Revisi PUEBI
Diminta oleh orang tuanya untuk menyelesaikan persoalan hutang keluarga serta harus mengganti rugi dari kerusakan mobil yang Aruna tabrak.
Manakah takdir yang dipilih untuk menyelesaikan persoalannya. Menjadi istri muda Broto sebagai pelunasan hutang atau menjalani One Night Stand dengan Ben agar urusan ganti rugi mobil selesai. Juga cinta Alan pada Aruna yang terhalang status sosial.
Manakah pilihan yang diambil Aruna ? Dengan siapakah Aruna akan menjalani hidup bahagia penuh cinta. Ben atau Alan ? Ikuti terus kisah Aruna
Cerita ini hanya kehaluan author untuk hiburan para pembaca. Silahkan ambil pesan yang baik dan tinggalkan yang buruk.
ig : dtyas_dtyas
fb : dtyas auliah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemukanmu
Harapan hari ini semua rencana akan berjalan lancar namun di luar kendali Ben sebagai manusia. Ayahnya yaitu Haris Candra yang menetap di Singapur ternyata jatuh sakit bahkan sampai saat ini hilang kesadaran. Berakibat pada perusahaan yang dipimpinnya, kubu yang tidak berpihak mendorong para pemegang saham untuk melakukan rapat umum untuk memutuskan pergantian pimpinan sementara.
Sebagai putra yang berbakti, Ben tidak ingin perusahaan yang sudah dengan susah payah didirikan oleh ayahnya hancur atau direbut oleh orang yang tidak kompeten atau bahkan tidak bertanggung jawab. Dia terus berkomunikasi dengan Gery asisten dari ayahnya untuk memantau jalannya perusahaan.
"Ben, secepatnya kamu harus datang. Ini bukan masalah RUPS saja tapi ada beberapa kerja sama dibatalkan sepihak dan harus di ajukan ulang. Tidak mungkin hanya saya yang mengkonfirmasi semua pihak, tidak akan mudah percaya. Paling tidak kalau kamu yang hadir akan menambah kepercayaan," ungkap Gery
"Baiklah, secepatnya saya berangkat. Urusan di sini sementara bisa di handle Bian."
"Oke, saya tunggu."
Ben mengakhiri online meeting yang dilakukan bersama Bian, Gery dan beberapa orang kepercayaan ayahnya.
Bersandar pada kursinya dan memejamkan mata, mengistirahatkan sejenak raganya.
"Ada yang bisa dibantu pak?" Ucap Nora memenuhi panggilan Ben
"Kamu urus keberangkatan saya ke Singapur."
"Baik pak, rencana keberangkatannya kapan pak ?"
"Besok."
"Siap pak."
"Panggil Bian, minta dia temui saya."
Waktu sudah menunjukkan jam 9 malam, Ben baru saja melangkahkan kaki keluar dari lobby perusahaannya. Mengendarai roda empatnya menuju Glow Cafe.
Setiba di sana Ben memandang ke arah panggung, tampak grup musik yang sedang mengisi acara. Ben tidak menemukan Aruna di sana, melihat sekeliling akhirnya Ben menemui kembali pemilik cafe.
"Mas, saya tidak melihat Aruna, bukankah malam ini jadwalnya ya ?" tanya Ben
"Iya betul pak, tadi Aruna ada bahkan sudah nyanyi beberapa lagu request dari pengunjung"
"Saya tidak melihatnya, ke mana dia ?"
"Belum lama dia pamit, mau ke club. Temannya merayakan apa saya kurang jelas"
Ben memijat dahinya pelan. "Apa dia sempat sampaikan tujuan club nya ?"
"Sebentar, saya tanya rekannya dulu"
Ben sudah berada di club yang disebut oleh atasan Aruna. Suasana club sangat ramai, alunan musik terdengar memekakkan telinga pengunjung berpasangan dan berkelompok terlihat sangat menikmati suasana dengan minuman dan goyang tubuh mengikuti deru musik.
Terlihat beberapa orang sudah dalam keadaan mabuk, wanita dengan pakaian minim menjadi surga bagi pria mata keranjang. Mata Ben terhenti pada space tanpa pembatas terlihat Sosok Aruna dengan seorang wanita seusia dengannya dan 3 orang laki-laki. Mereka sedang menikmati minuman, bahkan salah satunya meminum langsung dari botol. Ben ingin segera menarik Aruna dari tempat tersebut, memeluknya dan mengatakan perasaannya, tapi karena situasi dan tempat yang tidak memungkinkan hal itu urung dilakukannya.
Ben menarik siku tangan kiri Aruna, membuat tubuhnya jatuh ke pelukan Ben. Meisya dan kawan-kawan spontan menoleh terkejut melihat kejadian tersebut.
"Woy siapa loe, kasar banget sama cewek," ucap Bira dengan suara dengan oktaf tinggi karena sudah mulai mabuk.
"Hay, om Ben. Apa kabar ? Makin ganteng aja sih," seru Una sambil mengalungkan tangan pada leher Ben lalu terkekeh dari mulutnya tercium aroma alkohol
Melihat Aruna sepertinya kenal dengan pria tersebut, teman-teman Aruna membiarkannya.
"Sedang apa kamu di sini ? Pakai mabuk segala ?"
"Sesekali enggak apa kali om, aku enggak mabuk cuma coba segelas eh dua gelas doang," sahut Aruna sambil menunjukkan dua jarinya pada Ben.
"Aruna, tempat ini tidak baik buat kamu, bisa rusak kamu kalau sering ke sini."
"Baru kali ini kok, kalau bukan pesta lajangnya Meisya juga ogah kesini. Eh, tapi kan aku sudah rusak, kan om Ben yang ngerusak," ujar Aruna sambil tertawa.
"Ikut aku," ajak Ben sambil merangkul Aruna untuk menuntunnya keluar
"Gaes, aku cabut ya," ucap Aruna dijawab dengan lambaian tangan, karena bicara juga suara akan kalah dengan irama musik.
"Kita mau ke mana sih om, jangan kayak kemarin ya," kata Una sambil berjalan agak terseok akibat alkohol, raganya tidak kuat dengan efek minuman tersebut. Ben masih merangkul Aruna agar tidak terjatuh,
"Kayak kemarin ? Maksudnya".
"Ih pura-pura lupa. Om mainnya kasar mana sakit tapi enak." Una kembali terkekeh.
Ben dan Una sudah berada dalam kamar sebuah hotel terdekat dari club. Melihat Aruna yang sudah mabuk dan tidak tahu di mana selama ini gadis itu tinggal terpaksa dia menyewa sebuah kamar.
Merebahkan tubuh Una yang sejak turun dari mobil sempoyongan hampir tak sadarkan diri. Memandang wajah Aruna, mengelus pipinya dan menyelipkan rambut ke belakang telinga Aruna.
"Kamu cantik sayang, akhirnya kita bertemu kembali. Kamu milikku hanya milikku," ucap Ben sambil mengecup kening Una
Drt drt
"Halo"
"Ben, segera berangkat sekarang, pak Haris kritis. Aku sudah atur jet pribadi, Bian akan menghubungimu jadi segera bersiap."
Ben menghela nafas, baru saja dia menemukan Aruna, namun sepertinya dia akan berpisah kembali dengan Aruna. Bagaimana meminta Aruna menunggu sampai dia kembali sedangkan saat ini Aruna tidak sadar karena mabuk.
Ben mencari ponsel Aruna pada tasnya tapi dia tidak menemukannya.
"Shittt"
Dia menuliskan pesan pada kertas memo yang terletak dekat pesawat telepon. Di mana saat ini perkembangan teknologi komunikasi sudah sangat canggih, tetapi dia menggunakan kertas memo untuk menyampaikan pesan pada Aruna. Dengan harapan yang besar bahwa Aruna akan membacanya.
_____________
Apakah Aruna akan membaca memo tersebut ?
Perjodohan Arini
Suami absurd
Suami rupa madu mulut racun