Aku hanya seorang figuran dalam kisah cintamu. Tapi tidak apa-apa, setidaknya Aku masih bisa melihatmu. Aku masih bisa menyukaimu sebanyak yang Aku mau. Tidak apa-apa Kamu tidak melihatku, tapi tetap ijinkan Aku untuk melihatmu. Karena keberadaanmu bagai oksigen dalam hidupku. (Khansa Aulia)
*Update Senin-Sabtu
*Minggu Libur 😁
^ErKa^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 14 - Seorang Upik Abu
Alex benar-benar menepati ucapannya. Dia menemukan orangtua asuh untukku yang bersedia membayar keterlambatan SPP ku beserta uang gedung yang menunggak. Aku bisa ujian dengan tenang.
Meskipun dibandingkan siswa-siswi yang berada di sekolah itu kemampuanku sangat standart, tapi Aku belajar dengan sungguh-sungguh. Aku tidak ingin mengecewakan Alex yang sudah bersusah payah berjuang untukku.
Akhirnya seminggu kemudian ujian itupun selesai. Minggu berikutnya dihabiskan untuk class meeting yang diisi dengan kegiatan bebas para siswa. Kegiatan itu dilakukan sembari menunggu para guru menilai ujian para siswa dan menyiapkan laporan hasil pembalajaran (raport).
Ketika class meeting tiba, banyak siswa yang membawa hobinya ke dalam sekolah. Misal mereka membawa komik, novel, gitar, make up dan lain sebagainya.
Alex membawa gitar dan bernyanyi di kelas Kami. Setiap kali melihatnya perasaanku selalu hangat. Aku memutuskan untuk tetap menyukai, menyayangi dan mencintai Alex. Mungkin terdengar plin-plan, mengingat keputusanku yang lalu-lalu. Tapi Alex pantas mendapatkannya. Pria itu pantas untuk mendapatkan keseluruhan dari hatiku. Meskipun Aku hanya bisa mencintai tanpa bisa memiliki, itu tidak apa-apa bagiku. Cukup menatapnya dari kejauhan saja sudah cukup untukku. Asalkan Alex bahagia, Aku juga akan bahagia. Meskipun kebahagiaannya tidak bersama denganku.
***
Di akhir minggu raport pun dibagikan. AlhamduLillah tidak ada yang tinggal kelas di seluruh angkatanku. Nilai raportku juga tidak buruk-buruk banget, meskipun tidak bisa dikategorikan bagus. Melihat ayahku tersenyum puas saja Aku sudah sangat bersyukur.
Aku menatap Alex dari kejauhan. Tampak kedua orangtuanya mendampinginya. Alex menjadi penyandang nilai terbaik di antara delapan kelas. Istilahnya dia mendapat peringkat 1 paralel, peringkat 1 dari seluruh kelas. Sungguh bangga sekali Aku melihatnya.
Dia sangat sempurna. Wajahnya tampan, hatinya baik otaknya juga sangat pintar. Aku benar-benar menyukai pria muda itu. Meskipun perasaanku tidak terbalas, Aku tidak menyesalinya.
Kemudian Aku melihat Diana dan orangtuanya berjalan ke arah Alex dan rombongannya. Kedua orangtua mereka tampak bersalaman dan berpelukan. Sepertinya dua keluarga itu sudah saling mengenal jauh sebelumnya. Sepertinya sudah hampir dipastikan bahwa kelak mereka akan saling menjadi besan, mengingat betapa sukanya mereka terhadap keluarga satu sama lain.
Ya, mereka memang pasangan serasi. Dari segi apapun mereka serasi. Bahkan kedua keluarga pun sama-sama berasal dari keluarga terpandang. Aku dengan tulus mendoakan kebahagiaan Alex. Bila Diana sumber kebahagiaan Alex, maka Aku akan melepaskannya dengan rela. Meskipun Aku tidak bisa berjanji perasaan ini akan hilang begitu saja.
Tanpa diduga tatapan Kami bertemu. Alex menatapku dan tersenyum hangat. Dia melambai-lambaikan tangannya, membuat orang-orang yang berada di sana serta merta memandangku. Tidak ingin menjadi pusat perhatian, Aku langsung memalingkan wajahku.
"Ayo Kita pulang Yah." Ucapku sembari menarik tangan ayahku.
"Tidak apa-apa pulang sekarang Nduk?"
"Iya, nggak apa-apa Yah. Acaranya juga sudah selesai."
Aku dan ayahku berjalan ke area parkiran. Di parkiran, hanya mobil ayahku yang paling menonjol. Di antara puluhan mobil mewah yang terparkir, hanya angkot ayahku yang paling menonjol. Keberadaannya menjadi perhatian murid-murid sekitar. Mereka memandangku dengan senyum merendahkan dan mengejek. Tapi Aku sudah tidak peduli lagi.
"Orangtua teman-temanmu kaya-kaya ya Nduk. Apa Kamu tidak malu punya orangtua sepertiku?" Ayah menundukan wajah, tampak sangat bersalah karena sudah merasa mempermalukanku.
"Khansa tidak pernah malu. Ayah adalah orangtua terbaik bagi Kami. Khansa sangat bangga pada Ayah." Aku menggenggam tangan ayahku dengan erat, berusaha membesarkan hatinya.
"Terima kasih ya Nduk, karena sudah tumbuh menjadi gadis dewasa. Kuat dan tidak pernah mengeluh. Ayah juga bangga memiliki anak-anak seperti kalian." Ayah mengecup keningku dengan lembut. Aku membalasnya dengan pelukan.
Kemudian Kami masuk ke dalam angkot. Sebenarnya bukan faktor buat gaya-gayaan ayah membawa angkot ke sekolah. Itu karena ayah harus kembali bekerja selepas mengambil raportku. Agar tidak bekerja dua kali, beliau memutuskan untuk membawa angkotnya serta merta.
Di dalam angkot ayah melepas kemeja terbaiknya dan menyimpannya dengan rapi. Kemudian beliau berganti dengan baju kerja.
"Ayah akan antar Kamu pulang ya Nduk. Temani adikmu di rumah."
"Iya Yah." Ayah mengantarku pulang ke rumah, sementara beliau kembali melanjutkan pekerjaannya.
***
Dengan diterimanya raport, menandakan masa-masa libur panjang telah datang. Itu artinya selama dua minggu kedepan Aku tidak akan bisa bertemu dengan Alex. Aku pasti akan sangat merindukannya.
Mengingat hubungan Kita yang sudah membaik sekarang, rasanya Aku menyesal telah mengembalikan ponselnya. Andaikan Aku tetap meminjam ponsel itu, setidaknya Aku bisa mengirim pesan padanya.
Hari pertama liburan Aku habiskan dengan kegiatan membersihkan seluruh rumah. Baik itu mengepel, membersihkan kaca, mencuci gorden, menyikat toilet dan lain-lain. Selepas itu Aku menemani adikku bermain.
Sebenarnya Aku ingin ikut ayahku menarik angkot, tapi beliau melarangnya dan menyuruhku menjaga adik. Pada akhirnya setelah pekerjaan rumah selesai, Aku duduk di halaman rumah. Menatap adikku dan teman-temannya yang sedang bermain klereng.
Waktu-waktu seperti ini membuatku rawan melamun. Dalam setiap lamunanku selalu saja ada Alex. Aku teringat moment ketika Kita hampir saja berciuman. Pertanyaan demi pertanyaan menyeruak di dalam kepala. Bila Alex benar-benar menganggapku sebagai temannya, mengapa Alex waktu itu berinisiatif untuk menciumnya? Apakah perasaan Alex terhadapnya melebihi perasaan seorang teman.
Aku mengeluarkan kaca dari dalam saku dan melihat diriku.
"Hei Khansa, lihatlah wajah jelekmu itu. Bagaimana mungkin pangeran Alex menciummu? Jangan terlalu kege'eran. Mungkin ada sesuatu di wajahmu waktu itu dan dia berniat untuk mengambilnya untukmu. Mungkin ada bulu matamu yang jatuh, ya pasti karena alasan itu. Jadi stop memikirkan hal yang tidak mungkin dan tidak perlu. Kamu hanyalah upik abu. Selamanya akan menjadi upik abu. Tidak akan pernah menjadi princess, apalagi princess Diana."
Aku menghela napas dalam-dalam. Ya, yang pantas menjadi princess hanya Diana. Namanya pun cocok, princess Diana dan pangeran Alex. Mereka tercipta untuk bersama. Jadi pemeran figuran seperti dirinya, lebih baik mundur saja.
Ketika tengah asyik melamun, tiba-tiba terdengar suara klakson sepeda motor.
TIN... TIN... TIN...
Aku menatap suara berisik itu. Ingin Aku marahi orang yang membuat suara-suara itu. Mulutku sudah bersiap untuk mengomel ketika kulihat orang yang kulamunkan sedang berada tak jauh dariku.
Alex berada di atas motor ninjanya. Dia membuka helm teropongnya dan tersenyum padaku.
"Cewek, lagi ngapain? Bengong ya? Daripada bengong, ikut abang jalan-jalan yuk." Godanya dengan mata usil. Aku benar-benar tersipu-sipu malu.
Alex terlihat benar-benar sangat tampan. Dia memakai baju serba hitam. Celana hitam, sepatu boot hitam, dan juga jaket hitam. Benar-benar seperti pangeran kegelapan yang bersiap menculik anak orang. Ya, Aku siap diculik saat ini juga!!
***
Happy Reading 🥰
akunya
Emg keren lu Thor/Ok/