Mila terjebak oleh keadaan. Ia terpaksa harus sabar mendengar cacian dari Angga. Angga sangat membenci Mila. Karena menurut Angga, Mila adalah wanita miskin, rendahan yang hanya ingin menikmati kekayaan keluarganya.
Mila juga sangat membenci Angga semenjak kejadian yang menimpa dirinya bersama Angga. Angga adalah satu-satunya orang yang tidak ingin Mila temui lagi di dunia ini tapi, takdir berkata lain. Dimana pun Mila berada pasti ada Angga.
Walaupun keduanya saling bermusuhan, tapi mereka tidak menyadari bahwa setiap hari mereka saling bertemu dan bersama. Kapankah benih-benih cinta akan tumbuh di hati mereka?
Baca kisah Mila dan Angga hanya di Novel toon dengan judul Menikah dengan Mr. Arogan.
Jangan lupa like dan share nya ya.... Terima kasih..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Mawarni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Keluar Rumah
Mila mengendap-endap keluar dari kamarnya. Ia melihat situasi aman untuknya keluar dari rumah itu sejenak. Ia merasa sangat gelisah. Pikirannya benar-benar kacau. Namun, sepertinya ada seseorang yang juga belum tidur dan sedang berada di dapur. Orang itu mendengar suara decitan pintu kamar dan langsung memeriksanya.
“Mila!”, panggilnya begitu melihat sosok Mila yang hendak membuka pintu rumah itu.
Mila pun menghentikan langkahnya dan melihat ke arah belakang. “Reina? Kamu belum tidur juga?” tanya Mila.
“Ya, seperti biasa aku mengerjakan sisa pekerjaan di kantor yang belum selesai. Kamu sendiri mau ke mana?” Reina balas bertanya.
“Aku.....”, Mila enggan untuk mengungkapkannya.
Reina pun masih berdiri di hadapan Mila untuk mendengar penjelasan dari Mila. Karena ia curiga jika Mila hendak pergi dari rumah ini. Dan Mila tahu apa yang sedang Reina pikirkan tentangnya.
“Kamu mau nggak temenin aku keluar?” ucap Mila.
Reina mengerutkan dahinya. Ia agak bingung dengan permintaan Mila. Karena ini hampir tengah malam. Apa yang ingin Mila lakukan di luar? Pikir Reina.
“Maksudnya kamu mau jalan-jalan keluar?” Tanya Reina untuk memastikan.
“Jangan berpikir yang tidak-tidak dulu. Aku, aku tidak bisa tidur. Rasanya ingin rileks sebentar menikmati angin malam”, jawab Mila.
“Oh, begitu”, ucap Reina pelan.
Reina menyadari jika Mila sedang diambang kebimbangan. Walaupun ia sudah memutuskan untuk tinggal di sini, tapi sepertinya ia masih merasa resah.
“Kalau gitu kita akan keliling kota, okey?”, ajak Reina.
“Tunggu! Aku ikut!”, ucap Angga tiba-tiba.
Reina merutuki kakaknya itu. Tentu saja ia tidak setuju dengan Angga. Karena, Angga lah yang membuat Mila sedih. Bukankah seharusnya Angga mengerti harus menjauhi Mila dulu agar pikiran Mila lebih tenang.
“Jangan coba-coba kakak ikut dengan kami!”, ucap Reina tegas.
“Kalau begitu kalian tidak boleh keluar!”, jawab Angga tak kalah tegas. “Jam segini kalian mau keluar? Kalau terjadi sesuatu yang buruk gimana?”
“Sebelum keluar, sesuatu buruk itu pun telah terjadi kak!”, jawab Reina lagi.
Angga pun terdiam. Ia tahu ke mana arah pembicaraan Reina. Tapi, sebenarnya ia benar-benar khawatir jika kedua wanita itu keluar rumah.
“Tetap, kalian tidak boleh keluar, kecuali kakak temani!”, ucap Angga nggak mau kalah.
Saat Reina hendak membantah lagi, Mila pun menghentikannya. Ia menyatakan jika Angga akan ikut bersama mereka asal Angga diam dan tidak berbicara sedikit pun. Reina pun terkejut dengan keputusan Mila itu. Dan ia melihat kakaknya yang kegirangan kala mendapat ijin dari Mila.
Mereka pun pergi dengan menaiki mobil milik Angga. Mila bilang jika ia tidak tahu mau kemana, karena ia ingin menikmati angin malam saja. Maka dari itu, Angga melakukan mobilnya ke tengah kota yang telah sunyi dari kendaraan. Menurutnya itu adalah tempat yang cocok untuk menyejukan hati.
Melihat gedung-gedung tinggi yang indah. Lampu di jalanan kota yang bervariasi juga indah untuk dipandang. Dan benar saja, Mila membuka kaca pintu mobil selebar-lebarnya. Ia meletakkan tangannya di pintu mobil itu dan menumpukan kepalanya di sana. Sejenak ia menutup matanya dan menikmati sejuknya angin malam yang membelai wajahnya. Hingga wajahnya terasa sangat dingin.
Di dalam mobil, benar-benar sunyi. Mereka tidak saling bicara. Apalagi Reina yang sudah tertidur di bangkunya. Dan Angga sebisa mungkin menepati permintaan Mila untuk tetap diam.
Mila kembali membuka matanya dan memandangi keindahan kota tengah malam. Begitu damai sekali rasanya. Setelah puas, Mila kembali ke posisinya bersandar di badan kursi tanpa menutup kaca pintu. Dan lambat laun ia pun tertidur.
***
“Astaga! Di.. Di mana kita?”, ucap Reina terkejut saat terbangun dari tidurnya.
Ia melihat di depannya sebuah jurang. Kemudian ia melihat ke samping dan Angga pun tidak ada di sana. Keributan yang di buat Reina terdengar oleh Mila. Ia pun ikut terbangun dan terkejut.
Reina pun melihat Angga dari kaca spion mobil dan bergumam memaki-maki kakaknya itu. Reina cepat-cepat keluar dari mobil. Mila melihat Reina berjalan menghampiri Angga dan memukul-mukul Angga.
Sekali lagi, Mila memperhatikan pemandangan di depannya. Ia yakin, Angga membawa mereka ke puncak. Keadaan masih gelap. Ia melihat jam masih pukul 3 pagi. Mila pun keluar dari mobil itu.
“Kenapa kakak gak tanya dulu kalau mau ke sini? Ih...”, rengek Reina. “Besok aku ada meeting penting kak! Pokoknya kita pulang sekarang!”
Angga yang sedang menikmati jagung bakarnya tidak memperdulikan amarah adiknya. Ia malah menyeruput kopinya. Reina tak henti-hentinya mengomel dan merengek. Angga hanya bisa memberikan isyarat jika mulutnya harus di kunci karena tidak boleh bicara oleh Mila. Dan Reina pun semakin stress dengan tindakan kakaknya itu.
Sedangkan Mila ia sedang berdiri di pinggir jurang yang telah di pagar itu. Sebenarnya, ia senang bisa sampai ke puncak. Begitu sejuk dan udaranya terasa sangat bersih. Tiba-tiba dari belakang Angga memakaikan jaketnya pada Mila. Mila pun dibuat kaget dengan tindakannya. Tidak berlama-lama, Angga hanya tersenyum dan kembali menikmati jagung bakar dan kopinya serta rengekan Reina.
***