“Mama, dadan Luci atit, nda bita tatan ladi. Luci nda tuat..."
"Luci alus tatan, nda ucah bitala dulu. Abang Lui nda tuat liat Luci nanis,” mohon Rhui berusaha menenangkan adik kembarnya yang tengah melawan penyakit mematikan.
_____
Terasingkan dari keluarganya, Azayrea Jane terpaksa menghadapi takdir yang pahit. Ia harus menikah dengan Azelio Sayersz, pimpinan Liu Tech, untuk menggantikan posisi sepupunya, Emira, yang sedang koma. Meski telah mencintai Azelio selama 15 tahun, Rea sadar bahwa hati pria itu sepenuhnya milik Emira.
Setelah menanggung penderitaan batin selama bertahun-tahun, Rea memutuskan untuk pergi. Ia menata kembali hidupnya dan menemukan kebahagiaan dalam kehadiran dua anaknya, Ruchia dan Rhui. Sayangnya, kebahagiaan itu runtuh saat Ruchia didiagnosis leukemia akut. Keterbatasan fisik Rhui membuatnya tidak bisa menjadi pendonor bagi adiknya. Dalam upaya terakhirnya, Rea kembali menemui pria yang pernah mencampakkannya lima tahun lalu, Azelio Sayersz. Namun, Azelio kini lebih dingin dari sebelumnya.
"Aku akan melakukan apa pun agar putriku selamat," pinta Rea, dengan hati yang hancur.
"Berikan jantungmu, dan aku akan menyelamatkannya.”
Dalam dilema yang mengiris jiwa, Azayrea harus membuat pilihan terberat: mengorbankan hidupnya untuk putrinya, atau kehilangan satu-satunya alasan untuknya hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11. BERTEMU REXAN 2
“Tamu nama tapa?” tanya Rhui setelah kelompok jahat itu pergi, tapi Rhui masih tak berani keluar. Mereka mungkin saja akan kembali.
“Lejan, Papa,” jawab Rexan sambil mengusap matanya dan mulai tenang.
“Lui, nama tu Lui, butan Papa.”
Rexan memiringkan kepala sedikit.
“Tapi nama Papa tuh Papa Jilo, butan Lui,” kata Rexan heran.
Rhui pun mendesis. Ia gemas pada kepolosan Rexan.
“Dibilanin nama Lui, butan Papa tamu!” sentak Rhui marah sedikit.
“Butan, Papa? Tapi muta milip Papa Jilo, tamu tapa?” Tunjuk Rexan bertanya. Ia mulai paham anak itu bukan Ayahnya yang menjadi kecil.
“Lui, anak Mama Jela. Tamu napa di cini?” Rhui bertanya dengan tatapan tajam.
“Lejan, telcecat, nda tau pulang,” lirih Rexan menunduk.
“Napa bica telcecat?” tanya Rhui heran.
“Nda tau, Kakak,” jawab Rexan membuat Rhui terlonjak.
“Nda ucah pandil Kakak, tita nda codalaan!” sentak Rhui mendengus membuat Rexan menunduk lagi. Sedih.
“Lejan talah apa? Napa temua na benci Lejan? Napa nda ada yang tayang tama Lejan? Hik…” Akhirnya, anak itu menangis lagi membuat Rhui merasa bersalah. Ia pun mengerti mengapa Rexan bisa tersesat karena tak ada yang peduli.
Rhui mengangkat satu tangannya, mengusap cepat air matanya yang entah mengapa tiba-tiba menetes.
Sontak, Rexan mengangkat wajahnya melihat tangan terulur untuknya. Ia tatap Rhui yang menatapnya dengan kasihan, berbeda dari sebelumnya.
“Cini itut tama atu taja, ental Mama Lui yang batuin tamu caliying Papa Jilo,” ajak Rhui bermaksud membantunya.
Rexan menerima uluran tangan Rhui. Ia berdiri sambil tersenyum senang. “Maacih, tamu tupana baik nda jahat pelti teman-teman di cekolah,” ungkap Rexan membuat Rhui semakin bersalah karena nasib mereka sangat jauh berbeda. Anak orang kaya seharusnya banyak teman, tapi Rexan justru dirundung teman sekolahnya.
“Tita mau temana?” tanya Rexan berjalan di samping Rhui sambil memegang erat tangan Rhui. Dua anak itu berjalan beriringan. Mereka terlihat selayaknya saudara kembar.
“Mau…”
Belum sempat Rhui bicara dan keluar dari pintu masuk gang, Rhui berhenti melihat dari kejauhan sekelompok berjas hitam tengah menuju ke arah mereka.
“Napa benti?” tanya Rexan heran lalu terkejut melihat Rhui melepaskan genggamannya.
“Tamu alus lali! Ada olang dahat mau cini! Butuan lali!” ucap Rhui mendorong Rexan agar kembali ke tempat persembunyian mereka.
“Napa alus…”
BRUK!
Tak punya pilihan, Rhui mendorong Rexan. Ia berlari meninggalkannya sehingga para gangster itu beralih mengejar Rhui yang tidak memakai masker. Karena wajahnya yang mirip Rexan, mereka mengira sasarannya adalah anak itu.
Rexan kembali menangis karena sikunya berdarah. Apa lagi Rhui meninggalkannya. Namun, tiba-tiba ia gemetar ketakutan melihat seorang pria bertubuh besar nyaris menutupinya dari sinar matahari. Rexan menutup mata, tak berani menatap orang itu sebab perawakannya mengingatkannya pada Ayahnya yang dingin dan menakutkan. Namun, begitu orang itu bicara, ketakutan Rexan runtuh.
“Aduh, Rhui, kenapa bisa ada di sini? Astaga, sikumu sampai berdarah? Sini, ikut Paman. Mamamu sudah dari tadi mencarimu, loh,” ucap Arzan dengan hati-hati menggendong Rexan.
“Heh, bajumu kenapa bisa beda? Ganti baju di mana?” tanya Arzan heran. Tapi Rexan tak menjawab karena anak itu kembali menangis membuat Arzan semakin heran sebab Rhui tak secengeng itu. Rhui sering jatuh, tetapi Rhui mampu menahan sakitnya. Bagi Rhui, anak laki-laki tidak boleh cengeng dan harus kuat.
ABANG!
Ruchia langsung memeluk Rexan, ia sama cengengnya dengan Rexan yang mudah menangis. Rea tak tinggal diam. Wanita cantik itu memeluk kedua anaknya.
“Syukurlah, kamu baik-baik saja, sayang.”
Deg Deg Deg!
Tangis Rexan terhenti kala mendengar kalimat itu terucap, ditambah pelukan Rea yang hangat dan menenangkan.
“Lui dari mana saja?” tanya Rea mengusap-usap wajah Rexan yang kotor. Sedangkan Ruchia, gadis mungil itu mengerutkan dahi melihat baju Rexan yang beda.
“Abang, napa dajuna beta?” tanya Ruchia. Rexan pun hendak bicara bahwa ia bukan Rhui, tapi Rea kembali memeluknya sehingga Rexan tak sempat membuka mulut.
“Lain kali jangan pergi sembarang, sayang. Mama tidak mau kehilangan kalian,” bisik Rea mengeratkan pelukan.
Arzan tersenyum senang melihat Rea berkumpul dengan anak-anaknya lagi. Ia juga lega karena luka Rexan tidak parah, hanya luka lecet.
Rexan mengigit bibir. Hati kecilnya bergemuruh. Entah mengapa, ia seolah menemukan sesuatu yang selama ini ia rindukan.
Mama.
_________
BRAK!
Pintu ruang kerja dibuka secara dadakan oleh Jeremy. Pria itu masuk dengan raut muka penuh amarah.
“KAK!” teriak Jeremy menggebrak meja, tapi pria dingin di depannya tak mengubah ekspresi datarnya, seolah sudah terbiasa dengan tindakan adiknya itu.
“Aku benar-benar nggak habis pikir sama kau, Kak! Anakmu hilang, tapi kau masih duduk santai di sini? Apa kau tak bisa sedikit mengkhawatirkan Rexan?! Dia darah dagingmu, dia anakmu, dia membutuhkanmu, Kak! Bukan sikap acuhmu!” marah Jeremy berapi-api.
Azelio membuang muka, napasnya terhembus pelan lalu menatap tajam adiknya itu.
“Berhenti melotot seperti itu. Rexan sudah ditemukan oleh anak buahku,” katanya tanpa nada, nada suaranya sedatar jalan tol. Ia tunjukkan foto anak buahnya yang berhasil menemukan putranya.
Raut muka Jeremy sedikit berubah tenang, tapi ia tetap kesal pada Azelio, terutama sikapnya yang dingin itu.
“Kalau begitu, bawa dia pulang, Kak!” pinta Jeremy membuat Azelio memicingkan mata.
“Kau yang ajak dia, jadi kau sendiri yang bawa pulang,” ucapnya menolak halus. Jeremy mengepalkan tangan, hendak menarik kerah kemeja Azelio. Ia sudah tak bisa menahan kekesalannya. Ia ingin semua emosinya tersampaikan saat itu juga. Ingin rasanya memukulnya agar Azelio sadar akan statusnya sekarang adalah seorang Ayah bukan hanya seorang Bos Besar.
Mendadak, Azelio berdiri saat mendapatkan panggilan dari rumah sakit.
“Tunggu, kau mau kemana?” Tahan Jeremy.
“Ck, Emira pingsan. Ini gara-gara kau yang tidak becus menjaga bocah itu!” Tunjuk Azelio marah lalu bergegas menuju ke rumah sakit.
“Arghhh!” racau Jeremy memukul meja lagi. Sungguh tak habis pikir sikap Azelio yang berbeda pada Emira.
“Andaikan waktu bisa terulang, biar aku saja yang nikah sama Rea.” Jeremy menunduk sedih, ia merasa menyesal tidak menawarkan diri untuk menggantikan Azelio dulu. Jika saja ia yang menikahi Rea, kehidupan wanita itu mungkin tidak akan semenyedihkan ini.
Rea, kau di mana?
srmoga saja fia mau, wlu pyn marah dan kesal pada kelakuan papa ny
tapi ingin menyelsmat kan putri ny darimaut
maka ny dia marsh sambil ngebrak meja 😁😁😁
songong juga nech si Ron2.
henti kan kegilaan mu Rhui, utk memberi pelajaran dan menghancue kan perusahaan ayah mu
jika bukan Luna dan Celina...
Emira hafis baik, dia tdk akan mauenikah dengan mu, katena ituenyakiti jati afik ny Rea.
paham kamu..
kokblom keliatan.
jarus kuat. pergi lah sejauh mungkin, dan utup indentitas mu, agar yak afa yg bisa menemu kan mu Rea.
biar kita lihat, sampai do mana sifat angkuh nu ny si Azeluo
sama2 farah mafia