Astrid Githa Ardana Siswa kelas 3 SMA terpaksa harus menikah muda dengan cucu dari sahabat kakeknya. Sebelumnya, Astrid memang tak mengetahui bahwa ia akan di jodohkan dengan cucu dari sahabat kakeknya itu.
Perjanjian yang telah lama di rencanakan harus segera di percepat, ketika sahabat kakeknya di agnosa memiliki penyakit parah dan umurnya kemungkinan tidak akan lama lagi.
Astrid pun terpaksa harus menerima perjodohan tersebut. Astrid memang sempat menolak, karena pria yang akan menikah dengannya ialah guru baru di sekolahnya yang bernama Janus Geo sayuda.
Janus merupakan guru yang tegas dan galak, oleh sebab itu Astrid sangat tidak menyukainya. Walaupun Janus galak, akan tetapi banyak murid perempuan yang tergila-gila padanya, karena rupanya yang tampan. Janus juga di kenal sangat pintar karena di usianya yang ke 20 tahun ia sudah lulus sarjana pendidikan matematika. Setelah kelulusnya ia langsung mendapatkan pekerjaan sebagai guru di SMA.
IG~~ @hesti_novia10
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hesti Noviani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Uji Kesabaran
Saat jam pulang tiba, Hilda dan Alula ikut pulang bersama Astrid ke apartemen. Ketika Astrid dan kedua temannya sampai di depan pintu apartemen, tampak dua orang pria yang sedang membawa 2 tempat tidur baru masuk ke dalam apartemennya. Kedua tempat tidur itu nampak kecil, satu tempat tidur hanya bisa digunakan untuk satu orang.
"Ranjang baru? kayaknya udah mulai mikirin bikin anak nih," ucap Hilda tersenyum sembari menyetuh bahu Astrid yang seakan-akan menggodanya.
"Pikiranmu mesum banget," ucap Astrid melangkahkan kakinya memasuki apartemen. Begitupun dengan kedua temannya, mengikuti Astrid memasuki apartemen tersebut.
Kedua teman Astrid tampak terkejut ketika melihat apartemen tersebut hanya memiliki satu kamar. Sedangkan ada dua tempat tidur baru yang di bawa oleh kurir.
"Trid, ngapain beli 2 tempat tidur baru? aku pikir apartemennya punya 3 kamar," ucap Alula.
"Iya, aku pikir ranjang baru itu untuk anak-anakmu nanti," sambung Hilda.
Astrid menggelengkan kepalanya. "Pikiran kalian terlalu melenceng. Kalian duduk dulu, aku ke kamar sebentar." Astrid memasuki kamar yang di tempati olehnya dan suaminya. Janus dan kedua kurir sedang sibuk menata tempat tidur yang baru saja di belinya itu.
"Tempat tidur yang lama kamu bawa kemana?" tanya Astrid.
"Aku buang," jawab Janus tanpa menatap Astrid karena sibuk menata tempat tidur.
"Lah, kenapa di buang? kan bisa di jual."
"Ribet kalau di jual, lagian aku ga bakalan rugi kalaupun ranjang lama di buang. Karena uangku masih sangat cukup. Daripada cuma ngeliatin, mending bantu aku," ucap Janus
Kemudian Astrid pun membantu Janus menata tempat tidur yang akan di tempatinya itu. Tak hanya tempat tidur saja yang di tata ulang, seluruh isi kamarnya pun ikut di tata ulang oleh Astrid dan Janus.
Setelah selesai menata tempat tidur, kedua kurir tersebut pergi. Tempat tidur sudah di ganti Janus dengan yang baru. Begitu pun dengan dua lemari pakaian yang di ganti oleh Janus. Ia mengganti lemarinya dengan dua lemari yang lebih kecil dari sebelumnya. Janus hanya ingin semuanya terpisah, termasuk lemari pakaian.
"Sekarang kita sudah punya tempat tidur dan lemari pakaian masing-masing. Oh ya, karena mulai sekarang kamu bakal beres-beres. Kamu boleh beresin semua yang ada di apartemen sampai bersih dan rapih, tapi jangan pernah menyentuh atau membuka lemari itu," ucap Janus menunjuk lemari kecil yang berada di ujung kamarnya.
"Kenapa ga boleh?" tanya Astrid heran.
"Anak kecil ga perlu tau," ucap Janus sembari mengacak-ngacak rambut Astrid. Lalu melangkahkan kakinya keluar dari kamar. "Mending kita belajar memasak sekarang yu."
Janus, Astrid, beserta kedua temannya pergi ke dapur. Ketika tiba di dapur, di atas kicthen counter sudah ada beberapa jenis bahan makanan dan buku resep yang telah di siapkan Janus untuk Astrid. Janus menyuruh Astrid memasak sesuai petunjuk yang ada di buku resep tersebut. Sementara Janus beserta kedua teman Astrid akan menunggu di meja makan sembari memperhatikan Astrid memasak.
Astrid tampak kebingungan dengan beberapa jenis bahan makanan yang berada di depannya itu. Ia nampak gugup dan ragu, ketika akan menyentuh bahan makanan tersebut.
"Kenapa cuma di liatin?" tanya Janus.
"Aku ga ngerti gimana masaknya," ucap Astrid dengan raut wajahnya yang cemberut.
"Itu kan ada buku resep, masaknya sesuai pentujuk yang ada di buku resep. Ingat ya, kalau kamu ga bisa masak atau masakanmu ga enak, aku bakal potong uang bekal kamu," ucap Janus mengancam.
Ancaman Janus sesaat membuat Astrid bersemangat untuk belajar memasak. Astrid pun segera memulai memasak. Ya, walaupun sedikit membingungkan, tapi Astrid harus berusaha sebisa mungkin agar uang bekalnya tak di potong oleh suaminya.
Astrid terlebih dahulu memotong beberapa sayuran dan daging yang akan di masaknya. Setelah usai memotong, Astrid lalu menyiapkan beberapa bumbu. Ia mulai menumis bumbu sesuai pentunjuk, kemudian memasukan bahan-bahan masakan yang telah siap untuk di masak.
Astrid memasak semua bahan makanan yang tersedia di atas kitchen counter tersebut. Hingga di menit 30, ia baru selesai memasak semua bahan makanan yang tersedia. Kemudian ia pun segera menyajikan makanan tersebut di atas meja makan.
"Wah, tampilannya cantik dan baunya juga wangi, sepertinya ini enak," ucap Alula yang kagum dengan masakan yang di buat sahabatnya tersebut.
Semuanya mulai mengambil makanan dan meletakannya di atas piring masing-masing. Namun, tiba-tiba saja raut wajah Janus, Alula, dan Hilda, seketika berubah jadi kecut. Ketiganya kompak mengerutkan keningnya.
"Ada apa? pasti masakanku enak kan," ucap Astrid yang terlalu percaya diri. Walaupun sebenarnya ia belum mencoba makanan yang di masaknya.
"Apa kamu akan meracuni suamimu setiap hari dengan makanan seperti ini," ucap Janus memuntahkan makanan tersebut.
Astrid tampak panik, ia pun segera mencoba makanan yang di buatnya tersebut. "Ga enak," ucapnya yang juga memuntahkan makanan yang di cobanya.
"Kamu tahu kan, semua makanan yang kamu masak di beli pakai uang. Hm, resikonya kamu bisa tanggung sendiri," ucap Janus mengancam sembari melipat lengannya di dada.
"Tunggu sebentar, aku masak lagi ya. Kali ini aku pasti bisa buat makanan yang enak," ucap Astrid yang panik dan kembali ke dapur.
Karena bahan makanan yang ada di kitchen counter telah habis. Kali ini Astrid membuka lemari es dan mengambil semua bahan makanan yang akan di buatnya kembali. Ketika memasak ia tampak panik, hingga membuat tubuhnya di banjiri oleh keringat.
Dan masih di menit 30 ia selesai memasak, ia kembali menyajikan masakan tersebut di atas meja makan. Janus kembali mengerutkan keningnya dan ia juga menggelengkan kepalanya.
"Semuanya masih ga enak," ucap Janus kembali memuntahkan makanan yang di lahapnya.
"Iya Trid asin banget, dan nasinya keras kayaknya masih mentah deh," ucap Alula yang juga memuntahkan makanan.
"Selama aku hidup orang tuaku ga pernah potong uang bekal hanya karena masakan. Seharusnya kamu memahamiku, namanya juga masih belajar," ucap Astrid dengan raut wajahnya yang nampak kesal.
"Aku sebagai seorang suami kan mendidik istrinya, nah dengan cara seperti itu aku mendidik kamu," tegas Janus.
"Itu bukan mendidik tapi menyiksa," ucap Astrid dengan raut wajah yang cemberut.
Tak hentinya Janus dan Astrid beradu argumen, keduanya tak mau mengalah dan merasa dirinya paling benar. Sementara Alula dan Hilda tampak kebingungan untuk menghentikan pertengkaran sepasang suami istri tersebut.
Alula menepuk pundak Astrid. "Trid."
"Diam kamu!! aku belum selesai ngomong sama suami laknat. Dan seharusnya tadi kamu sedikit pura-pura dan bilang kalau makanannya enak," bentak Astrid kepada Alula.
"Hah laknat! kamu tuh istri paling durhaka," ucap Janus menunjuk wajah Astrid.
Alula dan Hilda semakin kebingungan dengan situasinya. Tak ingin terkena imbas dari pertengkaran tersebut, Alula dan Hilda pamit untuk pulang.
"Pak Janus, Astrid, kami pamit pulang. Kalian selasaikan dulu masalah praha rumah tangga kalian."
"Iya... iya sana," ucap Janus.
Ketika Alula dan Hilda sudah pergi, Astrid dan Janus masih tak berhenti beradu argumen. Hingga suatu ketika, suara bel pintu terdengar.
"Beep...Beep...Beep...
"Siapa sih, cepat buka," ucap Janus meminta Astrid membukakan pintu.
"Ga mau! kamu saja yang buka," ucap Astrid memutar bola matanya.
Janus lalu menarik lengan Astrid dan membawanya ke depan pintu apartemenya. "Ya sudah, kita buka bareng-bareng."
Janus dan Astrid pun segera membuka pintu tersebut.
"Siapa sih gangu a..." ucap Janus yang seketika terhenti karena terkejut melihat orang di balik pintu tersebut.
"Eh mamah mertua," ucap Janus tersenyum kaku menatap mertuanya yang datang ke apartemenya tersebut.
dari karya dan novel kita bisa lihat munafik dan tidak bermoral nya wanita, (authornya dan reader nya wanita) mereka membenarkan perselingkuhan mereka tapi suami salah sikit dia sudah merasa paling tersakiti