Hamil atau tidak, Danesh dengan tegas mengatakan akan menikahinya, tapi hal itu tak serta merta membuat Dhera bahagia.
Pasalnya, ia melihat dengan jelas, bagaimana tangis kesedihan serta raungan Danesh, ketika melihat tubuh Renata lebur di antara ledakan besar malam itu.
Maka dengan berat hati Dhera melangkah pergi, kendati dua garis merah telah ia lihat dengan jelas pagi ini.
Memilih menjauh dari kehidupan Danesh dan segala yang berhubungan dengan pria itu. Namun, lagi-lagi, suatu kejadian kembali mempertemukan mereka.
Akankah Danesh tetap menepati janjinya?
Bagaimana reaksi Danesh, ketika Dhera tetap bersikeras menolak lamarannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#19. Rumah Dhera, Part 3•
#19
“Aku mendidik anakku dengan baik, mengajarkan ilmu bela diri, agar bisa menjaga dirinya sendiri, serta tak mudah tergoda bujuk rayu pria.” Ayah Randi tersenyum miris. “Tapi ternyata, apa yang sudah aku tanamkan sejak ia masih kecil, sama sekali tak ada artinya, hingga dia bisa hamil sebelum menikah.”
“Karena itulah, sejak saat Dia mengaku sedang hamil, maka saat itu pula Dia bukan Anakku!”
Kalimat itu begitu tegas, tajam menghunus, laksana pedang yang berhasil memutus sebuah rantai kehidupan.
Begitulah tegas dan kerasnya sifat seorang Randi Prayoga, maka dengan cara itu pula ia mendidik Dhera. Putri tersayang, yang ia didik agar kelak menjadi wanita tangguh di segala medan.
Dan ketika Dhera mengaku telah melakukan kesalahan, tanpa ragu pula ayah Randi memberinya hukuman. Bagi orang lain hukuman itu terdengar sangat kejam dan tak berperasaan, tapi prinsip hidupnya tak akan pernah ia langgar. Yang benar tetaplah benar, dan yang salah pasti mendapatkan hukuman.
Danesh yang sedang sibuk membersihkan wajahnya, ikut terdiam mendengar pernyataan ayah Randi yang seolah-olah sudah bersifat final tersebut.
“Tapi seberapapun kerasnya tekad Anda, hubungan ayah dan anak, tak bisa diakhiri begitu saja.” Daddy Andre coba mematahkan prinsip ayah Randi.
Ayah Randi tersenyum miring, “Itu menurut Anda, tapi bagi Saya pantang menarik kembali apa yang telah terucap.”
“Aku sependapat dengan Suamiku,” imbuh bu Rita dengan nada angkuhnya. “Jadi pergilah dari rumah Kami.”
Mommy Bella memutar posisi duduknya, kemudian bertepuk tangan. “Luar biasa sekali, sungguh luar biasa. Baru kali ini Aku bertemu dengan orang tua yang kompak berhati dingin seperti kalian.”
Mommy Bella menaikkan salah satu sudut bibirnya. “Yakin, jika kalian berdua adalah orang tua kandung Dhera?” tanya mommy Bella mulai menaikkan emosi dalam nada bicaranya.
Melihat gelagat sang istri yang akan mulai mengeluarkan uneg-uneg nya, daddy Andre segera menggenggam tangan sang istri. Namun mommy Bella menepisnya begitu saja, bukan gayanya jika harus menahan omongan yang bagi sebagian orang terlalu blak-blakan.
“Jangan berani tidak sopan, Bu. Saya masih menghargai Anda karena suami Anda bersikap sopan,” tegur ayah Randi, persis seperti yang daddy Andre khawatirkan. Namun bukan mommy Bella namanya jika langsung takut dengan kalimat tersebut.
“Kalau begitu, silahkan tegur dulu istrimu. Karena Dia yang mulai bersikap tidak sopan,” balas mommy Bella.
Skak mat!!
Mommy Bella idola para reader berhasil mengembalikan kalimat arogan ayah Randi.
“Sama halnya dengan Kalian, Kami pun kecewa dengan perilaku Anak Kami, tapi tak serta merta hal itu menjadi alasan bagi Kami untuk tidak memaafkannya, tidak menyayanginya, apalagi memutus hubungan dengannya.” Mommy Bella mengubah intonasi dan gaya bicaranya menjadi lebih formal dan sopan.
Semua orang terdiam, membenarkan ucapan mommy Bella. “Dan Saya sangat yakin, jika Anda berdua pun menyayangi Dhera, hanya saja Kalian terlalu kecewa atas apa yang sudah Dhera lakukan. Anda merasa Dhera telah melanggar prinsip hidup yang selama ini Anda ajarkan, bukan?”
Ayah Randi tampak menunduk, tak ada yang bisa membaca jalan pikiran pria itu. Begitupun dengan bu Rita, yang hingga kini belum mau bangkit dari keterpurukan karena kehilangan putra keduanya. Karena ia masih terus menerus menyalahkan Dhera, tapi juga melarang Dhera pergi jauh darinya.
Dalam pengamatan daddy Andre, saat ini kedua orang tua Dhera nampak sudah mulai bisa menekan sedikit egonya. lebih tepatnya setelah mendengar kalimat mommy Bella yang terkesan blak-blakan, tapi mampu meruntuhkan tingginya dinding keegoisan ayah Randi dan bu Rita.
“Kami datang, dengan niat yang baik, agar masalah ini tidak berlarut-larut. Karena kini fokus Kita adalah seorang bayi yang membutuhkan kasih sayang dan cinta dari seluruh keluarganya.”
“Dad, maaf menyela,” potong Danesh, “Bukan seorang bayi, tapi sepasang bayi,” ralat Danesh. Ia mengeluarkan foto USG yang kemarin malam, diam-diam ia ambil dari album foto bayi yang disiapkan Dhera untuk menyimpan hasil print out USG si kembar.
“S-sepasang?” tanya mommy Bella terkejut.
“Iya Mom, sepasang.”
Mommy Bella segera menyambar foto USG yang Danesh letakkan diatas meja. Ia mengusapnya dengan sayang, seolah-olah sedang mengusap wujud sepasang bayi. Mommy Bella tak kuasa menahan laju air matanya.
Kemudian dengan perlahan Mommy Bella meletakkan foto USG tersebut, di hadapan ayah Randi dan bu Rita. “Bukankah kelahiran mereka akan jadi awal baru untuk Kita semua?”
Ting
Tong