Hai, kenalin aku Ririn, seorang perawat di salah satu RS ternama, suamiku seorang kepala kelasi di kapal, yaaaa.. jadi istri seorang pelaut yang sering di tinggal berlayar oleh suaminya itu sekarang aku. Saat suamiku pergi untuk berpamitan aku selalu berfikir amankah dia jangan jangan banyak wanita yg menggodanya.. Ahhh pikiranku kemana mana. Sampailah di titik kumpul dimana banyak teman dan rekan kerja suami disana yang jadi sorotan adalah ada dua wanita dengan tubuh yang seksi menghampiri kami, dan dengan pd nya dia cipika cipiki dengan suamiku. Mereka tampak sangat akrab lalu memberikan ucapan selamat atas pernikahan kami..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evy Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali ke Dokter Bagas
Seseorang memakai jas berwarna putih dari kejauhan menghampiri mobilku yang sedang terparkir. Perasaanku sedikit menjadi was was. Karena yang menghampiriku adalah Dokter Bagas..
Aku yang masih di dalam mobil terdiam langkah apa yang harus ku gunakan untuk menghindari Dokter Bagas saat ini.
Aku jadi salah tingkah sendiri di dalam mobil..
Dan tak lama Dokter Bagas mengetuk kaca mobilku.
Tokkk... Tokk... Tokkkkk..
"Rin kok ngga keluar" Ucapnya dari balik pintu mobilku
Ku buka pintu mobil dan Dokter Bagas sedikit menghindar
"Masuk bareng rin," Ucapnya
Tak ku jawab aku langsung bergegas masuk dan menuju lift, tak butuh waktu lama Dokter Bagas menyusul dan kami dalam lift yang sama.
Ada beberapa pengunjung Rumah Sakit juga.
Dokter menekan tombol lift untuk ke lantai tiga, kami saling diam di dalam lift..
Dokter Bagas yang berada di sebelahku tiba - tiba men colek tanganku. Akupun kaget, "turun di lantai berapa mbak" Ucapnya
Orang - orang sedikit melirik ke arah kami.
"Lantai tiga dok" Jawabku bosa basi
"Ohhhh, iya sama berati" Jawabnya dengan tersenyum puas
Ada beberapa yang keluar di lantai dua, dan hanya ada tiga orang. Aku, Dokter Bagas dan satu orang mas mas pengunjung RS.
"Diem aja sih rin, kenapa lagi nesunan sama suamimu.?" Tanya dokter bagas
"Hah nggak dok," Jawabku singkat
Lift pun terbuka kami sampai di lantai tiga.
"Rin, kamu marah sama aku ya." Tanya dokter bagas sambil berjalan cepat mengikuti langkahku yang menghindarinya.
" Dok jangan kaya gini, ini di lingkungan RS. Nanti kalo ada yang lihat di kira kita ada apa apa dok, orang jadi berfikiran aneh aneh, jangan buat orang berasumsi liar dong dok.!" Jawabku sambil menatapnya, bak seperti orang yang lagi marahin pacarnya.
"Emmmmm, manisnya kalo lagi marah.. Udah lega dengernya hahaha.
Bye bye ririn selamat bertugas" Ucapnya sambil meninggalkanku. Dia masuk kedalam ruangannya
"Huft, baru juga sampe udah di bikin badmood aja.!" Celotehku sendiri
Dari kejauhan ada yang merangkulku dari belakang, yaaaa jelas itu nisa
"Emmmm, kok bisa ya mbak ririn berangkat bareng sama mas dokter.?" Ujar ririn menggodaku
"Apa sihhh nis, bareng doang dari lift etdah pikiranmu itu lo" Jawabku untuk memperjelas
"Rio mana ko ngga keliatan" Tanyaku pada nisa
"Dia ijin hari ini gantian sama fia" Jawab nisa
"Owalahhh ga rame dong" Jawabku
"Rame lah rin, kan nanti jaga bareng sama dokter ganteng idamanku" Celoteh nisa
"Iya - iya Dokter gantengmu. Semangat bertugas dengan dokter idamanmu nis" Jawabku, sambil berjalan meninggalkan nisa
"Rin, kamukan deket tuh sama dokter bagas, mau dong di bantuin biar aku juga deket sama dia. Yayayayyaya" Ucap nisa merayuku
"Deket apa, kan yo sama aja kaya kalian semua," Jawabku
"Nggak, Dokter Bagas apa apa yang di cari ririn, seringnya ngobrol juga sama kamu. Ngobrol sama kita mahhh kalo senggang aja, sebutuhnya bercanda juga kadang - kadang. Itupun kalo ada kamu loh rin. Kalo aku amati sihh begitu" Ucap nisa
"Wihhhh udah kamu amati ternyata nis, udah jadi detektif kamu sekarang ya. Hemmm gur perasaanmu tok kuwi. Wesss ayoklah kerja ngedabrusss aja dari tadi."
Aku yang sedang mengisi buku scrib beberapa dokumen pasien, Dokter Bagas menghampiriku dan duduk di depanku.
"Sibuk ya mbak" Ucapnya
Membuatku kaget seketika
"Hah nggak, lagi ngisi scrib dokumen pasien" Jawabku tanpa melihatnya
"Emmm, cantiknya yang masih marah. Jangan gitu rin.! kaya gini yang buat aku gagal moveon pengen tak cubit pipimu. Tau nggak.!" Ucapnya dengan lirih ke arahku.
Aku hanya diam, dan terus fokus menjalankan pekerjaanku saat itu. Dokter bagas meninggalkanku sendiri..
Fia datang menghampiriku. "Rin, ada tugas apa" Tanya dia dengan melihatku yang masih menghadap layar komputer
"Nggak cuma ngisi data pasien aja ini ia" Jawabku kepada dia
"Ehhh rin, kayanya dokter bagas tuh suka deh sama kamu, kalo aku lihat cara dia menatap kamu tadi kaya beda tauk rin." Ucap fia sambil menyenggol tubuhku
"Hah masa to ia, cuma perasaanmu.. Tatapanya emang gak sama kalo natap kamu sama yang lain. Kan yo sama aja to ia" Jawabku.
"Heleh ngandani kok ririn, yo cuma di eyelin doang" Jawab fia
"Udah ahhhh senenge pada berhalusinasi kok, aku ki istri orang lo woy. Aku ini udah nikah" Jawabku
"Iya iya yang udah nikah, yang istrinya orang bye" Fia meninggalkanku
Pukul lima sore, kami berempat duduk dan ngobrol santai. Dokter bagas, aku, fia dan nisa.
Nisa yg orangnya cerewet ada aja bahan buat di omongin, sampai membahas hal santet, dan dia percaya bahwa itu ada..
fia bilang gak ada dan gak percaya dengan hal - hal seperti itu.
Dan mereka menatap tajam ke arahku yang hanya diam sedari tadi, ririn.. Mereka mencari dukungan. Aku jawab "nggak percaya"
Lalu Dokter Bagas hanya tersenyum dan berkata " Kalian di sini pasti menyadari betapa dahsyatnya mata kita, keindahan irisnya, kemampuan menyerap dan menolak cahayanya, kekuatan ratusan megapikselnya, dan kemampuan mengolah warnanya."
kami mendengarkan.
"Pertanyaannya, jika mata kita begitu luar biasa, apa yang dimaksud dengan ghaib? Apa hal-hal yang tidak terlihat itu.? Apa batasan mata kita?" tanya dokter kepada kami
kami mencerna pertanyaan dari dokter
Kembali dokter menjelaskan
"Contohnya, bintang pada siang hari, Jelas ada tapi kita tidak bisa melihatnya. Bukti bahwa kita butuh cahaya untuk melihat, tetapi semakin banyak cahaya, justru semakin sedikit yang dapat kita lihat."
Nisa menimpali, "benar juga, dok, kalau ada lampu mobil mendekat, semakin dekat dan semakin silau cahayanya, aku gak bisa lagi melihat bentuk mobil tersebut."
Ku lihat dokter bagas yang semakin semangat, dengan topik kali ini.
"Iya, nis, terlalu banyak yang jelas-jelas ada tapi tidak bisa kita lihat melalui mata ini. Kita enggak bisa lihat listrik, padahal listrik itu ada. Kita enggak bisa melihat energi, padahal energi itu ada. ada begitu banyak hal yang belum kita ketahui, padahal sudah ada, hanya karena keterbatasan mata kita.
Thomas Alfa Edison pernah berkata, 'Apa yang kita lihat bahkan tidak sampai dari 1% dari seperjuta yang ada di alam semesta ini."
Kami terpana mendengar penjelasan dokter..
Aku menyanggah penjelasan dokter " Faktanya, spektrum cahaya yang bisa kita lihat (mejikuhibiniu) hanyalah bagian kecil dari radiasi elektromagnetik dengan gelombang tertentu. Satu-satunya alasan kita bisa melihat bagian kecil itu, hanyalah karena cahaya tersebut diubah oleh sel sel di retina mata kita menjadi sinyal elektrik, yang menjadi sebuah gambar bergerak, yang hanya muncul di otak kita. Jadi, apa pun yang kita lihat sebenarnya hanyalah persepsi otak atas apa yang sebenarnya ada. Selain itu, semuanya hanyalah kegelapan."
Dokter Bagas tersenyum ke arahku dan menganggungkan kepalanya.
"Iya bener banget rin, pinter juga kamu" Ucap dokter dengan tersenyum lebar
Pembahasan malam ini semakin membuat kami bergelora..
"Jadi tentang santet, kita harus penuhi dulu kepala kita dengan ilmu, karena keterbatasan mata kita, banyak kebohongan berbalut misteri yang digunakan untuk merugikan orang lain. Jika penuh ilmu maka area misteri menjadi kecil untuk siapapun menggunakannya untuk kebohongan." Ucap dokter
Fia menanggapi "bener - bener dok, kadang orang hanya merasa dan sugesti dirinya yang membuat otaknya semakin percaya. malah jadi semakin parah itu penyakit gara gara argumennya terdukung dengan orang orang yang memanfaatkan dia.
" Iya, sama halnya dengan Cinta.. Dia tak terlihat tapi dia ada..!
Kadang pengorbanan kita, cinta kita, rasa sayang kita tak pernah terlihat sama orang yg kita sayang, bukan karena dia tidak cinta tapi dia berusaha untuk tidak melihatnya.!"
Jadi apa yang tidak bisa kita lihat, bukan berarti itu tidak ada.
Sanggah dokter dengan menatap ke arah kami.
"Lahhh, kok sampe ke cinta - cintaan ini. Dokter lagi patah hati ya" Ucap nisa
Aku yang hanya terdiam dan menelan ludah seakan dokter sedang Nyindir diriku
"Udah - udah ayok bubar kerja" Ucap dokter dan kami berdiri untuk kembali ke tugas kami..
Malam semakin larut, ruang IGD yang sepi membuat suasana hening dan dingin..
Bersambung...