NovelToon NovelToon
The Forgotten Princess Of The Tyrant Emperor

The Forgotten Princess Of The Tyrant Emperor

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Mengubah Takdir / Raja Tentara/Dewa Perang / Putri asli/palsu
Popularitas:102.3k
Nilai: 5
Nama Author: Demar

Sejak usia tujuh tahun, Putri Isolde Anastasia diasingkan ke hutan oleh ayahandanya sendiri atas hasutan selir istana. Bertahun-tahun lamanya, ia tumbuh jauh dari istana, belajar berburu, bertahan hidup, dan menajamkan insting bersama pelayan setia ibundanya, Lucia. Bagi Kerajaan Sylvaria ia hanyalah bayangan yang terlupakan. Bagi hutan, ia adalah pewaris yang ditempa alam.
Namun ketika kerajaan berada di ujung kehancuran, namanya kembali dipanggil. Bukan untuk dipulihkan sebagai putri, melainkan untuk dijadikan tumbal dalam pernikahan politik dengan seorang Kaisar tiran yang terkenal kejam dan haus darah. Putri selir, Seravine menolak sehingga Putri Anastasia dipanggil pulang untuk dikorbankan.
Di balik tatapannya yang dingin, ia menyimpan dendam pada ayahanda, tekad untuk menguak kematian ibunda, dan janji untuk menghancurkan mereka yang pernah membuangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Surga Tersembunyi Imperial Agartha

Langkah-langkah Kaisar Lexus terdengar mantap di antara desir angin dan gemericik air yang kian mendekat. Anastasia masih berusaha melepaskan diri dari gendongannya, tapi cengkeraman pria itu terlalu kuat. Tidak kasar, namun tak memberi ruang untuk melarikan diri.

“Aku bisa jalan sendiri,” desisnya dengan napas sedikit memburu.

Lexus hanya menatap sekilas tanpa menjawab, terus melangkah menembus jalur yang tertutup pepohonan rimbun.

Ketika mereka akhirnya keluar dari sela dedaunan, Anastasia tertegun. Ini… bak surga tersembunyi. Hamparan alam terbentang di hadapan mereka, tempat yang bahkan matahari pun enggan untuk membuatnya layu.

Sebuah sungai jernih mengalir tenang di tengah lembah kecil, airnya memantulkan cahaya seperti kaca cair. Air terjun tinggi menjatuhkan tirai perak yang berkilau di belakang sungai. Kabut lembut menari di permukaan air, menciptakan kilauan halus seperti debu bintang yang berjatuhan.

Sungai ini dikelilingi batu-batu besar berlumut membentuk undakan alami, dihiasi oleh bunga liar berwarna ungu lembut dan biru pucat yang tumbuh di sela-selanya. Pohon-pohon ceri mengitari tepian, kelopaknya berjatuhan satu per satu ke permukaan air ikut mengalir bersama arus seperti serpihan musim semi yang tak berakhir.

Burung-burung kecil berkicau dari dahan tinggi, dan angin membawa harum segar dedaunan yang baru tersentuh embun. Tempat itu begitu tenang, seolah waktu menghormati keindahannya.

Lexus menurunkan Anastasia perlahan di tepi sungai. Ia memperhatikan bagaimana mata wanita itu membesar, bukan karena amarah melainkan pandangan takjub. Untuk pertama kalinya, wajahnya tidak diliputi kebencian atau jarak saat berada di dekatnya. Bibirnya sedikit terbuka dan mata birunya memantulkan gemerlap air.

“Tempat apa ini…” bisiknya tanpa sadar.

“Keindahan tersembunyi di balik Imperial Agartha,” jawab Lexus pelan. “Tidak banyak yang tahu tempat ini.”

Anastasia menatapnya sekilas, tapi kali ini tak ada ejekan di matanya. Ia berjongkok, menyentuh permukaan air yang dingin dan jernih. Butiran air memantul di ujung jarinya, menciptakan lingkaran-lingkaran kecil di atas sungai.

“Indah sekali,” gumamnya.

Lexus memperhatikan ekspresi itu begitu lembut, tulus, dan hidup. Seolah semua tembok dingin yang biasa ia bangun di sekeliling dirinya runtuh dalam sekejap.

Ia menatap lama, nyaris lupa bernapas. “Sekarang aku mengerti,” ucap Lexus perlahan.

Anastasia menoleh, alisnya terangkat samar. “Mengerti apa?”

“Kenapa angin selalu berusaha menyentuhmu.”

Hening.

Anastasia mengalihkan pandangan ke arah lain seolah tidak mendengar kalimat itu. Ia duduk di tepi batu besar, menatap air terjun yang jatuh deras. Angin lembut meniup helaian rambutnya, membuat beberapa helai menempel di pipinya yang dingin.

“Tempat ini…” katanya perlahan, “terlalu damai untuk berada di bawah kekuasaan yang terus berperang.”

Lexus yang berdiri tak jauh darinya, menatap ke arah yang sama. “Kekuasaan tidak bisa hidup tanpa perang. Dunia hanya menghormati mereka yang memegang pedang, bukan pena.”

Anastasia menoleh sedikit. “Dan itulah kenapa dunia tak pernah belajar.” Nada suaranya datar, tapi setiap katanya menembus seperti bilah halus. “Kau berperang untuk mempertahankan kekuasaan, tapi lupa semakin banyak yang kau taklukkan, semakin besar pula yang harus kau lindungi.”

Lexus mengangkat alis. “Kau berbicara seperti jenderal, bukan putri.”

“Putri?” Anastasia tersenyum tipis, menatap refleksi air. “Aku tidak tahu bagaimana seharusnya seorang putri hidup. Yang kutahu, dunia politik tidak kalah bengis dari medan perang.”

Lexus terdiam sejenak. Ia berjalan mendekat, melipat kedua tangannya di belakang punggung.

“Kau bicara tentang strategi seolah sudah pernah memimpin perang.”

Anastasia mengangkat kepalanya, tatapannya tenang tapi tajam. “Perang bukan selalu tentang pedang dan darah, Lexus. Kadang perang itu terjadi di balik senyum, di antara surat-surat perintah, atau di dalam ruang rapat yang sunyi. Seorang kaisar pun bisa menang tanpa perlu menyalakan api atau justru kalah tak menemukan air.”

Lexus menatap Anastasia lama. Kata-kata itu tidak hanya menunjukkan pemikiran yang matang, tapi juga kedalaman pikiran yang jarang ia temui, bahkan di antara para penasihat kerajaan.

“Menarik,” katanya akhirnya. “Kau bicara seperti seseorang yang sudah melihat banyak hal… terlalu banyak untuk seorang gadis yang diasingkan lebih dari sepuluh tahun lamanya.”

“Pengalaman bukan soal usia,” jawab Anastasia tanpa ragu. “Kadang, penderitaan mengajarkan lebih cepat daripada waktu.”

Angin berhenti sesaat, dan yang tersisa hanya suara air terjun. Lexus memperhatikan wajah wanita itu, tidak lagi dengan pandangan marah atau ingin menundukkan tapi seperti seseorang yang baru menyadari betapa dalam lautan yang selama ini ia kira dangkal.

Suara gemericik air jatuh dari tebing batu, membentuk kabut lembut di udara.

“Kau tahu,” kata Anastasia pelan, “aku sering bertanya-tanya… apa arti menjadi penguasa besar, bila rakyatmu kelaparan?”

Lexus yang berdiri tak jauh di belakangnya hanya diam.

“Di luar gerbang istana,” lanjutnya, “aku pernah melihat anak-anak berebut remah roti di pasar, sementara para bangsawan menari di aula istana. Aku melihat sekelompok orang menjarah mengatasnamakan kaisar. Aku juga melihat anak-anak sakit namun tak punya biaya untuk pergi ke tabib. Para petani kebingungan bagaimana cara bercocok tanam di tanah tandus dan gersang.” Tatapan Anastasia beralih padanya dingin, penuh cemooh halus. “Hal kecil, yang bahkan kau tak bisa atasi.”

Kaisar Lexus menatapnya lama, sebelum menjawab dengan suara rendah yang bergema di antara suara aliran air. “Aku tahu semua yang kau lihat.”

Anastasia tertegun, alisnya terangkat sedikit. “Kau… tahu?”

Lexus menundukkan kepala, seolah menyesali ucapannya. Tapi sudah terlambat, Anastasia memiringkan kepala, tatapannya tajam seperti sebilah pisau.

“Bagaimana mungkin kau tahu semuanya?” tanyanya, pelan namun penuh ancaman. “Kecuali kau pernah…” Ia berhenti di tengah kalimat, matanya melebar … seolah potongan kenangan datang bersamaan. Anastasia melangkah mendekat, menatap lurus ke mata sang Kaisar. “Jadi itu kau,” katanya datar. “Kau yang menguntitku dari balik tembok malam itu?”

Lexus menelan ludah, pandangannya goyah sesaat. “Aku hanya…”

“…mempermainkanku,” potong Anastasia cepat, nadanya berubah tajam.

Ia tertawa getir. “Jadi semua yang terjadi malam itu… kau tahu sejak awal aku pergi ke desa itu. Kau tahu aku menolong rakyatmu tapi kau tetap menghukumku…” ia terhenti, bahunya bergetar tipis, “kau menghukumku untuk kesalahan yang bahkan bukan kesalahan.”

“Anastasia…”

“Diam!” Anastasia menatapnya dengan mata penuh bara, tangannya bergetar hebat.

“Aku mulai mengira malam itu… adalah takdir,” ucapnya lirih, suaranya bergetar menahan amarah. “Tapi ternyata…” suaranya meninggi, “semua itu hanyalah permainanmu, Kaisar.”

Kaisar Lexus menegakkan tubuh, wajahnya mulai menegang. “Permainan?”

“Ya!” teriak Anastasia. “Kau memanfaatkan kesalahanku untuk memuaskan nafsumu! Apa itu caramu menunjukkan kuasa sebagai Kaisar? Dengan menodai wanita yang tak berdaya?!”

Tatapan Lexus membara. “Jaga bicaramu, Anastasia! Aku tidak pernah cabul!”

Anastasia tertawa getir. “Tidak cabul? Kau mengambil kehormatanku malam itu tanpa izinku!”

“Kau istriku!” raung Lexus, dadanya naik-turun sangat cepat. “Tidak ada yang salah bagi seorang suami untuk menghabiskan malam dengan istri sahnya!”

1
Eskael Evol
kereeennnn pool👍👍👍 ❤❤❤
Asriani Rini
Akhirnya lexus menang brrarti anastasia akan bertaha trrus fi sisi lexus jsdi prrmaisuri keduanya memang sudah di takdirkan untuk bersatu
Rafidah Ghazali
biar anaknye kembar 3..2 cowok .1 cewek gitu thour..
Ita Xiaomi
Gabba sehat kembali ya. Ntar diberi makan buah apel.
Ita Xiaomi
Berasa ikut berada di medan perang. Ikut deg-degan dan capek jg.
Ita Xiaomi
Tenang Kael ntar datang bantuan dr pasukan yg bertempur dlm senyap pimpinan Putri Anastasia. Sotoy akunya😁.
Ita Xiaomi
Anastasia dan pasukannya dr hutan Moonviel. Bakalan menyeramkan.
Ratih Tupperware Denpasar
/Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good/
Mineaa
lope lope permaisuri ku......
Lauren Florin Lesusien
nah haris gini badas permaisuri sama kaisarnya basas suka bacanya😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍
Kustri
waow waow waow.... hidup othor!?? 🏹⚔️🛡🗡

hahaaaa pria jelekk
Yunita Widiastuti
merdeeeeeeeeka💪💪💪💪
Be Mine
aku g bisa berkata² nel 🥰
Asriani Rini
Senang banget aku membaca kalau kisahnya tentang kerajaan
Eskael Evol
trmkash ya thor 🙏
seruuuu👍👍👍👍👍👍❤❤❤❤❤❤❤❤
Eskael Evol
mantap thor👍❤
btw siapa ya sir Wilhelm 🙏
Yunita Widiastuti
angin lexusss...
Kustri
mana bala bantuaaaaan... cepatlah datang!
Kustri
qu koq lali wilhem i sopo yaa🤔🤔🤔
Kustri
waduh, anas mudun ng medan perang... ati" nduk! 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!