Bagaimana jika di hari pernikahan setelah sah menjadi suami istri, kamu ditinggal oleh suamimu ke luar negeri. Dan suamimu berjanji akan kembali hanya untukmu. Tapi ternyata, setelah pulang dari luar negeri, suamimu malah pulang membawa wanita lain.
Hancur sudah pasti, itulah yang dirasakan oleh Luna saat mendapati ternyata suaminya menikah lagi dengan wanita lain di luar negeri.
Apakah Luna akan bertahan dengan pernikahannya? Atau dia akan melepaskan pernikahan yang tidak sehat ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Operasi
Luna segera keluar dari kamar dan ingin melihat apa yang terjadi bagaimana bisa ibu mertua nya pingsan padahal tadi wanita itu baik-baik saja.
"Apa yang terjadi, bi. " tanyanya saat melihat Ibu mertuanya sudah dibaringkan di atas kursi panjang di ruang tamu.
"Kami nggak tau, mbak. Tadi ibu tiba-tiba memegangi dadanya lalu pingsan. " jelas salah seorang bibi.
"Ya ampun, serangan jantung. Kita harus membawanya ke rumah sakit. Ayah kemana? " tanya Luna yang sejak tadi tidak melihat ayah mertuanya.
"Bapak tadi keluar, kami tidak tau kemana. "
"Ya Ampun. "
Luna segera menghubungi taksi online secepatnya, karena dia tidak ingin terjadi apa-apa dengan ibu mertuanya.
Hanya menunggu waktu lime menit saja, Taksi yang dipesan Luna akhirnya datang juga. Dengan dibantu bibi dan sopir taksi online akhirnya Bu Endah berhasil dibawa ke rumah sakit saat itu juga.
"Bi, nanti kalau ayah datang, suruh ke rumah sakit ya."
"Iya mbak, nanti saya sampaikan."
Luna segera membawa ibu mertuanya sendiri ke rumah sakit, dia hanya membawa dompet dan ponselnya saja tanpa membawa apapun.
Untung jarak rumah sakit tidak terlalu jauh sehingga Bu Endah bisa segera di tangani oleh dokter.
"Dengan keluarga pasien? " seorang perawat memanggil Luna untuk masuk kedalam ruang tindakan.
"Bagaimana dengan ibu saya dokter? " tanya Luna khawatir.
"Ibu anda mengalami penyumbatan pada pembuluh darah. Karena itu beliau mengalami serangan jantung. " jelas dokter yang menangani ibunya.
"Lalu apa yang harus di lakukan agar ibu bisa sembuh? " tanya Luna lagi.
"Bisa diredakan dengan obat-obatan, tapi untuk kasus ini ibu anda sebaiknya di lakukan operasi pemasang ring Jantung untuk melebarkan kembali arteri darah yang tersumbat. Sehingga aliran darah ke jantung dapat kembali normal dan gejala seperti nyeri dada dan sesak nafas bisa berkurang. " jelas dokter Budi.
"Operasi." Luna mengulang ucapan dokter Budi.
"Iya, silahkan anda pikirkan dulu atau berembuk dengan keluarga lainnya. Untuk sementara Keadaan Bu Endah sudah normal." dokter Budi segera pergi dari sana meninggalkan Luna bersama Bu Endah yang sepertinya tidak sadarkan diri karena pengaruh obat.
Luna menatap wajah Bu Endah lekat-lekat, dia berharap wanita di depannya ini bisa menggantikan sosok ibunya yang sudah meninggal, walaupun sosok ibu kandung sendiri tidak mungkin bisa tergantikan oleh siapapun.
Kini bu Endah sudah dipindahkan di ruang VIP yang diminta oleh Luna. Dia tidak bertanya dulu kepada ayah mertuanya,karena pria itu tidak hisa di hubungi sejak tadi. Dan hanya Luna yang menemani Bu Endah sendiri di ruangan itu.
Terdengar suara langkah kaki cepat yang menuju ruang perawatan Bu Endah, dan pintu terbuka dengan cepat.
"Nak, apa yang terjadi pada istriku? " tanya Pak Doni dengan wajah khawatir.
"Kata dokter, ibu terkena serangan jantung karena penyempitan pembuluh darah, dan harus dilakukan operasi pemasangan ring untuk melebarkan pembuluh yang tersumbat. " Luna menjelaskan kembali apa yang dokter sampaikan kepadanya kepada ayah mertuanya.
"Operasi? "
"Iya, operasi. " Luna mengangguk.
Pak Doni segera mendekati istrinya dan menggenggam tangan lemah wanita itu, sepertinya mereka berdua saling mencintai. Luna tersenyum melihatnya, seperti melihat sosok kedua orang tuanya dulu yang saling mencintai.
Suasana tenang itu tidak berlangsung lama, karena tiba-tiba, nafas Bu Endah tiba-tiba kembali tersengal dan seperti kejang.
Pak Doni yang berada di sampingnya merasa panik dan khawatir begitu juga dengan Luna. Namun Luna berfikir cepat, jika semua orang panik itu tidak ada gunanya. Dan salah satu diantara mereka berdua harus tenang, dan itu dia.
Luna segera memencet tombol darurat untuk memanggil dokter atau perawat untuk memeriksa keadaan ibunya. Benar saja tak lama, dokter Budi segera dan bebrapa orang perawat masuk kedalam ruangan itu dan melihat keadaan pasien.
"Minggir biar saya periksa. " kata dokter Budi panik meminta jalan. "Serangan jantung lagi, ini harus segera dioperasi. Jika tidak akan berakibat fatal. " kata dokter Budi.
Pak Doni dan Luna saling berpandangan. Lalu pak Doni memberanikan diri untuk bertanya.
"Berapa biayanya dokter? "
"Itu, silahkan berkoordinasi dengan pihak administrasi. Jika anda setuju untuk operasi maka saya akan membawa istri anda ke ruang operasi sekarang." Kata dokter Budi tak sabaran, karena nyawa di depannya sedang dipertaruhkan.
"Silahkan operasi ibu saya dokter, jika itu bisa membantunya. Masalah biaya jangan khawatir pak, semua bisa dibicarakan. " kata Luna.
"Baik, kalau begitu. Suster siapkan ruang operasi dan kamu persiapkan bu Endah untuk menjalani operasinya. Aku akan memanggil dokter Bima dan lainnya. " kata dokter Budi dan segera meninggalkan ruang perawatan itu.
"Silahkan anda urus administrasi dulu, pak Bu. sebagai bukti persetujuan keluarga untuk melakukan tidakan operasi kepada Bu Endah. Setelah mendapat kan bukti persetujuan itu, kami baru akan secepatnya melakukan tindakan. " ujar seorang perawat kepada Luna dan Pak Doni.
Mendengar itu Luna segera membawa Pak Doni ke ruang admin, karena tanda tangannya diperlukan untuk persetujuan.
"Berapa Biaya operasinya, sus. " tanya Pak Doni yang masih menanyakan biaya operasi itu.
"Sekitar empat puluh sampai seratus juta pak, bisa lebih tergantung berapa ring yang akan dokter pasang. " kata pegawai admin.
Pak Budi langsung terhuyung mendengar jumlah nominal yang harus dibayar untuk biaya operasi istrinya.
"Darimana uang sebanyak itu? " gumamnya.
"Tidak apa-apa, Pak. Saya yang akan bayar. "
"Be... benarkah? Apakah Rafi sudah memberimu uang bulanan? " tanya pak Doni, kali ini matanya terlihat berbinar.
"Tidak, mas Rafi sepertinya lupa meninggalkan uang bulanan untukku. Pakaii uang tabunganku saja dulu, nggak apa-apa. Lagi pula sekarang Ibu mas Rafi juga sudah aku anggap ibuku sendiri. " kata Luna.
Mata Pak Doni berkaca-kaca, terharu mendengar ucapan menantunya itu. Tidak disangka Luna begitu baik, mau mengorbankan uang tabungannya di hari pertama pernikahan mereka.
"Dasar anak payah, bagaimana dia bisa lupa meninggalkan uang bulanan untuk istrinya. " gerutu pak Doni sambil membubuhkan tanda tangannya.
"Tidak apa-apa pak. Mungkin karena mas Rafi lupa, karena tadi dia kan terburu-buru. " Luna mencoba mengerti keadaan Rafi saat itu.
"Ya sudah, Ayo. Kita tunggu ibumu di depan ruang operasi. "
Setelah melakukan pembayaran awal, Luna dan Pak Doni segera menuju ke ruang operasi untuk menunggu proses operasi yang dilakukan kepada Bu Endah. Dengan perasaan khawatir dan cemas.
"Nanti kalau Rafi sudah sampai, Aku akan bilang padanya untuk mengganti uang yang sudah kamu keluar kan untuk biaya operasi ibunya. Dan mengingatkannya agar memberimu uang bulanan. " Kata Pak Doni, yang merasa sungkan dengan Luna karena sudah mau membayar biaya operasi istrinya.
Luna hanya tersenyum dan mengangguk. Dalam hatinya dia ikhlas, karena sudah menganggap Bu Endah sudah seperti ibunya sendiri, tapi jika memang uang itu nantinya dikembalikan, maka dia akan menerima dengan senang hati.