NovelToon NovelToon
Hati Yang Kau Sakiti

Hati Yang Kau Sakiti

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Wanita Karir / Persahabatan
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hawa zaza

Apa pun itu, perihal patah hati selalu menjadi bagian kehidupan yang paling rumit untuk diselesaikan.

Tentang kehilangan yang sulit menemukan pengganti, tentang perasaan yang masih tertinggal pada tubuh seseorang yang sudah lama beranjak, tentang berusaha mengumpulkan rasa percaya yang sudah hancur berkeping-keping, tentang bertahan dari rindu-rindu yang menyerang setiap malam, serta tentang berjuang menemukan keikhlasan yang paling dalam.

Kamu akan tetap kebasahan bila kamu tak menghindar dari derasnya hujan dan mencari tempat berteduh. Kamu akan tetap kedinginan bila kamu tak berpindah dari bawah langit malam dan menghangatkan diri di dekat perapian. Demikian pun luka, kamu akan tetap merasa kesakitan bila kamu tak pernah meneteskan obat dan membalutnya perlahan.

Jangan menunggu orang lain datang membawakanmu penawar, tapi raciklah penawarmu sendiri, Jangan menunggu orang lain datang membawakanmu kebahagiaan, tapi jemputlah kebahagiaanmu sendiri.

Kamu tak boleh terpuruk selamanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 15

Setelah drama panjang, akhirnya uang sebesar dua juta lima ratus masuk rekeningku. Itupun dengan cacian dan juga amarah dari mas Bimo dan kakaknya. Entahlah, setelah bertahun tahun aku mulai berani melawan mas Bimo dan keluarganya dengan sikap angkuh dan tak lagi mau perduli. Rasa sakit juga kecewa telah membuat hormat ini hilang pada mereka. Namun, satu yang selalu aku yakini, aku tidak akan pernah membalas perbuatan mereka. Karena aku percaya jika karma akan menemui jalannya sendiri dengan cara yang tak terduga. Biarlah semua perbuatan mereka padaku juga Luna akan mendapatkan balasan dari Tuhan, biarkan tangan Tuhan yang bekerja.

Waktu berjalan seperti biasanya, aku masih sibuk dengan duniaku sendiri, yang berusaha mencukupi kebutuhan sehari hari dengan cara bekerja apapun asal halal. Hari ini, aku sedang membantu salah satu temanku yang mendapatkan pesanan nasi tumpeng untuk ulang tahun salah satu pegawai negri di dinas pendidikan.

"Ras, nanti kamu ikut antar pesanan ya. Bantu untuk jaga prasmanannya di sana, nanti aku tambahin deh gajimu." Kiki menatapku dengan senyuman, dia adalah teman saat kami masih satu kerjaan sewaktu bekerja di pabrik sabun saat kami masih sama sama belum menikah. Tapi sekarang Kiki sudah menikah dan punya dua orang anak, dia meneruskan usaha mertuanya yang kebetulan rumahnya tak jauh dari desaku, sehingga kita bisa bertemu kembali dan tak jarang juga, Kiki memberiku pekerjaan saat dia mendapatkan banyak pesanan.

"Oke, nanti aku sama siapa disana?" Sahutku senang, karena akan mendapatkan uang lebih tentunya.

"Sama aku, soalnya yang lain masih sibuk buat pesanan nasi kotak untuk nanti siang." Sahut Kiki sambil melipat kotak nasi.

"Aku sih iya iya saja, Ki. Oh iya, bagaimana kontrakan yang kemarin kamu tawarkan, apa masih ada yang kosong?" Sambungku dengan penuh harap, karena aku juga sudah risih dengan mbak Rani yang terus menelpon agar aku segera mengirim uang sesuai yang dia minta. Padahal aku sudah bilang kalau aku lebih baik pergi dan mencari kontrakan. Karena uang yang diminta mbak Rani sangat banyak dan aku pun belum punya.

"Oh iya, aku lupa mau kasih tau kamu. Semua kamarnya sudah penuh, belum ada yang pindah. Padahal disana tuh tempatnya enak banget, lengkap dan juga murah. Fasilitas nya kamar mandi dalam, dapur umum ada kulkasnya, kasur, tivi juga wifi. Hanya lima ratus ribu per bulan dan itu air juga listrik gratis loh." Sambung Kiki menjelaskan, dengan raut wajah yang nampak kecewa.

"Mungkin bukan jodohku, Ki. Aku akan coba nanya nanya ke teman teman lagi. Semoga ada yang cocok, dan aku biar cepat meninggalkan rumah yang aku tempati selama ini." Sahutku dengan dada sesak, karena rumah itu memberikan banyak kenangan bersama ibuku.

"Kok tega ya saudara kamu itu, padahal tau kalau itu tanah waris dan tidak boleh di jual. Tapi kenapa tetap ngotot di jual dan seolah menekan agar cepat jadi uang." Balas Kiki dengan menghembuskan nafasnya dalam, matanya seolah menatap diri ini iba.

"Entahlah, Ki. Namanya juga manusia, mungkin uang adalah segalanya untuk mereka. Tapi kayak aku juga bisa apa, dan lagian aku juga gak mau ribut ribut hanya karena permasalahan seperti ini. Kasihan para orang tua yang sudah tiada." Balasku yang berusaha untuk menyembunyikan rasa khawatir juga sedih di hati ini.

"Insyaallah, pasti ada jalannya. Aku juga akan coba bantu cari informasi, barangkali ada teman yang tau ada kontrakan dengan harga murah tapi tempatnya bagus dan nyaman." Sahut Kiki dengan senyuman menenangkan.

"Makasih ya, Ki." Balasku terharu, lalu kembali fokus dengan masakan di hadapanku.

Hari ini, semua berjalan lancar. Alhamdulillah aku mengantongi uang tiga ratus ribu dari Kiki. Saat baru saja kaki ini mau masuk ke dalam rumah, terdengar suara ponsel di dalam tas berdering. Namun aku mengabaikan panggilan telepon yang entah dari siapa, karena aku juga belum berniat untuk melihatnya. Yang ingin kulakukan setelah seharian bekerja adalah menemui anak gadisku yang sudah aku tinggal sendirian di rumah.

"Luna, ibu pulang nak." Panggilku dengan hati lega, menaruh kantong kresek yang berisi makanan juga jajanan dari Kiki sebelum aku pamit pulang tadi.

"Yeeey ibu sudah pulang, aku baru selesai mandi Bu, sudah wangi." Dengan ceria Luna berlari menghampiriku yang memilih mengistirahatkan tubuh ini di atas sofa empuk yang ada di ruang tamu.

"Wah harumnya anaknya ibu, pinter ya mbak Luna, masih jam tiga sudah mandi. Ibu bawa makanan juga jajanan, Luna makan gih, habisin nak." Sahutku yang langsung hilang rasa lelah setelah melihat anak gadis yang baik baik saja.

"Luna juga lapar, Bu. Tadi Luna gak makan, gak suka sama ayamnya. Ini ada apa saja, Bu? Luna makan ya?" Sahut anakku dengan mata berbinar melihat banyaknya makanan yang aku bawa dan kebetulan semua adalah makanan kesukaannya.

"Itu semua kesukaannya Luna, loh. Ada sambal goreng kentang, mie goreng, capcay, ayam bakar, rendang daging. Juga ada donat, agar agar, kue lapis juga bolu." Sahutku dengan senyuman mengembang, melihat anakku antusias dan ceria hati ini rasanya menghangat dan melantunkan rasa syukur atas rejeki yang Allah berikan. Tanpa banyak bicara lagi, Luna mulai melahap makanan yang ada dengan sangat lahap, aku pun hanya tersenyum melihatnya. Tubuh yang tadinya lelah seolah hilang dan berganti semangat juga syukur yang tiada henti. Namun lagi lagi ponselku kembali berdering nyaring. Dengan malas aku keluarkan ponsel keluaran tahun 2022 itu dan ternyata mbak Rani yang sedari tadi menelpon.

"Hallo mbak, assalamualaikum." Jawabku dengan suara datar.

"Waalaikumsallam, kenapa kok lama sekali angkat teleponnya?" Balas mbak Rani dengan nada yang terdengar ketus, akupun berusaha untuk tetap tenang dan menarik nafas dalam-dalam agar tidak terpancing emosi.

"Maaf, mbak. Aku baru saja pulang dari kerja, ini saja baru masuk rumah, ada apa mbak Rani menelepon ku?" Sahutku yang mengatur suara ini dengan nada tetap tenang, meskipun dada ini bergemuruh kesal.

"Aku cuma mau bilang, besok akan ada orang yang lihat rumah disana. Tolong kamu temui dulu orangnya sebelum aku sampai. Aku berniat menjual pada orang lain saja, dari pada ribet dengan alasan kalian yang terus berkelit setiap di minta untuk segera bayar." Sahut mbak Rani panjang lebar.

"Iya, mbak." Balasku singkat, karena sudah malas kalau harus berdebat dengannya yang pasti tidak ada titik temunya.

"Yasudah, aku cuma mau ngomong itu saja. Dan kamu juga harus siap siap untuk cari tempat tinggal baru. Karena sepertinya orang yang mau lihat sangat tertarik dan ingin membelinya karena tempatnya strategis, rencananya akan di bangun kos kosan untuk anak kuliahan, kan di sana dekat dengan kampus baru yang sudah mulai masuk." Sambung mbak Rani dengan semangat empat lima.

"Iya, mbak." Kembali aku menyahuti singkat, karena memang tidak ada yang ingin aku katakan lagi, biarlah itu menjadi urusannya.

"Kok nada kamu kayak gak enak gitu, Ras?" Sahut mbak Rani tak suka.

"Gak enak bagaimana ya, mbak?" Sahutku masih dengan nada biasa saja.

"Kayak gak ikhlas gitu, harusnya kamu sadar, kalau kamu gak punya hak atas rumah itu, karena itu milik ibuku. Jadi, kamu harus legowo dan siap siap pergi meninggalkan rumah itu." Kembali mbak Rani mengeluarkan kalimat yang membuat dada ini sesak, namun aku tetap berusaha untuk menahan rasa itu, malas saja menanggapi orang yang gila harta dan serakah seperti mbak Rani. Kalau memang tanah ini sesuai dengan apa yang di ceritakan para orang sepuh yang paham dengan asal usul cerita sebenarnya, sungguh aku tak bisa bayangkan apa yang nanti terjadi pada mbak Rani. Karena setahuku warisan itu malati, amit amit saja.

1
neng ade
bener2 manusia ga tau diri.. !
neng ade
diihh.. dasar ga tau malu .. masih aja mau memanfaatkan Laras ..
neng ade
lagi satu masalah besar akan muncul . Dewi hamil Roy kabur
neng ade
eh ga. nyangka. ya si Munaroh itu jadi pemuas nafsu teman2 nya si Bimo .. jangan2 keputihan yang di alami nya itu suatu penyakit .
neng ade
ya liat aja Bim.. karma buruk mu itu udah datang menghampiri mu .. bukan nya sadar diri tapi masih aja menghina Laras
neng ade
haha .. Bimo .. Bimo yang cuma mau ngincar uang nya Laras tuh kamu .. jangan ngomong sembarangan karena kamu blm tau siapa tuh calon suami nya Laras ..
neng ade
Iya bener tuh kata bule Tini jngn mimpi klo Laras mau balik an lagi ..
diihh .. khayalan nya terlalu tinggi pake segala ingin ibu nya tinggal disitu .. hadeuuhh .. dasar ga tau malu .. semoga aja Laras bisa melindungi diri nya dan Luna ..
neng ade
Itu si Bimo yg datang .. dasar udah putus urat malu nya .. ah .. kirain Laras udh nikah sm mas Dana ternyata baru mau lamaran besok .. semoga lancar acara nya
neng ade
dasar keluarga ga tau malu .. emang nya Laras mau balik an lagi.. dia udah menikah dan jadi juragan kos .. jngn halus km Bimo
neng ade
Udah keras ikan iblis tuh si Bimo
neng ade
Ga nyangka ya keluarga Bimo kelakuan nya sangat buruk
neng ade
mau mau mas Dana .. ayo gas poll .. 😁😍
Lusia Ani Hermawati
lanjutkan tor
neng ade
si lis mah udah ke enakan di melanin sm si Bimo bukan nya usaha cari kerja sendiri .. maka nya jadi orang tuh jngn sombong selalu menghina Laras miskin dan ga bisa kerja .. akhir nya km juga ga bisa kerja dan bakalan jadi miskin
neng ade
bagaimana pun keadaan anak nya seorang ibu selalu melimpahkan kasih sayang nya dan menerima semua nya dngn hati yang lapang karena anak adalah pelita bagi ibu nya
neng ade
yah memang begitulah sikap nya si Bimo .. baru nyadar ya ..
neng ade
kamu memang orang baik rezeki mu juga lancar dan tak disangka sangka datang nya hingga Allah pertemukan dngn orang baik juga yaitu mas Wardhana . semoga km berjodoh dngn nya
neng ade
Ya walaupun saudara kadang mereka tak mau peduli karena keadaan kita yg kekurangan dan enggan membantu
neng ade
Alhamdulillah.. maksud mas Dana tuh berarti punya peluang utk memiliki diri mu .. 😁😍
neng ade
mengalah aja lah .. biar nanti ada balasan nya utk orang yang serakah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!