Aura Mejalani hubungan dengan kekasihnya selama dua tahun, dan mereka sudah merencanakan sebuah pertunangan, namun siapa sangka jika Aura justru melihat sang kekasih sedang berciuman di bandara dengan sahabatnya sendiri. Aura yang marah memiliki dendam, gadis 23 tahun itu memilih menggunakan calon ayah mertuanya untuk membalaskan dendamnya. Lalu apakah Aura akan terjebak dengan permainannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
_
"Akkh... pelan-pelan Lisa!" Pekik Mario saat merasakan perih disudut bibirnya.
Lisa yang sedang mengompres Mario pun tersentak, "Ish..ini juga pelan-pelan Mario!" Katanya dengan nada jengkel.
"Lagian kenapa kamu bisa kalah sama papa kamu sih," Ucap Lisa yang masih kesal dengan kejadian tadi.
Pantatnya juga masih sakit akibat jatuh tadi, Lisa juga geram melihat papa Mario begitu perhatian dengan Aura.
"Rio, sejak kapan Papa kamu dekat dengan Aura, bukankah kamu baru memperkenalkan mereka?" Lisa yang masih penasaran dan tak percaya masih saja mencari celah kesalahan Aura.
Mario hanya menggeleng, ia menjauhkan tangan Lisa yang masih membantunya mengompres.
"Aku tidak tahu!" Ucapnya sambil menghempaskan tubuhnya pada sandaran sofa.
Mario mengingat kejadian tadi, ia tak pernah melihat sisi kemarahan ayahnya selama ini. Dan tadi adalah puncak kemarahan Haikal yang mana begitu mengerikan bagi Mario. Beruntung ayahnya memberinya ampun dan menyuruhnya pergi jika tidak mungkin ia sudah terbaring di ruang UGD.
Sedangkan Lisa tampak tak terima melihat Aura justru menggaet ayahnya Mario.
"Aku yakin Aura sengaja mendekati Papa mu hanya untuk mendapatkan fasilitas mewah dan kekayaan papamu Mario," ucap Lisa dengan pikiranya sendiri.
Baginya Aura tak lebih baik dari dirinya, Aura hanya beruntung memiliki paras cantik dan kepintaran, akan tetapi bagi Lisa Aura jauh dibawahnya.
Mario tak bergeming, otaknya tak bisa berpikir dengan jernih, kejadian tadi benar-benar di luar dugaannya.
"Mario kamu harus melakukan sesuatu!" Lisa menyentuh lengan Mario membuat pria itu mendengus.
"Lisa aku akan melakukan sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan!" Katanya dengan frustasi.
Ayahnya sudah menolak keinginannya untuk mengesahkan jabatannya, di tambah perselingkuhan yang sudah diketahui ayahnya belum lagi kesalahan yang sengaja ia buat seperti membatalkan janji. Dan tadi ayahnya sudah melihat bagaimana ia memperlakukan Aura. Mario tak bisa lagi berpikir bagaimana untuk menemui ayahnya lagi.
"Sayang," Lisa mengusap dada Mario dengan sensual, ia tidak akan membiarkan Aura menang di bawah kekalahannya. Tak mendapatkan Mario Aura juga tak akan mendapatkan ayah Mario.
"Kita akan pikirkan nanti, yang terpenting kamu harus megambil hati papamu kembali, agar kamu mencapai tujuanmu," Katanya dengan nada yang berubah lembut, jika tadi Lisa menggunakan nada kasar.
Melihat Mario yang frustasi Lisa bisa merayunya dan pasti Mario akan kembali menuruti apa yang ia katakan.
Mario menatap Lisa dengan tatapan lelah, hari ini dirinya benar-benar kacau.
"Hibur aku Lisa!" Katanya sambil meraup wajah Lisa dan menciumnya dengan kasar.
Lisa tak menolak, wanita itu begitu senang jika Mario selalu menginginkannya, dengan begitu Mario akan selalu beruntung pada dirinya dan tak akan menolak semua yang diinginkan
Emphh...
Lisa mengalungkan tangannya dileher Mario, kini tubuhnya sudah duduk di atas pangkuan Mario dengan posisi saling berhadapan.
Lisa paling bisa membuat Mario bergairah, wanita itu begitu mudah merayu seorang Mario yang minim iman untuk naik keranjang.
Ahh
Mario mendesah, saat tubuh Lisa bergerak seirama diatas miliknya yang sudah menegang, meskipun masih menggunakan pakaian tapi gairah Mario yang mudah terpancing membuat pria itu langsung turn on.
"Emhh enak sayang," Desah Lisa manja sambil menyodorkan buah dadanya.
Mario menangkup dua melon kembar Lisa dan meremasnya, membuat Lisa meleguh kenikmatan.
"Ahh yesss Baby, aku mau di hisap.." Katanya dengan nada manja bercampur gairah.
Srekk
Sekali tarik kancing kemeja Lisa langsung berhamburan, Mario tak sabaran mengeluarkan buah melon itu dari sangkarnya lalu meraup pucuk melon dengan tergesa-gesa.
"Ahh...enak sayang, bikin aku gatel..uhhh..." Keduanya tak lagi malu untuk mengungkapkan kata-kata frontal dalam hal intim, baik Lisa dan Mario sudah terbiasa dengan hal berbau rajang.
"Umm.." Lisa tak mau kalah, jika Mario begitu bersemangat menyusu padanya, maka tangan Lisa bersemangat untuk mengurut kejantanan Mario.
Keduanya bak manusia yang tak memiliki salah, sudah berselingkuh dibelakang Aura, bahkan menganiaya Aura tanpa rasa kasihan.
*
*
Di apartemen lain, Haikal baru saja membantu mengobati luka bibir Aura. Pria itu begitu lembut dan perhatian sampai-sampai membuat Aura tak nyaman.
"Om..." lirih Aura saat Haikal dengan sengaja terus mengusap sudut bibir Aura dengan ibu jarinya.
"Aura apa kau tahu," ucap Haikal dengan tatapan dalamnya.
Aura hanya bisa menggeleng, sejak tadi ia menatap wajah tampan Haikal begitu dekat, ia tak bosan memandang wajah rupawan itu yang ternyata sudah mengalihkan perasaanya.
"Melihat mu seperti ini, aku merasakan sakit di sini," Katanya sambil menyentuh sisi bagian dada.
Aura hanya bisa diam dengan tatapan lurus, menatap wajah Haikal yang menyimpan kesedihan.
"Aku, aku berterima kasih karena Om mau membantuku," ucap Aura dengan senyum hangat.
Senyum yang selalu membuat dada Haikal berdebar.
"Aku tidak merasa membantu, justru inilah yang aku inginkan," Haikal tersenyum tipis.
Namun Aura justru mengerutkan keningnya dengan tatapan bingung.
"Maksud Om?" Tanya Aura yang tidak mengerti.
Haikal yang semula berjongkok didepan Aura, kini berpindah duduk disisi gadis itu.
"Ini semua..." Haikal menunjukan beberapa foto Mario dan Lisa, "Aku sengaja mengambilnya," katanya lagi.
Aura megambil foto yang di tujukan Haikal, membuat senyum miris dibibirnya.
"Saat di bandara, aku juga yang mengaturnya Aura."
Deg
Aura langsung menatap Haikal penuh tanda tanya, yang mana membuat pria itu menatap intens wajah Aura.
"Aku sengaja menunjukan perselingkuhan mereka didepan mu, dan aku menawarkan bantuan itu agar aku bisa dekat dengan mu,"
Mata Aura semakin lekat menatap wajah Haikal, otaknya berpikir keras mencari jawaban atas semua kejadian yang berhubungan dengan Haikal. Namun saat menemukan hal itu Aura tak yakin jika atasanya ini menyukainya.
"Aura," Haikal mengambil tangan Aura dan menggenggamnya, "Aku menyukaimu," katanya lagi dengan nada lirih.
Tak ada respon, bahkan wajah Aura terlihat menegang, Aura tidak tahu harus bersaksi seperti apa, ini terlalu mengejutkan untuk nya.
"Aku melakukan semua itu, karena aku menyukaimu, aku tidak ingin kamu disakiti Mario." Katanya lagi.
"Tapi Mario putramu Om,"
Haikal terseyum masam, lalu kepalanya menggeleng, "Dia bukan anak kandungku,"
Deg