Bagaimana jika orang yang kamu cintai meninggalkan dirimu untuk selamanya?
Lalu dicintai oleh seseorang yang juga mengharapkan dirinya selama bertahun-tahun.
Akhirnya dia bersedia dinikahi oleh pria bernama Fairuz yang dengan menemani dan menerima dirinya yang tak bisa melupakan almarhum suaminya.
Tapi, seseorang yang baru saja hadir dalam keluarga almarhum suaminya itu malah merusak segalanya.
Hanya karena Adrian begitu mirip dengan almarhum suaminya itu dia jadi bimbang.
Dan yang paling tak di duga, pria itu berusaha untuk membatalkan pernikahan Hana dengan segala macam cara.
"Maaf, pernikahan ini di batalkan saja."
Jangan lupa baca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Hana. Dia tidak akan pergi jauh? Bahkan dia tidak mungkin pergi _" Adrian berhenti bergumam, ia mengusap keringat di keningnya lalu memutuskan kembali naik ke atas rumah panggung itu.
"Hana!" teriak Adrian, beberapa orang yang masih berada di ruangan utama vila itu menolehnya.
"Dimana Maya?" tanya Adrian, memasang wajah dingin beserta tatapan tajam kepada setiap orang yang ada di sana. Tapi ke empat orang itu diam.
Adrian mendekati salah satunya, seorang laki-laki muda yang sepertinya orang baru yang polos. Adrian mencengkeram kerah bajunya.
"Katakan! Dimana Hana?" tanya Adrian mengeratkan giginya.
"Saya ti... tidak tahu." jawabnya gugup.
Adrian mendorongnya kasar hingga terjengkang. Memaksa mereka pun percuma, Adrian memilih untuk mencarinya sendiri.
Brak!
Adrian menendang salah satu pintu kamar. Alangkah terkejutnya Adrian melihat sepasang manusia yang sedang bermesraan.
Merasa kesal, ia pun membuka pintu yang lainnya, dan ternyata kosong, hanya ada tas dan beberapa pakaian, sepertinya milik anak-anak remaja yang ada di depan.
"Hana!" teriaknya, kali ini ia mendorong pintu kamar yang paling besar, tapi di kunci dari dalam.
"Buka pintunya!" teriak Adrian, mengotak-atik gagang pintu, lalu kembali berkata. "Buka atau ku hancurkan pintunya."
Cklek.
Cukup manjur, seseorang membuka pintu dan ternyata seorang pria.
"Aku ingin melihat siapa di dalam. Aku sedang mencari seseorang." Kata Adrian, namun pria itu menghalangi.
"Aku tidak ingin berkelahi, tapi bukan berarti akan menyerah karena kau menghalangi aku."
Akhirnya pria itu menarik tangannya, sorot mata Adrian membuat nyalinya menciut.
Namun tak ada siapapun di dalam selain pria itu, Adrian menatapnya curiga, kemudian keluar dari kamar tersebut, tapi sekilas ia melihat seorang perempuan masuk ke bagian belakang dengan terburu-buru.
"Maya!" teriaknya, dia mengejar sosok Maya itu, hingga sudah berada di dapur. Perempuan itu terpaksa berhenti karena tak bisa lagi melarikan diri.
Set
Tangan Adrian melesat mencengkeram leher Maya dengan erat. "Dimana Hana?"
"Dia keluar, tapi bersama seseorang katanya mereka saling kenal." jawab Maya, setengah terbata. Tapi kemudian terbatuk dan sesak karena tangan Adrian mencekik lehernya perlahan.
"Hentikan! Apa yang kau lakukan padaku? Uhugh....uhugk."
"Katakan atau aku akan menghabisimu" ancam Adrian, perempuan itu langsung terbelalak kaget, dia tidak menyangka Adrian sangat menakutkan, berbeda jauh dengan Rayan yang memiliki sorot mata lembut dan lebih sopan.
"Aku tidak tahu!"
"Aku akan membunuhmu jika sampai terjadi sesuatu dengan Hana. Aku juga akan menyiksa anakmu." Ancam Adrian lagi, terus menekan leher Maya hingga tubuh perempuan itu tersudut di dinding. "Dalam waktu sepuluh menit, aku sudah dapat mengetahui dimana keluarga mu, anakmu? Atau ibumu?" Adrian menyeringai semakin menakutkan.
"Tidak, tidak! Aku benar-benar tidak tahu, tapi tadi dia mengaku mengenali salah seorang dari teman-temanku, aku sendiri tidak tahu siapa. Lalu dia pergi." jawab Maya, kini wajahnya tampak pucat. Entah karena takut, atau karena di cekik Adrian.
"Kemana?" sekali lagi Adrian bertanya.
"Ke vila di bawah sana, yang ada kincir anginnya."
Adrian meninggalkan Maya begitu saja, mendengar jawaban wanita itu ia langsung pergi ingin segera menemukan Hana, entah mengapa dia sangat khawatir.
"Adrian berhenti di dekat mobilnya, menatap vila yang di tunjukkan Maya, rasanya cukup jauh untuk di tempuh berjalan kaki. Dia tak percaya kalau Hana ada di sana? Jika mengenal seseorang, siapa? Hana tidak memiliki banyak teman, Adrian mengetahui semuanya karena asistennya sendiri yang menyelidiki wanita itu ketika dulu setelah bertemu di rumah sakit.
"Apakah Fairuz?" tapi tidak mungkin, ia menelisik setiap kendaraan yang berjejer, diam sejenak mencoba berpikir jernih. Namun sebuah mobil yang di kenalnya membuat Adrian menyipitkan mata, ia berjalan mendekati mobil tersebut dan menghafal nomor flatnya.
"Tante Elsa?" gumam Adrian, tapi rasanya tidak mungkin perempuan sudah berumur akan datang kemari, mana mungkin perempuan tua itu masuk dalam geng anak muda."Apakah Icha?"
"Sammy!" Adrian teringat sosok yang sering memperhatikan Hana ketika ada di rumahnya.
Tanpa berpikir lagi Adrian menaiki anak tangga dan kembali masuk ke dalam vila tersebut. Kali ini ia masuk seperti orang gila, berteriak dan membuka kembali setiap pintu kamar, hingga tiba di ujung dapur ada satu kamar yang belum di bukanya di sana.
Brak! Brak!
Brak!
Pintu terbuka paksa.
Adrian semakin marah melihat siapa yang ada di dalam sana, anak tantenya itu sedang mengotak-atik pintu kamar mandi yang seperti di kunci dari dalam.
"A... Adrian?" dia terkejut dan terlihat gugup. Apalagi Adrian mendekatinya dengan langkah pelan namun pasti, sorot matanya tajam menelisik.
"Kau ada di sini?" tanya Sammy, pria berambut pirang itu berusaha tenang meskipun gerakannya salah tingkah.
"Minggir!" ucap Adrian.
"Tidak, tidak! Kau mau apa, jika kau ingin menginap pilih kamar yang lain saja." ucapnya, menahan bahu Adrian, namun Adrian menepisnya.
"Adrian_"
Namun terdengar suara benda jatuh di dalam kamar mandi membuat keduanya menoleh.
Adrian menyingkirkan Sammy lalu menggedor pintu tersebut. "Hana!" panggilnya.
"Adrian, apa yang kau lakukan? di sini tidak ada istrimu!"
Namun percuma, Adrian mendorong dan mendobrak pintu kamar mandi tersebut sekuat tenaga.
"Hentikan Adrian!" bentak Sammy, pria itu menarik tubuh Adrian menjauh. "Pergi dari kamarku!" bentaknya.
Adrian mengepalkan tangannya lalu, Bugh!
Sebuah bogem mentah mendarat di wajah Sammy, hidungnya yang pesek itu kini mengucurkan darah.
"Kau!" Sammy marah dan balas memukulnya, hingga terjadi perkelahian yang menyita perhatian beberapa orang, mereka melihat Adrian berkelahi dengan Sammy, tapi tak berani melerainya.
Beberapa pukulan mendarat hingga membuat Sammy terjatuh, pria itu tersungkur memegangi mata dan bibirnya yang terasa panas.
Sekali lagi Adrian mendobrak pintu kamar mandi dan berhasil.
"Hana!"
Tampak di dalam sana Hana sudah basah kuyup duduk di bawah guyuran air pegunungan yang dingin.
Adrian meraih tubuh kecilnya lalu membawanya keluar.
Sekilas ia melihat Sammy melarikan diri. Pria itu bahkan tidak membawa barangnya yang ada di kamarnya tersebut. Vila yang tadinya ramai kini lengang setelah deru kendaraan meluncur menuruni jalanan.
Adrian menggeleng, tidak habis pikir mereka semua kabur setelah melakukan hal tak senonoh dengan Hana.
"Dingin." pelan suara Hana menghentikan lamunan Adrian di jendela menatap mobil dan sepeda motor menuruni jalan tergesa-gesa.
Adrian jadi bingung sekarang, Hana basah kuyup dengan keadaan tak sadar. Ia meidurkan Hana diatas ranjang lalu mendekati wajahnya, menghirup nafasnya yang mungkin saja berbau sesuatu.
"Kau mabuk." Adrian semakin gusar, ingin marah tapi sekarang bukan waktunya.
Andaikan Hana dalam keadaan sadar, Adrian yakin Hana tidak akan menyukai ini. Tapi sudahlah. Adrian melepas kerudungnya perlahan hingga menampakkan wajah Hana yang sangat cantik namun pucat kedinginan.
"Adrian..." panggilnya, Matanya mengerjap menyadari seseorang yang ada di atasnya, lalu matanya kembali terpejam.
"Kau kedinginan Hana." ucap Adrian.
💞💞💞💞
#quoteoftheday..