Transmigrasi Saviera

"Kenapa dia mengetahui informasi tentang gue sejauh itu?" gumam Saviera bingung.

Saviera yakin kalau William bukanlah orang yang mudah untuk di taklukkan dan terlalu banyak rahasia tentang kehidupan William.

"Saya bisa mendapatkan informasi mu melalui kelompok mafia yang saya pimpin" ucap William santai sambil melihat ke arah pantai.

"Apa anda pemimpin kelompok mafia Dragon?" tanya Saviera menerka-nerka, karna tidak mungkin kelompok mafia di bawah dirinya yang berhasil mencari tahu siapa dirinya.

"Tepat sekali" jawab William sambil tersenyum ke arah Saviera.

Jawaban William cukup membuat Saviera terkejut, pasalnya ia sudah lama mencari informasi pemimpin kelompok mafia nomor satu itu. Siapa sangka orang yang di carinya sudah berada di dekatnya sejak lama.

"Tidak perlu terkejut," ucap William melihat ekspresi Saviera.

"Hmm,,, lalu apa tujuan anda membantu saya?" tanya Saviera.

"Tujuan saya? Yaitu kamu Saviera" ucap William seraya memegang tangan Saviera erat.

Ada perasaan yang tidak dapat Saviera artikan tapi Saviera pernah mengalami perasaan itu di saat ia jatuh cinta kepada laki-laki penghianat itu. Ketika Saviera mengingat kisah percintaannya yang sangat tragis membuat Saviera memiliki rasa trauma untuk jatuh cinta kembali.

"Jika tujuan anda adalah saya, lebih baik anda lupakan saja itu,,, karna saya tidak akan pernah membuka hati untuk siapapun" tegas Saviera sambil menarik tangannya dari genggaman tangan William, namun sayangnya genggam William lebih kuat dan tidak bisa di lepaskan.

"Sama seperti genggaman ini, kamu tidak bisa saya lepaskan untuk kedua kalinya,,, memang kamu memiliki pengalaman buruk tentang percintaan bersama laki-laki lain, namun bukan berarti saya akan sama dengan laki-laki itu,,, jadi tolong beri saya kesempatan" ucap William tidak akan mengulangi kesalahannya untuk kedua kalinya.

"Terserah apa kata anda tuan William" ucap Saviera.

"Dari jawaban mu itu, saya dapat artikan kalau kamu menerima saya" ucap William.

Sedangkan Saviera sendiri tercengang dengan apa yang dikatakan William barusan. Ia merasa dirinya sudah menolak William secara tegas tapi mengapa laki-laki di hadapannya itu mengartikan jawabannya barusan pertanda ia setuju.

"Saya tidak pernah mengatakan ia" ucap Saviera membantah perkataan William.

"Memang kamu tidak pernah mengatakan ia, bukannya perempuan jika keluar kata-kata terserah berarti lebih berat ke ia?" ucap William.

"Sepertinya anda sangat paham dengan perempuan?" ucap Saviera.

"Tidak, saya baru mempelajarinya saat saya ingin mendekatimu waktu jiwamu masih di raga aslimu" ucap William.

Saviera tidak menyangkan kalau seorang William mau mempelajari tentang perempuan padahal banyak perempuan yang merangkak ke hadapannya untuk di jadikan pasangan tanpa perlu William mempelajari sifat perempuan.

Kruyuk,,,kruyuk

"Hahahahah,,, kamu lapar?" tanya William saat mendengar suara perut milik Saviera

"Sedikit" ucap Saviera malu karna perutnya yang mengeluarkan suara yang sangat keras itu.

"Ayok kita cari makan" ucap William dengan tangannya terus menggenggam tangan Saviera.

Saviera tidak menolak ajakan William, karna saat perutnya membutuhkan asupan dan di tambah lagi Saviera belum mengenal lokasi pantai yang ia kunjungi bersama William.

William terus menggenggam tangan Saviera. Saat sampai di parkiran mobil, William langsung membukakan pintu mobil agar Saviera dapat memasuki mobilnya. Hal romantis yang di lakukan William membuat perasaan Saviera semakin tidak karuan, namun perasaan itu ia kubur sedalam-dalamnya.

Di dalam mobil, William menyalakan musik. William memutarkan lagu yang berjudul "Suka Sama Kamu". William sengaja memutarkan lagu itu agar apa yang ia rasakan dapan di pahami oleh Saviera.

Saviera yang mendengar lirik lagu itu cuma bisa memasak wajah datar, ia akui dirinya dapat memahami apa maksud dari William memutarkan lagu itu, tapi Saviera tidak ingin jadian lalu terulang untuk kedua kalinya.

Setelah lagu pertama selesai di lanjut dengan lagu selanjutnya dengan judul "Halalkanmu", Saviera yang mendengar lirik lagu itu sudah tidak bisa lagi memasang wajah datarnya, karna lagu itu bermakna kalau seorang laki-laki akan menghalalkan kekasihnya dan itu seperti pesan yang di sampaikan William kepada Saviera kalau William tidak akan main-main dengan Saviera.

Setelah lagu kedua selesai, mereka berdua pun sampai di sebuah rumah makan biasa. Saviera melihat ke arah William, apakah William akan makan di sini? Karna menurut Saviera orang seperti William lebih suka makan di cafe atau restoran berbintang.

"Apa kita akan makan di sini?" tanya Saviera.

"Ya,,, di sini makannya enak dan pemandangan yang di sajikan juga bagus" ucap William.

"Apa anda pernah makan di sini?" tanya Saviera.

"Ya,,, dulu jika saya berkunjung kepantai tadi saya tidak lupa mampir ke rumah makan ini untuk makan,," ucap William.

"Hmmm" ucap Saviera tidak bertanya lagi.

Kali ini Saviera memutuskan untuk keluar dari mobil dengan sendiri, karna menurut Saviera kalau di bukakan oleh William akan memakan waktu persekian detik dan waktu itu bisa di manfaatkan untuk segera kedalam untuk memesan makanan.

Sebelum memasuki rumah makan, William menggenggam tangan Saviera. Saviera tidak menolak genggaman tangan William karna Saviera merasa genggaman tangan William sangatlah berguna bagi dirinya.

"Mang pesan seperti biasa ya, tapi dua porsi ya mang" ucap William yang sudah akrab dengan pemilik rumah makan itu.

"Den William,,, mamang kira aden gak akan berkunjung lagi ke sini,, tapi sekarang aden udah ada perubahanya ya dari dulu" ucap mang Cecep si pemilik rumah makan.

"Kalau saya ke pantai pasti saya ke sini untuk mengisi amunisi mang,, saya rasa saya masih sama seperti yang dulu mang" ucap William ramah.

"Aduhhh,,, beda dong den, dulu ke sini sendiri sekarang udah berdua sama neng cantik pula" ucap mang Cecep memuji kecantikan Saviera, Saviera yang di puji pun tersenyum ramah ke arah mang Cecep.

"Hahaha ia mang, cantik banget malahan mang,,," ucap William sambil melihat ke arah Saviera tanpa melepaskan genggaman tangannya. Saviera yang di tatap pun langsung salah tingkah di buat oleh William.

"Ia den,, ya sudah aden tunggu saja di dalam, biar makananya mamang siapkan" ucap mang Cecep lalu di angguki oleh William.

Saviera pun mengikuti langkah kaki William yang mengajaknya duduk di meja kosong yang terdapat di bagian pojok dari rumah makan itu. Dari tempat duduk mereka, mereka bisa melihat betapa indahnya pantai yang baru saja mereka kunjungi.

"Saya tidak menyangka kalau orang kaya nomor satu di Asia bisa seramah itu kepada pedagang yang kalau di liat dari kelasnya pasti jauh di bawah anda" ucap Saviera.

"Saya bisa ramah kepada orang yang bisa menghargai saya dan menurut saya kamu juga merasakan hal itu" ucap William