NovelToon NovelToon
Ternyata Aku Istri Keduanya

Ternyata Aku Istri Keduanya

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Lari Saat Hamil / Hamil di luar nikah / Pembantu
Popularitas:288.9k
Nilai: 5
Nama Author: TK

Rania terjebak dalam buayan Candra, sempat mengira tulus akan bertanggung jawab dengan menikahinya, tapi ternyata Rania bukan satu-satunya milik pria itu. Hal yang membuatnya kecewa adalah karena ternyata Candra sebelumnya sudah menikah, dan statusnya kini adalah istri kedua. Terjebak dalam hubungan yang rumit itu membuat Rania harus tetap kuat demi bayi di kandungannya. Tetapi jika Rania tahu alasan sebenarnya Candra menikahinya, apakah perempuan itu masih tetap akan bertahan? Lalu rahasia apakah itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15 Sudah Menerimanya

"Mas hari ini Nenek mau main kesini boleh gak?" tanya Rania.

"Boleh kok, kapan?"

"Paling nanti agak siangan."

"Ya sudah, biar nanti dijemput supir ya."

"Makasih."

"Iya, tapi aku lagi di ladang kayanya."

"Gak papa, kamu kan kerja."

"Tapi Nenek jangan pulang dulu ya sampai aku pulang kerja, aku pengen bicara sama dia. Sudah lumayan lama juga gak ketemu."

"Iya Mas."

Rania lalu mengantar suaminya itu sampai ke depan, tidak lupa menyalami tangannya. Seperti biasa Candra pun selalu mengusap kepalanya, membuat Rania jadi berdebar sendiri. Rania pun melambaikan tangan melihat kepergian Candra dengan mobilnya itu.

"Pak Hendra, nanti jam dua belasan boleh minta jemput Nenek di rumahnya kesini?" tanya Rania pada supir di Villa.

"Oh boleh Nona, nanti saya jemput Nek Ima."

"Makasih ya Pak, saya masuk dulu."

"Iya Nona."

Sudah mau dua minggu Rania tinggal di Villa ini, Ia sudah nyaman dan terbiasa dengan suasana kemewahan ini. Dulu Rania sempat ragu dan khawatir saat pindahan, tapi semakin sekarang perasaan ragu itupun sudah hilang.

Selama di Villa pun Rania tidak banyak bekerja, lebih suka bersantai. Memang cukup membosankan, tapi kondisinya yang sedang hamil kan memang tidak bisa bekerja terlalu lelah. Di Villa juga sudah ada pembantu, hanya untuk masak memang tugas Rania.

"Nona jangan panas-panasan," tegur mbok Minah.

"Lagi lihat bunga mbok."

"Iya tapi jangan panas-panasan, ini pakai payung."

"Padahal gak terlalu panas, mbok berlebihan ah."

"Gak papa, nanti kalau Tuan Candra lihat pasti se khawatir mbok juga."

"Ya sudah makasih deh."

Tanaman bunga di halaman belakang ini yang menanam Rania, Ia sudah minta izin Candra dan suaminya itu tentu mengizinkannya. Memang belum tumbuh sempurna, Rania selalu menjaganya dengan baik. Ia sendiri yang merawatnya langsung.

Waktu berjalan dengan cepat, tidak terasa sudah siang lagi. Neneknya yang dijemput supir pun sudah datang, dan mereka langsung berpelukan. Terakhir bertemu itu saat pindahan saja, memang belum pernah bertemu lagi.

"Gimana kabar Nenek?" tanya Rania.

"Sehat kok, kalau kamu?"

"Aku juga sehat dan baik-baik saja. "

"Syukurlah kalau begitu, jadi Nenek bisa tenang. Bagaimana tinggal di sini? Betah kan?"

Rania mengangguk tanpa ragu, "Iya betah kok," jawabnya.

"Kamu gak bohong kan?"

"Menurut Nenek apa aku lagi bohong? Nenek kan katanya bisa baca raut wajah."

Ima mengusap kepalanya, "Kalau Nenek perhatikan, kamu tidak bohong. Wajah kamu bahkan berseri-seri dan sering tersenyum. Jadi kamu bahagia menikah dengan Candra?"

"Iya, aku bahagia."

"Benarkah?"

Rania mengangguk pelan, "Aku sempat ragu pada dia, di awal-awal pun masih takut. Tapi dia selalu mengerti aku, membuat aku nyaman dan bisa terbuka lagi. Sekarang hubungan kami sudah tidak canggung, aku sudah bisa menerima dia."

"Syukurlah, Nenek ikut senang mendengarnya." Padahal Ima sempat khawatir juga, tapi ternyata doanya terkabul.

"Maaf ya Nek aku jarang main ke rumah, tapi Nenek saja ya yang main kesini. Nanti biar dijemput supir lagi."

"Jangan terlalu sering juga, gak enak sama suami kamu."

"Ih gak papa kok, malah Mas Candra juga izinin dan nyuruh aku nge jemput Nenek. Dia juga bilang katanya Nenek jangan pulang dulu sebelum dia pulang kerja."

"Baiklah, Nenek juga sudah lama tidak bertemu dia."

Rania lalu mengajak Neneknya itu berkeliling Villa nya itu. Terlihat Neneknya yang terkagum-kagum setiap melihat sudut ruangan, membuat Rania merasa nostalgia karena dulu saat pertama datang pun persis seperti itu. Namanya juga keturunan.

"Pantesan aja ya kamu betah tinggal di sini, Villa nya bagus banget."

"Hehe iya Nek, aku malah masih ngerasa kaya mimpi bisa tinggal di tempat bagus begini."

Ima menepuk bahunya, "Memang takdir kamu bagus bisa menikah dengan laki-laki sukses seperti Candra. Memang sih kalian bersama karena kejadian itu, tapi sepertinya jalannya sudah seperti ini."

"Iya Nek."

Rania walaupun sudah bahagia dengan pernikahannya, tapi bukan berarti Ia dengan mudah dapat melupakan kejadian memilukan itu. Trauma nya sudah tidak separah dulu, Ia juga sudah tidak takut lagi berdekatan dengan Candra.

"Ternyata Candra menepati janjinya pada Nenek untuk menjaga kamu, semoga dia selalu menjadi suami yang baik ya."

"Iya."

"Tapi kamu juga selalu melayani dia kan?"

"Melayani?"

"Iya, menjadi sosok istri yang berbakti pada suami."

"Oh itu, iya kok." Hanya saja untuk masalah ranjang, sayangnya sampai sekarang tidak pernah. Bukan Rania menolak, tapi Candra sepertinya tahu Ia belum siap lagi.

Selama di Villa itu, keduanya menghabiskan waktu dengan mengobrol dan melakukan kegiatan menyenangkan lain. Melihat Neneknya yang terlihat betah dan nyaman, membuat Rania jadi ingin sekali mengajak Neneknya itu tinggal bersama di sini. Tetapi Ia tidak bisa seenaknya, harus meminta izin suaminya.

"Jadi kamu yang suka masak?" tanya Neneknya.

"Iya, Mas Candra yang minta. Katanya masakan aku lebih enak."

"Bagus dong, berarti kamu spesial."

"Iya, lagian aku juga yang nawarin diri, dari pada diem terus di sini, bosen."

"Bener juga sih."

Kali ini Rania tidak masak sendirian, ditemani Neneknya juga. Di pukul lima sorenya, mereka baru selesai masak. Bertepatan dengan itupun Candra baru pulang kerja. Melihat ada Nenek Ima di Villa, Candra pun langsung menyalami tangannya.

"Nak Candra," panggil Nenek.

"Iya Nek, apa kabar?"

"Nenek baik, kamu?"

"Saya juga baik."

"Kamu pasti capek ya baru pulang kerja?"

"Tidak terlalu, saya di sana lebih banyak duduk dan hanya mengecek sedikit saja. Sudah ada bagian-bagiannya juga."

"Benar juga, kan kamu bosnya."

"Hehehe."

Candra memutuskan makan lebih dahulu, nanti saja mandinya karena ingin mengobrol dengan Nenek Ima. Mereka pun mulai makan, untuk beberapa saat pun tidak ada obrolan.

"Baru kali ini Nenek makan sebanyak ini," ungkap Nenek Ima.

"Masa Nek?"

"Iya, kalau lauknya sebanyak ini jadi bingung ya pilih yang mana dulu."

Candra terkekeh kecil merasa terhibur mendengar itu, "Habiskan ya Nek, makan yang banyak."

"Iya, nak Candra juga."

"Nek sebenarnya ada yang ingin saya bicarakan. Mumpung Nenek ada di sini, jadi sekalian saya minta izin."

Kedua wanita itu menghentikan makannya mendengar perkataan Candra yang sepertinya serius. Kebetulan Candra duduk di hadapan mereka, jadi bisa mendengarkan dengan baik.

"Ada apa ya nak Candra?"

"Begini, saya kan ke desa ini tidak menetap, alias ada pekerjaan. Saya juga sudah ada satu bulan di sini, dan harus kembali ke Jakarta. "

Deg!

Entah kenapa, Rania bisa langsung paham dengan maksud perkataan Candra itu. Apa itu berarti mereka akan pindah?

"Iya lalu?"

"Apa boleh saya bawa Rania juga ke Jakarta?"

Ternyata benar dugaan Rania, membuatnya tiba-tiba sedih dan merasa enggan pergi jauh. Ia lalu meboleh menatap Neneknya, bisa melihat sorot mata sendu itu. Mereka sama-sama enggan berpisah.

1
Nor Asikin
Luar biasa
Astrid Kusuma Wardhani
refleks bukan repleks.
Nora♡~
Waaaaww... hebat.... Tahniah yaa thor dan terus lah berkarya...
Benita Lestiyorini
Sudah cepetan nikah, bikin adek. Daffin biar diasuh Papanya sama Mama Livia.
Benita Lestiyorini
Ya iyalah Yoga... Chandra itu ayah kandungnya. Kamu blm apa2 sdh mengenalkan dirimu panghil Papa untuk si Daffin.
Benita Lestiyorini
Makanya Rania kamu sbg ibunya hrsnya dari bayi mengenalkan papa aslinya, bukan Papa Yoga.
Benita Lestiyorini
Apalagi Chandr dg Livia tdk akan bisa punya anak. Daffinlah satu2 nya tumpuan harapan Chandra. Kasihan bila dipisahkan dr Papanya.
Benita Lestiyorini
Kalau sy malah berharap Daffin tetap berada dalam asuhan ke dua org tunya.
Benita Lestiyorini
Meski tk ngapa2in itu tdk boleh.
Benita Lestiyorini
Heiy...Yoga tunggu sampai Rania resmi berpisah dg suaminya dulu. Heran ya kelg Rania ini memang ky ngebebasin Rania yg msh status suami org bisa bebas di kamar dg pria lain.
Benita Lestiyorini
Ingat Rania, kamu dinikahi sah oleh Chandra, bayi itu darah daging Chandra, sampai detik melahirkan pun kalian belum reami beecerai, kok kamu sdh berani menjalin hub dg pria.
Benita Lestiyorini
Bagaimanapun tidak etis seorang wanita melahirkan ditungguin bukan mahromnya.
Benita Lestiyorini
Kalau aq tetap berharap anak Chandra akan diasuh ayah kandungnya kalau Chandra sehat lg.. Bukn ayah tiri.
Benita Lestiyorini
Ih Rania, begitu mudahnya nempel laki ya. Ingat kamu hamil tua, anak Chandra, orngnya msh koma. Kamu sdh mesra2an sm laki laki lain. Bener memalukan.
Benita Lestiyorini
Aslinya hati Rania msh tertambat pd Chandra, begitupun sebaliknya Chandra jg ada rasa sm Rania, apalagi ada anak sbg ikatan mereka.
Benita Lestiyorini
Katanya seminggu lagi Rania mau lahiran ?
Benita Lestiyorini
Sudah tepat Rania. Demi kebahagiaan rumah tangga Chandra.
Benita Lestiyorini
Akhirnya damai
Benita Lestiyorini
Jangan2 itu jebakan saja Rania.
Benita Lestiyorini
Bukannya Rania belum ceri dari Chandra ?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!