Kata orang cinta itu indah,bisa membuat orang tertawa,dan berbunga-bunga,namun juga bisa buat orang menangis,tangis bahagia kah itu? atau tangis karena sakit?
Tapi bagiku cinta itu ibarat luka tak berdarah,sakit tak tau dimana sakitnya,itulah cinta yang aku rasakan,benarkah itu cinta? ataukah sesungguhnya itu luka yang ku kira cinta?
Tuhan....aku mengimpikan cinta yang seperti orang katakan,cinta yang seperti kisah cinta Rasulullah dengan bunda Aisyah,atau seperti cintanya Rasulullah pada bunda Khadijah_..
@..Adiba Khanza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Dea tersenyum " tapi sepertinya Abang harus bersaing dengan adik aku, karena aku berencana ingin mengenalkan Adiba pada adikku,aku merasa mereka cocok" Dea berkata santai dan di tanggapi santai pula oleh Randi.
" Siapapun yang menjadi jodoh nya kelak sudah pasti itu yang paling cocok dengan nya, dengan adik mu itu artinya mereka se umuran " ucap Randi.
" Tapi apakah sahabat Abang itu juga menyukai dokter Adiba? atau mungkin memang mereka sudah memiliki hubungan khusus? atau mereka ada ikatan keluarga?"
Randi menggeleng" mereka tidak memiliki hubungan khusus atau hubungan keluarga, mereka hanya bertetangga,sejak kecil tumbuh besar bersama, itulah hubungan mereka,dekat layaknya keluarga,tapi Adam mencintai Adiba sejak ia remaja,tapi ia tak pernah berkeinginan untuk mengungkapkan nya,Adam ga mau kedekatan mereka akan retak jika Adiba tau ia menyukai nya, karena Adam tau Adiba menganggap nya murni sebagai seorang kakak laki-laki nya,Adam memutuskan lebih baik ia menghilangkan perasaan cintanya daripada ia harus kehilangan kehangatan sahabat,adik, tetangga dan keluarga nya" cerita Randi.
" Wah ... keren ya cara berfikir dokter Adam,setulus itu dia mencintai " puji Dea.
Randi tersenyum dan mengangguk" Adam mencintai tapi tak ingin menyakiti,cinta nya dewasa,cinta nya tulus tak bercampur obsesi,aku aja terkadang iri melihat cara dia mencintai,dia bahkan rela melakukan apapun demi Adiba tersenyum dan beruntung nya,Adiba tak pernah memanfaatkan ketulusan dan kebaikan Adam dan keluarganya, bahkan Adiba rela membayar perawat untuk mendampingi ibunya daripada merepotkan ibunya Adam, padahal beliau sudah berulang kali menawarkan dirinya"
" Memang nya ibunya sakit apa bang?"
" Sudah komplikasi,berawal dari gejala pembengkakan jantung,tapi setelah musibah yang menimpa keluarga nya ibunya drop, sekarang sedang di Singapura dan biayanya tidak sedikit,untung orang tuanya memiliki putri sebaik Adiba yang rela menghabiskan masa mudanya untuk bekerja demi biaya perawatan ibunya,Adiba itu sangat sulit menerima bantuan orang lain, walaupun kita dekat dengan nya" ucap Randi.
" Keren ya dia,saat awal pertemuan kami,aku mengira dia itu putri dari keluarga kaya raya, walaupun pakaian yang ia pakai terlihat sederhana,tapi wajahnya memancarkan aura berbeda,elegan dan berkelas"
Randi tersenyum seraya mengangguk" setiap orang yang baru mengenalnya akan berfikir sama seperti kamu, bahkan aku juga,padahal dia nya biasa saja" aku Randi.
Keduanya mengobrol santai sambil menikmati menu makan siang mereka,sesekali Randi menanyakan tentang hubungan Dea dan Abizar adik nya.
***
Adiba mengerjabkan matanya mencoba menyesuaikan dengan cahaya temaram kamar tidur yang ia tempati,hari sudah sore, matahari sudah mulai tenggelam,Adiba belum menyadari bahwa ia tertidur pulas dalam dekapan hangat Abizar.
Adiba terdiam kaku, tubuhnya menegang dengan jantung yang berdetak kencang saat kesadaran nya mulai kembali,ia mendongak menatap wajah seseorang yang berada tepat di atas kepalanya.
Deg...
Abizar,pria itu masih terlelap,sebelah tangan nya menjadi bantal untuk Adiba,sebelah lagi merengkuh pinggang ramping Adiba,membuat wajah Adiba bersemu merah,lama ia menatap wajah tampan yang terlihat begitu damai saat tertidur.
Merasa ada sedikit pergerakan ,Abizar sedikit terusik,ia menggerakkan tangan nya yang mungkin merasa kram karena menjadi bantal untuk Adiba, sedangkan Adiba refleks memejamkan matanya saat merasa Abizar akan bangun.
Cup..
Deg..
Jantung Adiba terasa berhenti berdetak saat merasa Abizar mengecup lama puncak kepala nya,seakan menyalurkan rasa yang entah itu apa,dan merasakan semakin mengeratkan pelukannya di pinggang ramping Adiba.
Dertttt
Getaran ponsel terdengar,di pastikan itu adalah ponsel milik Abizar yang di letakkan di atas nakas.
Adiba merasakan pergerakan Abizar meraih ponselnya.
" Ya halo..." jawab Abizar terdengar santai.
" Sayang...kamu dimana? Bisa tolong jemput aku,mobil aku mogok di jalan,aku dari rumah sakit" ucap suara seorang wanita yang masih samar terdengar oleh Adiba.
" Aku sedang di luar,kamu tenang ya, tunggu sebentar aku segera ke sana" jawab Abizar cepat.
Nyes...
Hati Adiba terasa perih,bagaikan Lo uka tersiram garam,baru saja ia membayangkan andai pernikahan nya se indah ini,tidur saling memeluk,tapi kembali ia di hempas oleh kenyataan bahwa ia hanya wanita simpanan suaminya.
Cup..
Adiba tersenyum miris saat kembali merasakan sebuah kecupan singkat di puncak kepala nya,ingin ia berteriak keras dan berkata tak hanya sentuhan yang ia butuhkan,bukan pula hanya uang yang harapkan,tapi kasih sayang,itulah yang paling ia harapkan,di tengah dirinya yang sedang menanggung beban pikiran yang luar biasa.
" Jhon... ikut saya ke jalan xx sekarang " perintah nya pada asisten pribadi nya melalui sambungan telepon.
Adiba membuka matanya saat mendengar suara pintu kamar kembali tertutup,ia segera bangun dan berlari menuju kamar mandi,ia ingin menangis,tapi ia urungkan dan ia tahan sekuat mungkin,ia sudah terlambat untuk melaksanakan ibadah shalat ashar nya.
Adiba keluar dari kamar mandi dengan keadaan sudah berwudhu, ia segera memakai mukenanya dan melaksanakan kewajiban empat rakaat nya.
Di luar kamar,bibi Nur pengurus villa mendekati kamarnya,sebelum pergi Abizar berpesan untuk membangunkan Adiba untuk makan malam,namun pergerakan wanita paruh baya itu terhenti tepat setelah pintu terbuka,beliau melihat seorang wanita berbalut mukena berwarna putih bersih tengah bersujud di atas sajadahnya.
"Subhanallah...apa sebenarnya hubungan mereka ya Allah? Dia wanita yang masih sangat muda dan Sholehah" batin bi Nur semakin penasaran.
Bi Nur masih diam terpaku di depan pintu kamar Adiba, hingga beliau tak menyadari bahwa Adiba sudah selesai dan tengah menatapnya.
" Ada apa Bu? Ibu mencari saya?" Adiba bertanya sopan,ia bangkit dari sajadahnya setelah berdoa singkat.
" Astaghfirullah... ma-maaf non,bibi kira non cantik belum bangun,bibi mau bangunkan sekalian mau tanya,non cantik mau di masakin apa untuk makan malam?" jawab BI Nur gugup.
Adiba tersenyum lembut" Kenapa ibu harus minta maaf ke saya, terimakasih Bu,tapi ibu ga perlu repot-repot, karena saya akan segera pulang,maaf ya Bu " jawab Adiba lembut.
Bibi Nur terdiam,apa yang harus ia katakan,tadi tuan mudanya memintanya untuk menyiapkan makan malam untuk mereka,tapi wanita di depannya ini mengatakan akan segera pulang, sungguh ia dilema.
" Tapi non cantik,tadi tuan muda pesan agar menyiapkan makan malam" ucap bik Nur akhirnya.
Adiba tersenyum lembut,ia meraih tangan BI nur dan mengusapnya lembut, membuat wanita paruh baya itu terpaku, sungguh lembut tangan yang mengusapnya" lakukan tugas ibu, mungkin tuan ingin makan malam di sini, sedangkan tugas saya di sini sudah selesai,dan saya harus pergi,maafkan saya " lagi Adiba mengucapkan kata maaf dengan tulus dan tersenyum lembut.
Bi Nur terdiam seraya menatap dalam wajah cantik di depannya,hatinya begitu tersentuh dengan sikap Adiba sejak pertama kali melihat nya, hingga tergerak untuk bertanya " maaf non,boleh bibi bertanya sesuatu?" tanya nya ragu dan terlihat sedikit takut.
Adiba mengangguk seraya tersenyum " boleh,apa yang ingin ibu tanyakan?" Jawab Adiba santai.
" Apa hubungan nona dengan tuan muda" dengan penuh rasa tekad akhirnya pertanyaan itu keluar dari bibir wanita paruh baya itu, terlihat wajahnya yang berkeringat.
Adiba tersenyum dan menatap lama wajah wanita di depannya " Saya istri simpanannya Bu" singkat padat dan jelas Adiba menjawabnya.
" Astaghfirullah..." refleks bik Nur ber istighfar seraya membekap mulutnya dengan kedua tangannya.
Adiba tersenyum,namun terlihat terpaksa, bahkan matanya terlihat berkaca-kaca " Kami menikah Bu,secara siri,dan almarhum ayah saya yang menjadi wali saya,saya terpaksa Bu,demi uang" tak ingin semakin salah paham,Adiba menjelaskan garis besar nya saja.
Bik Nur menatap Adiba dengan mata berkaca-kaca,penuh rasa haru, refleks wanita paruh baya itu memeluk erat tubuh Adiba dan mencium nya.
" Demi Allah saya berharap nona yang akan menjadi nyonya muda di keluarga Foster,nona lah satu-satunya istri tuan muda, tolong pertahankan pernikahan ini non,saya yakin tuan muda akan sangat mencintai nona" pinta bik Nur.
Adiba tersenyum seraya membalas pelukan wanita paruh baya itu dan mengusap lembut punggung nya.
" Saya tidak pernah bermimpi menjadi nyonya muda keluarga kaya raya ini Bu, maafkan saya kalau saya tidak bisa memenuhi permintaan ibu,jika suatu saat ibu tidak lagi melihat kedatangan saya,itu artinya semuanya sudah berakhir,tapi saya berharap ibu akan tetap menyapa saya,jika suatu saat kita bertemu lagi, Tolong jangan pandang saya sebagai wanita hina karena pernah menyandang status wanita simpanan" pinta Adiba tulus.
Mendengar ucapan Adiba,bik Nur langsung menggeleng cepat" nona bukan istri simpanan,tuan muda masih single,nona juga masih single, pernikahan kalian sah di agama,hanya tidak tercatat di negara saja,mungkin tuan muda belum menyadari perasaannya " bantah bik Nur.
Adiba tersenyum mendengar ucapan bik Nur" tuan memiliki kekasih Bu,dan pasti akan menikahi kekasihnya suatu saat nanti, tolong jaga rahasia besar ini dari siapapun " pinta Adiba.
Bik Nur mengangguk" wanita itu hanya kekasih non,tapi non cantik istrinya,lebih berhak atas tuan muda " protes bik Nur.
Adiba tersenyum kecut mendengar ucapan bibi pengurus villa ' andai saja aku bisa menuntut hak ku Bu, andaikan saja ibu tau alasan di balik pernikahan kami bu' batin Adiba sakit.
"Maaf bu saya harus bersiap sebelum malam,sebentar lagi ojek pesanan saya akan datang" ucap Adiba meminta izin secara sopan.
Bik Nur mengangguk paham,segera meninggalkan Adiba di kamar itu dan kembali ke dapur, sedangkan Adiba segera merapikan perlengkapan shalat nya dan menyimpannya kembali ke dalam tasnya,di lanjutkan dengan mengganti pakaian nya dengan dress muslimah dan hijab.
Hidup yg sdh jelas tp dibuat samar. .
Atas bawah mumet...
wkwkwk