Amira harus menelan pil pahit, ketika seorang kekasih yang selama ini dia sayangi harus bersanding dengan sahabatnya sendiri, dengan alasan cintanya sudah habis dengannya, bahkan selama satu tahun ini sang kekasih bertahan karena berpura-pura dan tanpa terpikir panjang lelaki yang bernama Arya itu mengakhiri begitu saja hubungannya dengan Amira di saat yang bersamaan Amira ingin memberi kejutan kalau dia tengah mengandung benih kekasihnya itu. Akankah Amira sanggup membawa pergi benih dari mantannya itu? nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Semua terkejut dengan ucapan dari Amira, karena memang motor anaknya itu cenderung masih baru mana mungkin ada kerusakan, kalau tidak ada tangan iseng yang melakukan itu.
"Iya Mir, kayaknya gak mungkin Rem Afif blong begitu saja, kalau begitu kita harus menyelidiki di sekolah," ujar Ana.
"Baiklah kalau begitu kita tanyakan saja besok ke sekolah karena ini sudah malam," sahut Amira.
Saat ini mereka bertiga sedang menunggu Afif begitu juga dengan Regan yang ikut menunggu hingga beberapa menit kemudian seorang asisten datang untuk menjemputnya.
"Selamat malam," ucap asisten Rogan yang bernama Arga.
"Selamat malam juga," sahut semua.
"Sebelumnya minta maaf kedatangan saya kemari hanya ingin menjemput Tuan Rogan," ujar asistennya tersebut.
"Ya sudah semua kalau begitu aku ijin pulang dulu, dan untuk Afif Om pamit ya, semoga cepat sembuh," ucap Rogan.
Sedang Afif mulai mencegah tangan orang dewasa itu, Rogan dan orang di sekitarnya sangat bingung kenapa tiba-tiba gadis remaja itu menarik tangan pria dewasa itu.
"Om, terima kasih banyak sudah mendonorkan darah untuk Afif, semua orang yang ada di sini menjadi saksi kebaikan Om, dan semoga suatu hari nanti aku bisa membalas kebaikan mu ini," ucap remaja itu dengan nada yang masih lemas.
"Sayang, kau tidak usah membalasnya kau cukup berbakti saja pada ibumu, karena selama ini dia sudah menjaga dan merawat mu," terang Regan.
Sesat pria itu mulai meninggalkan tempat, hingga tinggallah, Ana, Marco, dan juga Amira, bahkan malam ini pasangan suami istri itu memutuskan untuk pulang karena masalah sudah mulai teratasi.
"Mir, kita berdua ijin pulang dulu ya, dan besok pasti aku akan suruh orang untuk menyelidiki kasus Afif," terang Ana.
"An, terima kasih banyak ya, pengertian dan pengorbanan kalian berdua sangat berarti bagi aku dan Afifah," ucap Amira.
"Kau jangan seperti ini, kaya sama siapa saja, kita ini sudah di takdirkan menjadi saudara meskipun tak sedarah, aku sudah anggap Afif sebagai anakku sendiri," ujar Ana. Lalu mulai meninggalkan tempat bersama dengan suaminya Marco.
Saat ini tinggallah Amira berdua dengan anaknya, di malam ini Amira benar-benar bersyukur, akhirnya ada pria yang baik yang mau mendonorkan darah untuk anaknya.
"Ibu," panggil anaknya itu.
"Iya Nak, ada apa?" tanya Amira.
"Bu, apa dia (Bapakku) Ibu beri tahu dengan keadaanku?" bukannya menjawab Afifah malah melontarkan sebuah pertanyaan yang sulit untuk di jawab oleh ibunya.
Sejenak Amira mulai terdiam, dia menatap wajah anaknya dengan tatapan nanar, rasanya dia tidak sanggup untuk menjawab pertanyaan anaknya itu.
"Kamu kenapa? Tanya seperti itu Nak," ucap Amira.
"Afif hanya ingin tahu saja, apa dia peduli atau malah sebaliknya mendengar kabar tentang Afif ini," terang Afif.
"Sayang, kau sabar ya, tembok pembatas antara kau dan bapakmu teramat tinggi Nak, sehingga tidak ada satu orang pun yang mampu merobohkannya," ungkap Amira, yang membuat Afif mengerti kalau ibunya sudah memberi tahu bapaknya.
"Kenapa harus seperti itu, padahal ini kesempatan baginya untuk memperbaiki hubungan kami, yang sudah lama merenggang, tapi jika memang dari pihak bapak sendiri yang tidak ingin menjenguk Afif, mau gimana lagi," sahut Afif.
"Nak, maafkan ibu ya, sudah membawa mu ke dalam masalah ibu yang begitu rumit ini," ucap Amira tiba-tiba.
"Iya Bu, aku ngerti, dan Ibu tidak boleh merasa bersalah seperti itu, Afif bangga punya Ibu sepertimu," terang anaknya itu.
"Tapi ibu merasa bersalah Nak," ucap Amira kembali.
"Seharusnya yang merasa bersalah itu dari pihak sana, karena sudah bertahun-tahun menelantarkan darah dagingnya, Afif paham kalau Afif ini terlahir dari kesalahan, tapi Afif juga pernah belajar bahwa seorang anak itu berhak mendapatkan identitas dari ayah biologisnya, meskipun secara agama anak tersebut tidak ber nasab pada ayahnya," terang Afif yang cukup mencubit hati ibunya.
"Sayang, maafkan ibu," ungkap Amira.
"Tidak Bu, gak usah minta maaf, ini bukan salah Ibu, Afif hanya kecewa dengan sikap ayah biologis ku, aneh saja aku ini darah dagingnya tapi kita layaknya orang asing, apa tidak terpikir di benaknya aku ini ada karena siapa," sahut Afif sambil menatap nanar.
Setelah berbicara cukup panjang akhirnya kedua orang itu mulai terlelap dalam mimpinya, hingga pagi menyapa.
*******
Keesokan harinya, Ana sudah menyuruh seseorang untuk menyelidiki kasus yang terjadi dengan Afif, dan ketika di selidiki lewat CCTV sekolah ternyata ada yang sengaja menyabotase rem motor Afif sehingga blong.
"Bu Ana, saya sudah menyelidiki di sekolah keponakan ibu itu, ternyata benar ada yang dengan sengaja menyabotase Rem keponakan Ibu," ucap seseorang itu di dalam panggilan teleponnya.
"Baiklah kalau begitu kau kirimkan videonya untuk menjadi bukti di kantor polisi nanti," pinta Ana segera.
Video sudah terkirim, tidak susah bagi Ana untuk mendapatkan informasi seperti ini, karena wanita itu memang terkenal banyak teman dan kenalan, sehingga dia tidak begitu susah untuk menyuruh orang menyelidiki kasus ini.
Ana pun mulai mengirim video tersebut kepada Amira karena ia masih bekerja jadinya tidak bisa untuk melapor sendiri ke kantor polisi, sehingga harus melibatkan Amira.
Amira sempat syok, ketika tahu kalau motor anaknya benar-benar sengaja ada tangan jahil yang sengaja untuk mencelakai anaknya.
"Ya Allah aku tidak menyangka anak muda jaman sekarang sangat mengerikan," ucap Amira lalu mulai berpamitan pada Afif untuk membuat laporan atas kejadian yang menimpa anaknya itu.
Amira sudah sampai di kantor polisi melaporkan semua kejadian yang menyebabkan anaknya kecelakaan, karena sudah ada bukti polisi pun langsung bertindak.
*******
Siang harinya tepatnya pukul 2 siang, polisi tiba-tiba datang ke rumah Arya, yang kebetulan di situ ada Nadine yang berhadapan langsung dengan para aparat.
"Maaf, Bu apa benar ini rumah ananda Aluna Sudibyo?" tanya polisi tersebut.
"Iya bener, Pak polisi ada apa cari anak saya," sahut Nadine dengan bingung.
"Begini Ibu kami sudah meringkus pelaku sabotase motor teman sekolahnya, dan menurut keterangan mereka berdua, anak Ibu menjadi dalang di balik kejadian ini," ungkap polisi tersebut.
Deg!!!
Nadine begitu terkejut dan tidak menyangka kalau anaknya yang di kenal cukup baik mendapatkan laporan yang seperti ini.
"Tidak Pak, anda pasti salah orang anakku tidak mungkin seperti itu," ucap Nadine sambil memundurkan langkahnya.
Bersambung ....
regan tambah keren aja bisa menghalau keluarga arya yg sok kaya itu... paling gak buat aluna dipenjara thor. biar jatuh nama baik n harga diri keluarga arya n nadine
kayaknya pa regan jodohnya Amira 🤲
nama baik kok dipertahanin dengan cara jahat....kakek sableng