Anggara Prima Hardian Seorang duda berusia 32 thn yang masih tampan dan keren yang mempunyai seorang anak perempuan berusia 5 thn, bernama Fazila Prameswari Anggara, masih belum bisa membuka hati nya untuk perempuan lain, dia masih setia sama istrinya walaupun dia sadar kalau istri nya yaitu Zievanya putri Baskora ngga mungkin kembali ke pelukan nya.
seorang gadis yang berumur 25 thn yang mempunyai nama Sahara Amanda Putri tanpa sengaja bertemu dengan Zila anak nya Anggara.
Sahara yang terpesona dengan sosok duda keren ini bersatu dengan Zila untuk menakluk kan hati duda keren yang sudah beku.
Zila terus mendukung Sahara agar mendapatkan hati ayah nya, karena Zila sudah merasa nyaman bersama Sahara.
Tapi tidak mudah mendpatkan seorang duda yang keren dan tampan, pasti banyak sekali saingan nya.
yang penasaran dengan cerita duda keren hayalan aku ayo merapat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membujuk Zila Makan
Keluarga pak Baskoro pun sudah sampai rumah sakit dan langsung mencari ruangan Zila.
"Sus maaf kalau ruangan anak yang bernama Zila Prameswari Anggar sebelah mana ya? Tanya Mery.
"Oh ruangan Zila ya bu, ruangan anak nya ada di lantai 2 ya bu nama ruangan nya ruang mawar" suster pun memberi tahu.
Mery pun langsung pergi menuju ke ruangan di ikuti Vio dan kedua orang tua nya.
Pak Hardian yang sudah sampai pun kini sedang menunggu nya di luar ruangan bersama bu Carlota.
"Anggar kemana mah? Apa dia di dalam bareng Zila? Tanya pak Hardian.
"Anggar lagi menjemput Ara pah, Zila semenjak dari rumah terus-terusan memanggil Ara" jawab bu Carlota yang masih khawatir dengan keadaan Zila.
"Apa memang Ara itu di hadirkan untuk pengganti ibu nya ya mah? Tanya pak Hardian
"Kayak nya iya deh pah, soalnya kasih sayang Ara sama Zila kelihatan sangat tulus sekali, Zila dan Ara sudah kayak ada ikatan bathin" jawab bu Carlota.
Pak Hardian pun mengangguk, lalu berdiri dan melihat Zila lewat kaca.
Mery pun melihat Bu Carlota dan pak Hardian.
"Bu itu pak Hardi" kata Mery sambil menunjuk ke arah pak Purnama.
Mereka pun dengan langkah cepat menghampiri pak Hardian dan bu Carlota.
"Bu, bagaimana keadaan Zila" tanya bu Aisyah.
Bu carlota pun menoleh ke arah suara dan nampak lah keluarga pak Baskoro yang sedang berdiri dengan rasa khawatir nya.
"Zila masih di tangani dokter bu" jawab bu Carlota sambil memeluk bu Aisyah.
Pintu pun terbuka keluarlah dokter beserta dua orang suster yang mendampingi nya.
"Dokter gimana keadaan cucu kamu? Tanya pak Hardian.
"Pasien menderita gejala types, tolong di jaga makanan nya dan jangan biarkan dia kecapaian, dan terus satu lagi, tolong bapak dan ibu hadirkan orang yang selalu dia panggil, mungkin dengan kehadiran orang yang di inginkan pasien, akan membantu penyembuhan nya" jawab dokter dengan jelas di dengar oleh semua keluarga Zila.
"Terimakasih dokter, tapi apa kami sudah boleh menemani Zila di dalam? Tanya Mery.
"Silahkan tapi jangan sampai mengganggu pasien, biarkan pasien beristirahat" jawab dokter lalu pergi meninggalkan ruangan Zila di ikuti dua suster.
"Terima kasih dok, mari bu kita lihat Zila" Mery pun masuk di ikuti sama keluarga lain nya.
Anggar memang menempatkan Zila di ruangan vvip, karena menurut nya ruangan lebih steril dan bisa menunggu dengan tenang.
Kini semuanya sudah berada di dalam ruangan, bu Aisyah pun menggenggam tangan Zila sambil meneteskan air mata nya.
"Cepat sembuh nak, nenek ngga tega melihat kamu terbaring seperti ini" gumam bu Aisyah.
"Bu Anggar nya kemana? ko ngga kelihatan, aku kira tadi Anggar ada di dalam nemenin Zila" tanya Mery yang baru sadar kalau Anggar nggak ada di dalam ruangan.
"Anggar,,,,,,,,," belum juga bu Carlota meneruskan kalimat nya, terdengar suara Zila.
"Mamah cantik, Zila kangen mamah" Zila terus bergumam memanggil-manggil Ara.
Semua yang ada di ruangan pun saling menatap.
"Nah itu dia semenjak dari rumah Zila terus memanggil-manggil Ara, dan sekarang Anggar lagi mencari Ara untuk di bawa kesini, tapi sudah satu jam Anggar belum kembali juga" bu Carlota pun menjelaskan kepada mereka dengan tidak kehadiran nya Anggar.
"Begitu kuat bathin Ara sama Zila, kalau memang dia di takdir kan untuk jadi pengganti ibu mu nenek ikhlas nak" kata bu Aisyah sambil menangis.
Pak Baskoro pun memeluk bahu istri nya dan mengusap bahu nya dengan lembut untuk menenangkan nya.
"Kita serahkan semua nya kepada Allah SWT, karena jodoh, rezeki dan maut sudah diatur oleh nya" pak Baskoro pun menenangkan istrinya.
Pak Baskoro tahu walaupun istri nya bilang ikhlas tapi ada sedikit ketidak rela an dalam hati nya.
Mereka pun ikut meneteskan air mata nya, mengingat almarhumah Anya.
*
*
"Tolong ikut saya sekarang ke rumah sakit, Zila sakit dan memanggil-manggil kamu terus" kata Anggar.
"Apa! Sakit, kalau gitu bentar pak aku izin dulu" jawab Ara dan membalik kan badan nya.
"Tidak perlu, saya sudah izin kan tadi sama pak Leonal" jawaban Anggar membuat langkah Ara terhenti.
"Ya sudah ayo kita ke rumah sakit, tapi bentar saya ambil tas saya dulu" kata Ara lalu pergi menuju loker nya untuk mengambil tas selempang dan jaket nya.
Kini Ara pun sudah berada dalam mobil bersama Anggar, walau sebelum naik kedalam mobil ada sedikit drama.
Ara membuka pintu belakang mobil, karena Ara takut di bilang ngga sopan dan merasa ngga enak hati kalau duduk di depan berdampingan dengan Anggar.
"Kamu pikir saya sopir kamu, duduk di depan" teriak Anggar sambil masuk ke dalam mobil.
Ara pun menutup pintu bagian belakang kembali dan duduk di depan berdampingan dengan Anggar.
"Zila sakit apa pak? Tanya Ara yang merasa khawatir.
"Waktu di rumah panas dan tadi masih di periksa sama dokter, tapi saya di suruh membawa kamu karena Zila memanggil-manggil kamu terus.
Ara pun terdiam, memang hari ini Ara pun merasakan kangen yang luar biasa kepada Zila, tapi Ara ngga tahu harus menemui nya kemana, karena Ara ngga tahu alamat rumah Zila dan juga dia ngga punya kontak keluarga Zila sehingga Ara tidak bisa menghubunginya.
"Mamah cantik Zila kangen mamah cantik" lagi-lagi Zila memanggil-manggil Ara.
"Zila sayang ini nenek nak? Ada kak Vio juga semua ada di sini" bisik bu Aisyah yang membuat Zila membuka matanya.
"Nenek? ucap Zila lalu melihat ke setiap sudut kamar.
Melihat Zila yang sudah bangun, mereka pun bahagia dan menyunggingkan senyuman buat Zila.
"Kamu makan dulu ya nak? Dari siang kan belum makan" kata bu Carlota sambil mengambil makanan yang sudah di siapkan dari rumah sakit.
"Ngga mau, Zila ngga mau makan, Zila mau ketemu mamah cantik, Zila kangen mamah cantik omah" Zila pun menolak makanan yang di berikan bu Carlota.
"Iya sayang nanti mamah cantik nya kesini, tapi Zila makan dulu ya? Mery pun ikut membujuk Zila untuk makan.
Semua ikut membujuk Zila untuk makan, tapi ngga ada satu orang pun yang berhasil membujuk nya.
"Kenapa Zila ngga mau makan? Kalau Zila ngga mau makan, mamah mau kembali dan ngga mau ketemu Zila lagi" teriak Ara yang sudah berdiri di ambang pintu bersama Anggar.
"Semua orang yang ada di dalam ruangan pun menoleh ke arah pintu, di sana sudah berdiri Ara dengan wajah yang sangat khawatir dengan keadaan Zila.
