Savana Mahesa (20tahun) mencintai Adrian Santoso (27tahun).
mereka dijodohkan oleh kedua orang tuanya,
tak ada yang bisa menolak kesepakatan itu selain dari pada kedua belah pihak.
Adrian membenci Savana yang selalu mengejarnya, karna prinsipnya adalah sejatinya wanita adalah dikejar bukan mengejar.
Savana menghalalkan segala cara agar bersama dengannya, membujuk kedua orang tua Adrian agar dijodohkan.
orang tua Adrian yang begitu menyayangi Savana akhirnya setuju dengan sarannya.
tapi setelah hari kematiannya, jiwanya tersangkut dan tidak sampai pada alam baka,
memohon pada Tuhan agar diberi kesempatan ke dua untuk menjalani kehidupan yang baik, dan berjanji tidak akan mengusik Adrian lagi, dan pergi sejauh mungkin dari kehidupan Adrian, itu adal tekadnya.
tapi bagaimana jadinya jika Adrian malah tidak ingin melepaskannya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
resmi jadian
kelas yang tadinya ramai itu seketika hening dan wahasiswa lainnya kembali ketempat duduk masing-masing, Rina berbalik dan melihat dosennya, yang saat ini sedang meletakkan tasnya di meja,
Rina menepuk kening dan berbisik ditelinga Savana,
"kenapa tidak bilang sih kalau yang mis Janet yang mengajar dikelas hari ini, aku kan mulai mengantuk, huaam"
ucap Rina mulai menguap dan menggosok matanya.
"lalu apa yang kamu lakukan jika tau dia yang masuk hari ini"
Savana bertanya.
"tentu saja aku memilih tinggal di kantin hingga jam mengajarnya selesai"
"kamu tuh kebiasaan ya! ada masalah apa sih?"
Tanya Savana pada Rina yang sedang cemberut kesal,
"malas aja"
"Anak anak silahkan isi Absennya!" titah mis Janet.
Wahasiswa pria berdiri dan melangkah mengambil absen tersebut lalu mulai mengisi dan mengoper teman temannya.
kelas berakhir.
ketika mis Janet selesai memberi materi, dia bertanya,
"apakah ada yang belum mengerti sampai disini?"
Dan dijawab tidak serempak,
"baiklah karena tidak ada pertanyaan saya tutup pertemuan hari ini, dan sampai bertemu kembali rabu depan.!"
Ucap mis Janet membereskan tas dan berjalan keluar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
ketika kelas berakhir, Savana mengatakan pada Rina untuk menunggunya di tempat dia akan menginap, dan kemudian akan menyusul nantinya.
Savana mengemudikan mobilnya ke tempat dimana dia sedang membuat janji temu dengan teman kencannya.
Sesampainya di cafe, Savana memarkirkan mobilnya, dan mengetik pesan pada seseorang di ponselnya,
(dimeja berapa?)
(25) isi pesan itu.
Savana membatin,
mungkinkah dia menunggu sudah terlalu lama, hingga pesannya pun dibalas secepat kilat
menggeleng kepala,
ketika Savana masuk kedalam cafe, netra nya mencari nomor yang ada dipesan tadi.
(25 yah itu dia) batinnya. dia melihat punggung pria yang tidak asing pikirnya, melangkah perlahan tanpa menimbulkan suara, berhenti tepat dibelakang pria tersebut mengulurkan tangan dan menepuk pelan punggung pria itu,
Seketika tubuhnya kaku ketika pria itu berbalik.
"D-dean benar kan?"
bertanya memastikan penglihatannya.
Dean tertawa melihat kearahnya,
"hai Savana ternyata benar yah itu kamu!"
Savana duduk di kursi cafe tepat didepan Dean, pandangan keduanya bertemu,
"hahaha"
Tertawa secara bersamaan.
Savana tertawa, tidak habis pikir ternyata teman kencannya adalah Dean, dia kemudian membatin,
sepertinya Dean adalah kandidat yang tepat, tapi masalahnya adalah apakah Dean akan menerima tawarannya
Dean terlihat menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Savana katakan sesuatu!"
"Dean, apakah sebelumnya kamu tahu ini aku?"
Selidik Savana, matanya memicing kearah Dean.
"hanya menebak saja sih, dan ternyata benar itu kamu, gadis kaos sobek hehe"
"baiklah aku langsung saja ya! mengapa aku disini sekarang?"
Kesal Savana prihal kaos.
"Dean aku sedang butuh pacar, mau kan kamu jadi pacarku?"
Savana mengatakan ini dengan mata berkedip kedip genit.
Dean terkejut lalu terkekeh dengan perubahan ekspresinya yang tadinya terlihat kesal dan tiba tiba saja berubah menggemaskan dan menggoda itu,
"kenapa kemarin tidak bilang coba kalau kamu butuh pacar"
Ucap Dean menyeduh jus yang dia. pesan tadi.
"Dean ini mendadak dan darurat" ucap Savana memelas.
..."uhuk uhuk"...
Terbatuk mengambil tissue yang disodorkan Savana padanya.
"jadi aku kamu jadikan pacar darurat? "
Bertanya dengan tidak percaya. "jelaskan alasannya"
Ucap Dean memalingkan wajah.
Savana menjelaskan detail nya tentang perjodohan dan sikap Adrian padanya meski tidak keseluruhan dari ceritanya.
"kamu mau kan membantuku?" mohon Savana.
"aku akan membantu tapi Savana, aku ingin hubungan kita sungguhan bukan kebohongan"
Adrian berucap tegas dan menatap tajam matanya.
Savana sedikit terkejut dengan perubahan ekspresinya, kemudian dia berpikir
tidak salahkan aku mencobanya? jika memang cocok ya teruskan dan kalau seandainya dia tidak memiliki kecocokan ya sudah cukup diakhiri tidak masalahkan?
Seketika hati dan pikirannya bekerja sama.
"Setuju,"
Tersenyum dan Dean terpaku melihat senyum secerah mentari itu,
cantiknya pacarku
Batinnya menjerit dan menggigit sedotan di bibirnya.
walupun terpaksa