Di saat seorang pria tampan yang sedang tulus mencintai seseorang,tapi tiba-tiba saja pria tersebut di campakkan dan juga di hina oleh sang kekasih karena dirinya yang hidup serba kekurangan.
Dari situlah,dirinya memutuskan untuk tidak akan mau mencintai wanita lagi dan menutup hatinya untuk wanita manapun.Tapi belum sempat luka di hatinya sepenuhnya pulih,di saat itu juga,seorang wanita yang derajatnya sangat berbeda jauh dari dirinya yang jauh dari kata mewah,malah selalu terlibat di dalam kehidupannya dan perlahan-lahan berhasil membuka hatinya kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.eliane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 15
"Bukankah kamu sudah tahu sendiri,kalau putrimu itu tidak suka mengadakan acara besar-besaran untuk ulang tahunnya,ia hanya ingin marayakan ulang tahunnya bersama kita saja" ucap Daddy dengan nada santainya,sambil menyimpan HPnya dengan gerakan pelan.
Ia tidak pernah memaksa kemauannya pada putri-putrinya,beda dengan istrinya yang lebih suka memaksa.Pasti putrinya sedang menggerutu kesal di atas sana,makanya masih belum turun juga sampai saat ini.
"Tapi sayang,aku kan hanya ingin....." belum sempat Mommy menyelesaikan kalimatnya,suara malas putri mereka sudah lebih dulu menyelanya dari belakangnya.
"Mommy,aku sudah siap" panggil Jennifer dengan wajah yang tersenyum malas,sambil berjalan pelan menuruni anak tangga.
"Nah,itu dia,baru turun" jawab Mommy dengan nada kesalnya,sambil berbalik badan.
"Wah,putriku sangat cantik malam ini" lanjut Mommy lagi,dengan wajah yang tersenyum bangga,sambil berjalan mendekat dan memeluk pelan putri mereka yang baru saja selesai melewati anak tangganya.Hilang sudah rasa kesalnya tadi,karena melihat wajah cantik putrinya itu.
Walaupun penampilan putrinya yang biasanya tetap saja terlihat cantik,tapi dengan dress indah dan mahal pilihannya sendiri yang sedang melekat di tubuh putrinya saat ini dan juga make up sederhana dari putrinya sendiri.Semua itu mampu membuat aura kecantikan putrinya lebih terlihat 2 kali lipat dari biasanya.
"Mom,jangan banyak drama lagi.Lihatlah,sudah jam berapa sekarang?" tanya Sylvia dengan nada malasnya sambil berdiri dari duduknya dan di ikuti oleh Daddy, karena Mommynya pasti akan memuji kakaknya dengan panjang lebar seperti biasanya lagi.
Sedangkan Daddy,ia juga ikut tersenyum bangga saat ia melihat putri pertama mereka yang sudah beranjak dewasa dan terlihat sangat cantik saat ini.
"Iya,kamu memang benar.Ayo,kita berangkat sekarang" ucap Mommy dengan wajah seriusnya,sambil melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan hampir jam 7 malam.
Lalu Mommypun segera berjalan ke arah suaminya yang sedang mengulurkan tangannya,dan di ikuti oleh Jennifer dari belakang mereka dengan wajah malasnya,begitu juga dengan Sylvia yang sedang ikut berjalan di samping kakaknya.
"Seperti tidak memilik anak perempuan yang lainnya saja,padahal anak perempuan yang lainnya lagi,juga tidak kalah cantik.Kenapa aku selalu merasa seperti anak pungut saja..." gerutu Sylvia dengan nada kesalnya,karena Mommynya selalu saja memuji kakaknya dari pada dirinya.
Walaupun ia terus menggerutu kesal,tapi di dalam lubuk hatinya yang paling dalam,ia tidak pernah merasa iri ataupun merasa marah sama Mommy dan kakaknya.Lagi pula,kedua orang tuanya selalu adil dalam membagi kasih sayang pada mereka berdua dan Daddynya yang selalu memihak padanya.
Dan gerutuan kesalnya Sylviapun mampu membuat ke 3 orang tersebut langsung tertawa kecil.
"Sylvia" panggil Jennifer dengan nada pelannya,sambil mengeluarkan benda kecil yang selama beberapa minggu ini mampu membuat dirinya menjadi tidak menentu,hingga tidurnyapun menjadi tidak menentu.Bahkan semakin hari semakin parah,karena terus memikirkan pria aneh tersebut.
Padahal ketika setelah pertemuan pertamanya sama pria aneh tersebut,wajah tampan pria aneh tersebut hanya terus berputar-putar di dalam kepalanya.Tapi kenapa sekarang ia malah berharap ingin bertemu lagi sama pria aneh tersebut,ia sendiri bingung sama dirinya sendiri,ntah itu hanya rasa rindu atau hanya karena dirinya terlalu berlebihan memikirkan pria aneh tersebut.
"Sylvia Amora Naava" panggil Jennifer lagi,dengan nada yang agak sedikit tinggi dan juga kesal karena adiknya tidak juga menjawabnya,sambil menatap ke arah adiknya yang sedang duduk di sampingnya.
Lalu ia langsung menghela napas dengan pelan,saat ia melihat kalau ternyata adiknya sedang duduk bersandar sambil mendengarkan lagu dan memejamkan kedua matanya.
Dan suaranya Jenniferpun mampu membuat kedua orang tuanya yang sedang duduk di depan mereka,langsung menoleh ke belakang karena mendengar suara putri mereka.
Daddy dan Mommypun hanya menggeleng-gelengkan pelan kepala mereka saat mereka melihat putri mereka yang sedang tersenyum cenges-ngesan.Lalu merekapun kembali menatap ke depan untuk melanjutkan obrolan mereka tadi.
"Kakak,apa yang ka....hhmmm" ucapan kesalnya Sylvia karena headsetnya di tarik tiba-tibapun langsung terhenti saat tangan kakaknya membekap mulutnya dengan pelan.
Iapun segera menganggukkan pelan kepalanya dengan wajah bingungnya, saat ia melihat isyarat diam dari kakaknya.
"Sylvia,kakak mau tanya 1 hal padamu...Tapi jangan bermulut ember ya..." pinta Jennifer dengan nada pelannya,setelah ia sudah melepaskan bekapan tangannya pada mulut adiknya.
"Iya,iya" jawab Sylvia dengan wajah kesalnya,saat ia mendengar kata mulut ember dari mulut kakaknya barusan.
"Apa kamu pernah jatuh cinta?" tanya Jennifer dengan nada pelan yang seperti bisikan sambil menatap kotak cincin tersebut,tapi adiknya tetap masih bisa mendengarnya.
"What? Apa kakak sedang tidak waras?" tanya Sylvia dengan wajah kaget yang sudah kembali menjadi kesal,sambil menatap heran ke arah kakaknya.
Padahal kakaknya sendiri tahu kalau Daddy mereka selalu melarang mereka berdua untuk berpacaran ataupun jatuh cinta sebelum menamatkan study mereka masing-masing.
Apa lagi,saat ini dirinya masih duduk di bangkunya kelas 10.Ia jadi berpikir,kalau kepala kakaknya ini memang sedang bermasalah.
"Kakak,apa kamu sedang jatuh cinta?" tanya Sylvia dengan nada pelannya dan wajah penasarannya saat ia baru menyadari sesuatu,sambil terus menatap secara bergantian ke arah wajah tersenyum kakaknya dan sebuah kotak cincin yang berada di tangan kakaknya yang sudah dalam keadaan terbuka.
"Kakak...Berhenti menatapnya dan tersenyum seperti orang tidak waras" panggil Sylvia dengan nada kesalnya,sambil mengambil kotak cincin tersebut dari tangan kakaknya dengan gerakan cepat.
"Sylvia,cepat kembalikan padaku" pinta Jennifer dengan wajah kesalnya dan nada pelan di akhir kalimatnya saat ia baru teringat kalau mereka masih berada di 1 mobil dengan kedua orang tuanya.
"Kakak harus mengatakannya padaku terlebih dahulu,,,siapa pria yang telah membuat kakak sampai tersenyum sendiri seperti orang tidak waras?" tanya Sylvia dengan nada mengejek dan wajah yang tersenyum senang karena berhasil menangkap basah kakaknya yang sedang jatuh cinta.
"Apa kamu baru saja habis di lamar,kak? Tapi kenapa cincinnya masih berada di dalam kotak ini,bukan di jarimu?" tanya sylvia lagi,dengan nada pelan dan wajah herannya,sambil terus menelisik cincin tersebut dan sedikit mengangkatnya ke atas karena takut kalau cincin tersebut akan di rebut sama kakaknya.
Sedangkan Jennifer,ia hanya mampu duduk dengan wajah pasrahnya sambil menatap kesal ke arah adiknya saja.Ia juga tidak bisa merebutnya dari tangan adiknya karena ia takut kalau sampai ketahuan sama kedua orang tuanya.Bisa-bisa,ia akan di ceramah panjang lebar sama kedua orang tuanya.
Ia terus merutuki dirinya sendiri karena terlalu memikirkan pria aneh tersebut,sampai membuat dirinya lengah dan cincin tersebut berhasil berada di tangan adiknya saat ini.
Tapi beberapa detik kemudian,ia langsung tersenyum senang,saat di benaknya terlintas 1 ide yang paling manjur untuk membuat adiknya mengalah dan juga bungkam.
"Kamu mau mengembalikannya padaku atau aku akan memberitahukan rahasiamu pada Daddy dan juga Mommy saat ini juga..." ancam Jennifer dengan nada pelannya juga dan wajah seriusnya,tanpa menghilangkan tatapan kesalnya pada Sylvia.
"Oke,oke,aku akan mengembalikannya pada kakak" jawab Sylvia dengan wajah takut dan pasrahnya,sambil menyodorkan kotak cincin tersebut kepada kakaknya.
"Nah,begitu baru anak baik" ucap Jennifer dengan nada menyindirnya dan wajah yang tersenyum kesal,sambil mengambil kotak cincin tersebut yang sedang di sodorkan oleh adiknya.
Kemudian ia menatap kotak cincin tersebut sebentar,lalu ia simpankan kembali ke dalam tasnya.Sedari hari itu,ia selalu membawa kotak cincin tersebut kemanapun ia pergi.Ia berpikir,mana tahu saja nanti ia akan berjumpa sama pria aneh itu lagi dan bisa ia berikan pada pria aneh tersebut.
"Kakak,cepat beritahu aku,dari mana kamu mendapatkan cincin ini? Dan siapa pria yang telah membuat kakak arrogantku ini menjadi seperti ini?" tanya Sylvia dengan nada pelannya dan wajah penasarannya,sambil mendekat ke arah kakaknya yang baru saja selesai menyimpan cincin tersebut.
"Itu semua rahasia,dan kamu tidak boleh tahu" jawab Jennifer dengan nada santainya setelah rasa kesalnya sudah mulai mengurang,sambil menatap ke depan.
"Kakak..." panggil Sylvia dengan nada memohon supaya kakaknya mau memberitahunya.
"Diam,duduk dengan baik,dan dengar saja lagumu" jawab Jennifer dengan nada tegasnya,sambil memasangkan kembali headset tadi ke telinga adiknya dengan pelan,lalu ia kembali duduk dengan tatapan ke depan kembali setelah ia selesai memasangkan headset tersebut.
"Kakak,memang sangat menyebalkan" ucap Sylvia dengan wajah yang memberengut kesal,sambil sedikit menjauhkan tubuhnya dari kakaknya dan bersedekap dada.
Jika saja ia tidak takut kalau akan ketahuan oleh Daddy dan Mommynya tentang dirinya yang selalu bolos di saat sekolah,pasti ia tidak akan mengalah begitu cepat.Sekarang ia hanya bisa pasrah saja sama rasa penasarannya yang masih belum menghilang sedikitpun.
Sedangkan Jennifer,ia hanya tersenyum di dalam hatinya saat ia melihat sekilas wajah memberengut kesal adiknya.
Setelah perjalanan yang memakan waktu hampir 50 menit itu,mobil merekapun sampai di tempat tujuan mereka.
Jennifer bersama kedua orang tua dan adiknyapun segera keluar dari dalam mobil dan berjalan masuk ke dalam Restoran yang sudah Daddynya pesan tersebut,dengan langkah tegas mereka.
Terlihat belasan pengawal yang berada di sekitar mereka semua,untuk menjaga dan melindungi kalau akan terjadi hal-hal yang tidak terduga.
Bahkan semua para tamu yang sudah datang dari tadi dan sibuk dengan obrolan mereka,langsung terhenti dan berdiri sambil menatap hormat ke arah semua anggota keluarga Naava tersebut.
Begitu juga dengan tatapan para pria yang tidak hentinya menatap ke arah Jennifer sampai tidak rela mengedipkan mata mereka,walau hanya untuk sedetik saja.
Kecuali dengan seorang pria yang masih duduk santai di meja bar sana,sibuk dengan pikirannya sendiri sambil meminum jus buatan Elvan sedikit demi sedikit.Karena terlalu fokus pada apa yang sedang di pikirkannya,ia sampai tidak menyadari kalau tamu yang telah menyewa Restoran tersebut sudah datang.
Bahkan dirinya tidak mau tahu tentang siapa nama penyewa tersebut,karena ia memang tidak pernah fokus pada nama penyewa-penyewa Restoran tersebut,ia hanya fokus pada persiapan-persiapan yang lainnya saja supaya semuanya berjalan dengan baik.Dan urusan tentang nama-nama tersebut,ia selalu menyerahkannya pada Erik
Erik yang mengerti dengan situasi saat ini,iapun langsung bergerak cepat dan mengajak kekasihnya untuk menyambut kedatangan tamu terhormat tersebut.
"Bukankah wanita itu yang hari itu berada di Butik..." gumam Elvan dengan pelan,ia yang tidak jauh beda sama Sebastian yang tidak tahu tentang nama tamunya,karena ia lebih fokus ke minuman-minumannya.
"Siapa yang kamu maksud? Wanita yang mana?" tanya Erik dengan wajah penasaran sambil mengikuti arah pandangnya Elvan.Saat ini ia sudah berada di hadapannya Elvan dan tidak sengaja mendengar gumamannya Elvan barusan,setelah tadi ia sudah selesai melakukan tugasnya dengan baik.
Bahkan ia bertanya dengan nada pelannya,karena tidak mau menganggu Sebastian yang masih sibuk merenung dari tadi.Ia juga tidak tahu ntah apa yang di renungkan oleh sahabatnya itu,dan lagi pula ia juga tidak mau ambil tahu.
"Wanita yang kita jumpa di Butik hari itu.Tidak mungkin,kamu juga melupakan wajahnya kan?" jawab Elvan dengan nada santainya,tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah cantik wanita tersebut yang sedang duduk 1 meja bersama keluarganya.
Karena terlalu sibuk fokus pada wajah cantik wanita tersebut,ia jadi tidak menyadari kalau yang bertanya barusan bukan Sebastian tapi Erik.
Sedangkan Erik,ia yang awalnya bingung...Beberapa menit kemudian ia langsung mengerti apa maksud dari perkataannya Elvan barusan,ia tersenyum senang sambil menatap ke arah wajah terpananya Elvan dan wanita yang sedang berulang tahun itu secara bergantian.
"Oh jadi yang telah membuatmu sampai melamun pada hari itu,wanita yang memiliki wujud bidadari itu?..." tanya Erik lagi,dengan wajah yang tersenyum sambil menatap ke arah wajah cantiknya Jennifer Amora Naava tanpa menyadari kalau ada seorang wanita yang sedang berdiri di belakangnya dan sudah menampilkan wajah kesal.
Nama yang ia ketahui dari dekorasi nama wanita tersebut yang baru saja tadi siang ia pajang di atas dinding panggung kecil yang berada di sudut Restoran tersebut.Apa lagi hanya dirinya yang selalu memerhatikan setiap nama yang telah menyewa Restoran tersebut.
"Iya.Bu bukan begitu maksudku" jawab Elvan dengan nada gugupnya saat ia baru menyadari kalau dari tadi Erik yang sedang bertanya,lalu ia segera menampilkan wajah santainya kembali sambil menatap ke arah wajahnya Sebastian yang masih tetap sama seperti 30 menit yang lalu.
"Pantasan saja......" ucapannya Erik langsung terhenti,saat ia melihat kekasihnya yang sedang menampilkan wajah kesaĺ dan berdiri tepat di hadapannya.
"Pantasan apa?" tanya Elisa dengan nada kesalnya sambil bersedekap dada.
"Sayang,mak maksudku...Pantasan saja Elvan terus melamun belakangan ini,padahal wanita yang ia lamunkan itu hanya biasa saja" jawab Erik dengan wajah yang tersenyum cenges-ngesan sambil menggaruk-garukkan tengkuknya yang tidak gatal,karena sudah bingung mau menjawab apa.
'Syukurlah' batin Elvan sambil menghela napas lega,karena sudah ada yang menolongnya dari mulut menyebalnya Erik.
kalau tertarik follow me. Thank you