NovelToon NovelToon
TINGGAL DI RUMAH ANGKER YANG LAMA TIDAK DIHUNI

TINGGAL DI RUMAH ANGKER YANG LAMA TIDAK DIHUNI

Status: tamat
Genre:Tamat / Rumahhantu / Hantu
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: KERTAS PENA

Menceritakan tentang Anis yang pindah rumah, Karena di tinggal kecelakaan oranf tuanya.Rumah tersebut milik tante Parmi yang ada di kampung. Banyak kejadian yang di alami Anis di rumah tersebut

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KERTAS PENA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kenangan yang Hidup Kembali

Setelah ritual pemulihan yang sukses, Anis merasakan kelegaan yang mendalam. Suasana di rumah tua itu kini lebih terang dan hangat, seolah-olah sejarah kelam yang pernah menyelimuti tempat itu telah benar-benar terhapus. Dengan hati yang penuh rasa syukur, Anis memutuskan untuk menghabiskan lebih banyak waktu di sana, tidak hanya untuk membantu Pak Handoko merawat kebun, tetapi juga untuk menyelami lebih dalam tentang sejarah keluarga Fina.

Hari-hari berlalu, dan Anis menemukan dirinya semakin terhubung dengan rumah itu dan semua kenangan yang tersimpan di dalamnya. Ia menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan, menggali lebih banyak tentang nenek Fina, sejarah keluarganya, dan bahkan mencoba menelusuri jejak keluarga yang mungkin masih ada di luar sana.

Suatu sore, saat sedang menyortir tumpukan buku, Anis menemukan sebuah kotak kayu kecil yang tersembunyi di belakang rak. Rasa penasarannya mengalahkan keraguan, dan ia membukanya. Di dalam kotak itu terdapat beberapa surat tua dan foto-foto kuno yang tampak berharga. Anis mulai membaca surat-surat tersebut dan menemukan kisah cinta yang indah antara nenek Fina dan seorang pria misterius yang berasal dari keluarga berbeda.

“Hmmm… ini menarik,” gumam Anis. Surat-surat itu menggambarkan perasaan cinta yang terlarang, penuh kerinduan dan rasa sakit karena perpisahan. Melalui surat-surat itu, Anis merasakan getaran emosi yang kuat—cinta yang tulus namun terhalang oleh nasib.

Saat ia meneliti lebih jauh, Anis menemukan foto yang menunjukkan nenek Fina dalam pelukan pria itu, wajah mereka dipenuhi kebahagiaan meskipun latar belakangnya kelam. Ternyata, hubungan mereka tidak hanya ditentang oleh keluarga, tetapi juga oleh entitas lain yang berada di luar kendali mereka.

“Sepertinya hubungan mereka adalah bagian dari apa yang mengakibatkan kegelapan yang melanda keluarga ini,” pikir Anis, menyadari bahwa cinta sejati bisa membawa kedamaian, tetapi juga bisa membawa malapetaka jika tidak dihormati.

Malam itu, setelah puas membaca, Anis merasa ada sesuatu yang harus ia lakukan. Ia ingin menghormati kenangan nenek Fina dan memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan oleh generasi sebelumnya. Ia memutuskan untuk melakukan upacara kecil di taman sebagai penghormatan bagi nenek Fina dan cinta sejatinya.

Keesokan harinya, Anis mulai mempersiapkan segalanya. Ia mengumpulkan bunga-bunga segar dari kebun, mengatur altar kecil di taman dengan lilin-lilin yang dinyalakan, dan meletakkan foto nenek Fina dan pria itu di tengah. Ia berharap bahwa dengan cara ini, kenangan mereka akan hidup kembali dan menjadi bagian dari perjalanan pemulihan keluarga yang telah terpuruk.

Saat senja tiba, Anis berdiri di depan altar kecil itu, merasakan ketenangan yang mengalir di sekitarnya. “Semoga kalian menemukan kedamaian yang telah lama hilang,” ucapnya lembut, mengingat betapa sulitnya cinta mereka. Ia mengingat kata-kata Fina yang pernah mengingatkan tentang penghormatan. Ini adalah langkahnya untuk menghormati warisan yang telah ditinggalkan.

Saat Anis menyalakan lilin terakhir, dia merasa angin lembut berhembus, membawa aroma bunga ke seluruh taman. Untuk sesaat, ia merasakan kehadiran nenek Fina, seolah-olah memberikan dukungan untuk upacara ini. Dalam hatinya, Anis berdoa agar cinta sejati itu diakui dan dihormati, agar kegelapan yang pernah menyelimuti tidak lagi hadir.

Keesokan harinya, Anis melanjutkan rutinitasnya di rumah, tetapi ada perubahan dalam dirinya. Ia merasa lebih kuat dan terhubung dengan energi rumah tersebut. Anis mulai menjalin persahabatan yang lebih dalam dengan Pak Handoko, berbagi cerita dan pengalaman hidup mereka, serta saling mendukung dalam menjaga kebun dan rumah.

Namun, meskipun semua terasa baik-baik saja, ada sesuatu yang masih mengganggu pikiran Anis. Dia merasa bahwa dengan upacara penghormatan yang telah dilakukannya, ada yang harus ditindaklanjuti—mungkin, menemukan keluarga pria yang terlibat dalam kisah cinta itu.

Suatu sore, saat mereka bekerja di kebun, Anis membagikan idenya kepada Pak Handoko. “Pak, saya berpikir, mungkin kita bisa mencari tahu lebih lanjut tentang keluarga pria itu. Mungkin mereka masih ada, dan kita bisa menjalin hubungan kembali,” ucap Anis, penuh semangat.

Pak Handoko tersenyum. “Itu ide yang bagus, Nona. Kita bisa mencoba mencari tahu melalui catatan atau dokumen lain yang ada di perpustakaan. Saya yakin ada lebih banyak yang bisa kita temukan.”

Dengan tekad baru, Anis dan Pak Handoko kembali ke perpustakaan, memeriksa dokumen-dokumen yang ada. Mereka mencari nama keluarga pria itu dan menemukan beberapa informasi yang menunjukkan bahwa keluarga tersebut juga memiliki sejarah yang kompleks dan penuh misteri.

Satu per satu, mereka mengumpulkan informasi yang mengarah pada sebuah desa kecil tidak jauh dari rumah tua itu. Dengan semangat baru, Anis merasa mereka harus pergi ke desa itu untuk mencoba mencari tahu lebih lanjut. Mungkin mereka bisa menemukan seseorang yang mengenal keluarga pria tersebut.

Setelah mempersiapkan segala sesuatunya, Anis dan Pak Handoko berangkat ke desa yang dimaksud. Perjalanan itu membawa mereka melewati jalan setapak yang dikelilingi oleh pepohonan hijau. Ketika mereka tiba di desa, suasana yang hangat menyambut mereka. Masyarakat terlihat ramah, dan Anis merasakan kehadiran sejarah yang mendalam di sekelilingnya.

Mereka mulai bertanya kepada penduduk desa tentang keluarga pria dalam foto yang mereka temukan. Setelah beberapa jam bertanya, mereka akhirnya bertemu dengan seorang pria tua yang mengenali nama keluarga tersebut.

“Ah, keluarga itu… Mereka sudah lama pergi dari sini. Tapi saya ingat ada cerita tentang mereka. Cinta mereka berakhir tragis,” kata pria tua itu, matanya penuh kenangan.

Anis dan Pak Handoko mendengarkan dengan saksama saat pria tua itu mulai menceritakan kisah yang hilang dalam waktu. “Cinta mereka terhalang oleh banyak hal, termasuk kutukan yang menimpa keluarga tersebut. Banyak yang mengatakan bahwa hubungan mereka mengundang perhatian makhluk gaib, yang ingin menghancurkan apa yang mereka miliki.”

Mendengar cerita itu, Anis merasa hatinya bergetar. “Apakah ada cara untuk memperbaiki apa yang telah terjadi? Apakah kita bisa mengakhiri siklus ini?” tanyanya penuh harap.

Pria tua itu mengangguk. “Setiap cinta yang tulus selalu memiliki cara untuk bangkit kembali. Jika kalian ingin menghormati mereka, lakukanlah ritual di tempat yang menjadi saksi hubungan mereka.”

Dengan penuh semangat, Anis dan Pak Handoko menyiapkan diri untuk melakukan ritual di tempat yang disebutkan pria tua itu—sebuah lokasi yang dulunya merupakan taman rahasia di mana nenek Fina dan pria itu sering menghabiskan waktu bersama. Momen ini menjadi kesempatan bagi mereka untuk membawa kembali kedamaian dan mengakhiri kegelapan yang pernah menghantui keluarga Fina dan pria tersebut.

Saat mereka sampai di taman itu, suasana terasa magis. Anis merasakan energi yang kuat mengalir di sekitarnya. Dengan penuh rasa hormat, mereka menyiapkan altar sederhana, meletakkan bunga dan foto di tengahnya. Malam itu, di bawah sinar bintang, mereka mulai melakukan ritual, mengucapkan kata-kata yang diambil dari kisah cinta nenek Fina.

Anis menutup mata, membayangkan semua yang terjadi, merasakan ikatan yang terjalin antara semua yang pernah terikat pada rumah tua itu. Ia berharap bahwa dengan melakukan ini, mereka bisa memberikan kesempatan kedua untuk cinta yang hilang, mengakhiri siklus kegelapan, dan membuka jalan bagi cahaya baru yang akan datang.

“Semoga cinta ini tidak hanya dikenang, tetapi juga diberi kesempatan untuk hidup kembali,” ucap Anis dengan suara lembut, penuh harapan.

Saat mereka menyelesaikan ritual, Anis merasakan sesuatu yang ajaib. Angin berhembus lembut, dan seolah-olah bayangan-bayangan yang pernah gelap kini mulai bertransformasi menjadi cahaya. Anis membuka mata, dan untuk sesaat, ia merasakan kehadiran nenek Fina dan kekasihnya, seolah mengucapkan terima kasih atas penghormatan yang mereka berikan.

Dengan hati yang penuh harapan dan rasa syukur, Anis dan Pak Handoko kembali ke rumah tua itu, merasa seolah-olah mereka telah melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar menghormati masa lalu. Mereka telah membuka jalan untuk masa depan yang lebih cerah, bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk semua jiwa yang terhubung dengan rumah itu.

1
Sri Ningsih
bukankah fina dah meninggal...jdi bingung nih
KERTAS PENA: memang kak
total 1 replies
Jing Mingzhu5290
Bikin nagih deh!
KERTAS PENA: terima kasih kak simak terus novel lainya ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!