ketika keluar dari kamar mandi dan mendapati semua barang bawaannya ada di dalam kamar, termasuk tas berisi baju milik Hendry. Bella pikir, Hendry asal memasukkan barang bawaan mereka di satu ruangan sebelum di bawa ke kamar masing-masing. Tapi ternyata bukan hanya barang pribadinya saja yang ada di kamar, pemiliknya pun ada di sana. Dia sedang berbaring terlentang di atas ranjang dengan kaki menjuntai ke lantai. Kedua tangannya di jadikan bantal dan matanya terpejam.
Bella mendekati ranjang. Dia mendudukkan Ale di tepi ranjang sambil memenanginya. Tubuh bulat Ale di bungkus handuk tebal. Bayi cantik itu langsung berceloteh saat melihat Daddynya.
Hendry membuka mata lantaran mendengar suara Ale yang memanggilnya.
Bella mengulum senyum melihat Hendry membuka mata. Dia memang sengaja meletakkan Ale di samping Hendry agar pria itu bangun.
"Sudah selesai.?" Tanya sambil mengubah posisi menjadi duduk. Ale tampak segar setelah mandi dan tubuh bulatnya di balut handuk. Begitu juga dengan Bella, wanita itu membungkus tubuh polosnya menggunakan handuk kimono.
"Hum. Tolong bantu pakaikan baju untuk Ale, aku juga harus pakai baju." Bella beranjak ketika Hendry sudah meraih tubuh Ale dan mendudukkan Ale di atas pangkuannya.
Bella membuka koper untuk mengambil baju ganti untuk Ale dan baju ganti miliknya sendiri.
Dia membiarkan koper tetap terbuka dan kembali menghampiri Hendry.
"Aku sudah baluri tubuh Ale pakai minyak telon agar tubuhnya hangat. Mas Hendry tinggal Pakaikan baju saja." Bella menyodorkan baju ganti Ale pada Hendry, lalu pamit ke toilet untuk pakai baju juga.
Bella sebenarnya sudah penasaran, dia ingin bertanya kenapa Hendry juga ikut mauk ke kamar.
Selesai memakai baju, Bella menghampiri Hendry dan Ale. Keduanya terlihat sedang bercanda di atas ranjang. Hendry dengan jahil menggelitik perut bulat Ale menggunakan kepalanya, balita itu terkikik geli. Tangannya mencoba menyingkirkan kepala Hendry dari perutnya.
Bella tanpa sadar ikut tersenyum melihat pemandangan menggemaskan itu. Dia jadi memiliki gambaran seandainya menikah dan punya anak, setiap hari bisa melihat interaksi yang menyejukkan mata dan hati.
Namun berbagai masalah yang harus Bella alami, membuat Bella tidak berniat melangkah sejauh itu. Hidupnya saat ini hanya fokus untuk balas dendam, setelah pergi sejauh mungkin dari kehidupan mereka dan memulai hidup baru seorang diri.
Hendry menyadari keberadaan Bella yang tengah melamun. Pria itu menghampiri Bella sambil menggendong Ale.
"Kenapa.?" Hendry mengusap pucuk kepala Bella dengan gemas. Wajah Bella sangat lucu sekaligus cantik ketika melamun.
Bella tersadar, dia mencoba bersikap biasa sambil mengulas senyum.
"Baju Mas Hendry kenapa di bawa ke sini juga.?" Bella bertanya sambil melirik tas milik Hendry.
"Lalu harus aku taruh dimana.? Resort ini hanya memiliki satu kamar." Jawab Hendry santai.
Dia sebenarnya tersenyum dalam hati karna akan tidur satu kamar dengan Bella selama menginap. di resort. Hendry bahkan berencana berlibur selama 4 hari, di luar sepengetahuan Bella.
Bella hanya tau kalau mereka akan menginap 1 hari.
"Cuma satu.?" Bella tampak terkejut mendengarnya. Dia bukan terkejut karna nantinya harus tidur satu kamar dengan Hendry, justru itu yang Bella harapkan. Tapi dia tidak mungkin kan kembali merayu Hendry untuk tidur dengannya lagi. Bisa-bisa Hendry merasa ilfil jika terlalu sering menggodanya.
Bella terkejut karna Hendry memilih resort yang hanya memiliki 1 kamar, padahal banyak resort dengan 2 kamar tidur yang bisa Hendry pesan. Untuk seorang pengusaha seperti Hendry, tidak mungkin kan dia sengaja memesan resort dengan 1 kamar hanya untuk berhemat.
Bella jadi berfikir kalau Hendry sengaja memilih resort ini agar bisa tidur bertiga dalam 1 kamar.
"Kita bertiga tidur di ranjang yang sama.?" Tanya Bella memastikan.
Hendry mengangguk cepat.
"Kenapa.? Kamu keberatan.?" Hendry menatap bingung.
Harusnya Bella tidak keberatan untuk tidur satu kamar dengannya, mengingat mereka sudah pernah tidur satu ranjang. Bahkan Bella sendiri yang memintanya.
Bella tidak langsung menjawab, padahal dalam hati ingin menjawab tidak. Tapi Bella menahan diri.
"Tapi kalau sampai Kak Julia tau,,"
Hendry sudah memotong ucapan Bella sebelum menyelesaikannya.
"Bahkan Julia tidak ada di Indonesia, bagaimana dia bisa tau.? Kecuali kamu bilang padanya kalau kita berlibur dan tidur satu kamar." Ujar Hendry.
Bella reflek memukul pelan lengan besar Hendry karna mengatakan hal tidak masuk akal. Mana mungkin Bella akan jujur pada Julia, sedangkan dia belum berhasil menghancurkan kebahagiaan Julia.
"Itu namanya cari mati." Jawab Bella dengan wajah cemberut.
Hendry terkikik geli sambil mengacak rambut Bella. Kalau tidak memikirkan Ale yang sedang dia gendong, lebih baik mencium Bella saja daripada hanga mengacak rambutnya.
"Sudah waktunya makan siang, ayo cari restoran." Ajak Hendry. Bella tidak menginterupsi, dia menyuruh Hendry menunggu sebentar karna harus mengeringkan rambut dan sedikit memoles lipstik.
...******...
Mereka bertiga kembali ke resort saat pukul 5 sore setelah makan siang dan pegi ke tempat wisata dekat pantai. Hendry memasuki resort sambil menggendong Ale. Putrinya itu sudah tidur sejak dalam perjalanan pulang menuju resort. Bella mengekori di belakang. Dia mendahului Hendry ketika hampir sampai di depan kamar untuk membukakan pintu dan menyiapkan ranjang agar Ale langsung di baringkan di tempat tidur.
"Aku mandi dulu." Ujar Hendry setelah membaringkan Ale di ranjang. Bella hanya mengangguk. Dia memperhatikan gerak gerik Hendry yang tiba-tiba membuka kemeja.
Bella mendadak gelisah karna harus melihat tubuh Hendry untuk kesekian kalinya.
"Kenapa tidak buka di kamar mandi saja." Protes Bella yang ingin menjaga jantungnya tetap sehat.
Karna jantungnya bisa berdetak kencang kalau melihat tubuh polos Hendry dengan otot yang sempurna di bagian perut dan lengan. Belum lagi punggung lebar Hendry yang terlihat sangat kokoh.
Hendry malah berbalik badan, dia membuat Bella tertegun karna melihat otot-otot di perutnya yang berbentuk seperti roti sobek. Sangat tidak ramah untuk kesehatan jantung. Kini Bella merasa jantungnya berdetak 3 kali lipat dari biasanya.
"Kamu mau mandi juga tidak.?" Tawar Hendry.
Walaupun pikirannya mulai berkelana kemana-mana karna melihat tubuh Hendry, tapi Bella masih bisa berfikir waras. Dia menolak ajakan Hendry. Bukan apa-apa, Bella hanya tidak mau terjadi sesuatu dengan Ale jika meninggalkannya di ranjang.
"Aku harus menjaga Ale. Gantian saja mandinya." Jawab Bella sambil melirik Ale yang tidur terlelap.
Jawaban Bella membuat Hendry tersenyum teduh. Dia tidak pernah meragukan ketulusan Bella dalam menjaga Ale. Wanita itu seperti tidak menganggap Ale sebagai keponakan, melainkan seperti anaknya sendiri. Setiap perhatian dan perlakuan Bella terhadap Ale, selalu penuh cinta dan ketulusan.
padahal dia jahat, udah ngebunuh emaknya bella juga...
situ sehat julia 🙄