NovelToon NovelToon
Secret Of Paralyzed Husband

Secret Of Paralyzed Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua / Tukar Pasangan
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Qaeiy Gemilang

Hi hi haaayyy... selamat datang di karya kedua akuu... semoga suka yaaa 😽😽😽

Audrey dipaksa menggantikan adiknya untuk menikah dengan seorang Tuan muda buangan yang cacat bernama, Asher. Karena tuan muda itu miskin dan lumpuh, keluarga Audrey tidak ingin mengambil resiko karena harus menerima menantu cacat yang dianggap aib. Audrey yang merupakan anak tiri, harus rela menggantikan adiknya. Namun Asher, memiliki rahasia yang banyak tidak diketahui oleh orang lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qaeiy Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Asher menghajar Devan

Melihat tindakan yang dilakukan oleh Asher membuat Callie dan Brianna panik. Mereka tak menyangka bahwa Asher memiliki hubungan kuat dengan pihak keamanan di toko tersebut.

“Apa yang kalian lakukan di sini?” tanya seorang petugas keamanan dengan tegas kepada Devan, Callie, dan Brianna.

“Kami tidak melakukan apa-apa yang salah! Hanya karena beberapa kecelakaan kecil, kalian berani menaikan suara kalian kepadaku, hah! Apa kalian tidak tahu siapa aku?” sergah Devan dengan emosi menatap ke arah petugas.

Petugas keamanan memasang wajah yang serius. “Kecelakaan kecil? Kau baru saja menghina orang yang memiliki kontribusi besar di toko kami!”

Devan yang tidak terima di interogasi dan merasa di adili, segera membusungkan dadanya dengan angkuh. “Hei, kalian, kalian itu hanya kacung yang tidak punya jabatan apa-apa. Siapa yang lebih berkuasa di sini? Katakan! Jika hanya kontribusi, aku bahkan dapat membeli bangunan toko perhiasan ini,” bentaknya dengan emosi.

Callie merangkul lengan Devan sambil menatap ke arah petugas. “Pak, yang membuat masalah itu dia! Si cacat itu.” Tunjuk Callie ke arah Asher.

Audrey yang berpikir jika Asher hanya sekedar kenal dengan petugas-petugas itu pun mencoba melindungi Asher saat Callie menyalahkan suaminya.

“Idih... Dasar perempuan tidak tahu malu! Wajahmu itu terbuat dari apa? Tebal sekali, dari kulit badak, ya? Pantas saja, kamu tidak mempunyai urat malu. Kalian yang mencari masalah duluan dan menyerang orang cacat dan menyalahkan suamiku! Aduh-aduh, rendah sekali otak kalian!” hardik Audrey dengan lantang.

Asher menggelengkan kepalanya melihat sikap Audrey. Namun Asher juga harus memuji akan sikap Audrey, itu terlihat saat Asher tersenyum. ‘Wanita ini, padahal dirinya juga ketakutan. Tampak sekali saat berbicara suaranya bergetar. Tapi dia malah mau melindungiku. Dengan begini, aku begitu yakin jika Audrey memang tulus untukku.’ Asher membatin.

Devan yang mendengar cibiran Audrey kepada Callie membuat emosi pria itu meledak. “Plak!” satu tamparan Audrey dapatkan. “Dasar wanita idiot! Kau berani menghina calon tunanganku? Kau pikir kau siapa, hah!” Devan mencekik leher Audrey. Membuat Audrey terbatuk.

“Hahaha... Makanya, jaga lidahmu, dasar wanita tidak berguna!” cibir Callie, wanita itu menyilangkan tangannya di dada membanggakan diri.

Asher yang melihat hal tersebut, segera berdiri dari kursi roda. Tanpa aba-aba atau peringatan, Asher meraih rambut Devan. “Prang!” dengan emosi yang membakar dada melihat Audrey ditampar, Asher dengan beringas menghantam kepala Devan ke permukaan kaca etalase.

“Aaaaa!” Callie dan Brianna menjerit melihat hal tersebut dan mundur memberi jarak karena tidak ingin terkena pecahan kaca etalase.

Sedangkan Audrey, mencoba menenangkan diri sambil menatap Asher dengan tidak percaya jika pria itu dapat berdiri.

Asher melirik ke arah petugas keamanan dengan tatapan tajam. “Tutup toko dan usir semua pengunjung. Jangan ada satu yang merekam aksiku, jika ada yang berani mengambil gambarku atau videoku, bunuh!” hardik Asher dengan emosi.

“Baik, Tuan!” setelah menjawab, para petugas tersebut segera mengeksekusi perintah Asher.

Devan yang melihat Asher mengalihkan pandangan ke arah petugas, mengambil kesempatan untuk meraih serpihan kaca lalu menancapkan ke tangan Asher.

“Bajingan, kau akan menyesal melakukan ini, dasar lumpuh!” umpat Devan sambil menekan pecahan kaca pada tangan Nathan.

Alih-alih berteriak ataupun merasa sakit, Asher menarik kepala itu ke atas. “Prang!” lagi. Asher membenturkan kepala Devan dengan hantaman yang keras.

“Kau pikir aku tidak mengenal keluargamu? Jangan coba-coba menyentuh wanitaku.” Asher meraih pecahan kaca. “ Jleb!” dengan api amarah yang meletup-letup, Asher menancapkan pecahan kaca tersebut ke tangan Devan.

“Aaaakkkhhh...! Keparat!” lengkingan Devan melolong kesakitan.

Brianna dan Callie memandang dengan ngeri kejadian yang terjadi di hadapan mereka. Mereka tidak bisa berkata-kata, terkejut dengan aksi brutal yang dilakukan oleh Asher untuk membela Audrey.

“Ibu, bagaimana ini? Ternyata Asher tidak cacat,” bisik Callie kepada Brianna dengan ketakutan.

Brianna membalas bisikan Callie dengan sedikit ketakutan di matanya, “Ya, sepertinya kita telah salah menghakimi Asher. Dia benar-benar melindungi Audrey dengan segala cara.”

Callie hanya bisa mengangguk setuju, sambil terus memperhatikan pertarungan yang terjadi di depan mereka.

Bruk!

Asher dengan tenaga yang luar biasa berhasil mendorong Devan menjauh darinya dan menjatuhkannya ke lantai dengan kuat lalu menginjak kepala Asher seperti seseorang yang kehilangan akal sehat.

“Aku membiarkanmu karena aku sedang mengontrol emosiku. Namun jika kau berpikir bisa menghina dan berlaku kasar kepada Audrey, kau salah besar. Jadi, tangan mana yang kau gunakan untuk menampar Audrey, hah?” sentak Asher sambil menatap ke arah Devan yang sudah berdarah di atas lantai.

Audrey yang melihat kembali aksi kekerasan Asher, merasa takut namun juga terkesan dengan keberanian pria itu. “Asher, berhenti! Sudah cukup! Kau akan membunuhnya!” seru Audrey dengan suara melemah.

Audrey merasa terpukul dengan ucapan Audrey. Dia berhenti sejenak, tetapi ekspresi marahnya masih terpancar jelas dari matanya. “Tidak, aku akan mengambil tangannya sebagai konsekuensi atas tamparan yang dia berikan kepadamu.”

Audrey yang semakin takut mencoba untuk menghentikan Asher, dia tidak ingin ada masalah yang lebih besar akan terjadi. Dengan takut-takut, Audrey berjalan mendekati Asher. Callie dan Brianna meremas tangan mereka dengan cemas, berharap jika Audrey mampu membujuk Asher.

Audrey memberanikan diri mengusap pipi Asher saat dia sudah mendekat. “Asher, kamu bukan orang jahat, kan? Ayo hentikan, jangan kotori tanganmu hanya karena kamu ingin membelaku. Aku sungguh tidak apa-apa. Lihat, aku baik-baik saja,” ucap Audrey lembut, namun suaranya terdengar bergetar sambil memperlihatkan bekas tamparannya.

Asher melepaskan pijakan kakinya pada kepala Devan, tiba-tiba kakinya terasa lemas dan gemeteran. Namun, pria itu mencoba bertahan. “Bawa mereka keluar dari sini sebelum aku berubah pikiran,” ucap Asher dengan suara terengah-engah.

Para petugas segera menyeret Callie dan Brianna pergi dari toko. “Tunggu sebentar,” ucap Callie yang berlari ke arah Devan yang sudah terkapar. Dibantu oleh beberapa petugas, Callie memapah tubuh Devan keluar dari toko tersebut.

Sementara itu, Asher masih berdiri di tempatnya, mencoba menjaga keseimbangannya untuk tidak jatuh karena kondisi kakinya yang belum sembuh total. Audrey yang melihat Asher yang goyah segera meraih kursi roda.

“Kau tidak apa-apa? Duduklah dulu,” ucap Audrey dengan perasaan khawatir.

Asher segera duduk sambil meringis saat merasakan sendi-sendi di kakinya terasa begitu nyeri dan ngilu. Audrey yang melihat Asher sudah duduk dengan wajah menahan sakit segera berjongkok di hadapan Asher.

“Kakimu tentu sakit, kan? Kita pulang, Ya?” ucap Audrey dengan mata berkaca-kaca menatap Asher.

Tangan Asher terulur sambil mengusap pipi Audrey. “Apakah sakit?” tanya Asher.

Audrey menggelengkan kepalanya. “Tidak. Sungguh aku tidak apa-apa. Tolong jangan menyiksa dirimu, Asher. Aku takut jika kakimu lepas. Kalau kakimu lepas, apakah kamu harus memakai kaki kayu?” ucap Audrey yang sudah tidak bisa menahan air matanya lagi saat memikirkan kaki Asher.

Mendengar ucapan Audrey, Asher tiba-tiba tertawa. Ketika dirinya membayangkan jika dirinya memakai kaki kayu seperti apa yang Audrey katakan.

Audrey yang tadinya sudah menangis berderai-derai dengan air mata sontak terdiam dan menatap heran ke arah Asher. “Ha... Dia tertawa? Padahal aku mengkhawatirkan keadaan dirinya,” gumam Audrey.

1
Salbiah
semangat author..
Qaeiy Gemilang🌟: makasih
total 1 replies
Jihan Hwang
hai aku mampir...
mampir juga dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/
Marifatul Marifatul
🤔🤔
Qaeiy Gemilang🌟
cerita baru yg sangaaattt menariiikkk😍😍😍
Delita bae: salam kenal. semangat ya😇👍🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!