Di dunia yang dikuasai oleh kekuatan, Xiao Tian menolak tunduk pada takdir. Berasal dari alam bawah, ia bertekad menembus batas eksistensi dan mencapai Primordial, puncak kekuatan yang bahkan para dewa tak mampu menggapai.
Namun, jalannya dipenuhi pertempuran, rahasia kuno, dan konspirasi antara alam bawah, alam atas, dan jurang kematian. Dengan musuh di setiap langkah dan sahabat yang berubah menjadi lawan, mampukah Xiao Tian melawan takdir dan melampaui segalanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tian Xuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 : Hukuman di Bawah Hujan
Langit Menangis, Dunia Menyaksikan
Di halaman utama sekte, sebuah tiang kayu tinggi berdiri kokoh.
Di depannya, tanah yang basah mulai menghitam akibat hujan yang turun tanpa henti.
Di sekeliling, para murid sekte berkumpul, menatap ke depan dengan berbagai ekspresi—ada yang puas, ada yang tidak peduli, dan ada yang sedikit iba.
Di antara mereka, Xiao Tian berdiri dengan ekspresi datar, menatap seorang pria yang tubuhnya diikat erat ke tiang kayu itu.
Li Heng.
Pakaiannya lusuh, robek di beberapa tempat, wajahnya tertutup kotoran dan darah kering. Tapi matanya—mata itu masih menyala dengan amarah yang mendidih.
Tetapi tak ada yang peduli dengan tatapan itu.
Yang ada hanyalah kekejaman sekte.
Di dekatnya, seorang eksekutor berbadan besar menggenggam cambuk panjang yang ujungnya dihiasi dengan paku-paku kecil.
Cambuk itu bukanlah cambuk biasa—itu adalah Cambuk Besi Naga, sebuah alat hukuman yang bahkan bisa mengoyak kulit seorang ahli kultivasi.
Dan sekarang, cambuk itu diangkat ke udara.
Cambukan Pertama
SWIIISSHH!!
CRACK!!
Cambuk itu menampar punggung Li Heng dengan keras.
Darah langsung muncrat, robekan merah menghiasi kulitnya yang sudah kotor.
"HGGH—!!" Li Heng menggigit bibirnya, menahan jeritan.
Tapi para murid di sekitar hanya menonton dengan wajah tak berperasaan.
"Baru satu cambukan, kenapa dia masih bisa diam?" bisik seorang murid.
"Dia hanya pura-pura kuat," sahut yang lain. "Sebentar lagi dia pasti menangis seperti bayi."
Namun, Li Heng tetap menggertakkan giginya, menahan rasa sakit yang menjalar dari punggung ke seluruh tubuhnya.
SWIIISSHH!!
CRACK!!
Cambukan Kedua.
Rasa panas bercampur perih merobek punggungnya yang mulai dipenuhi luka.
Darah mengalir deras, membasahi lantai batu di bawahnya.
Tapi dia masih diam.
Di kejauhan, Zhao Yuyan menggigit bibirnya, tangannya mengepal.
Dia tidak berani bicara.
Dia hanya menonton pria yang pernah menyukai dan melindunginya, kini terikat dan dihukum tanpa belas kasihan.
Di sisi lain, Shen Tian duduk dengan ekspresi puas, menikmati pertunjukan ini.
Dan di tempatnya sendiri, Xiao Tian masih terdiam.
"Bagaimana rasanya, Li Heng? Apakah ini akan menghancurkanmu, atau justru membangkitkan sesuatu dalam dirimu?"
Cambukan Ketiga Hingga Kedua Puluh
SWIIISSHH!! CRACK!!
SWIIISSHH!! CRACK!!
Hujan terus turun, bercampur dengan darah yang mulai mengalir deras.
Di titik ini, tubuh Li Heng mulai bergetar.
Napasnya menjadi kasar.
Matanya berkunang-kunang.
Tapi dia masih belum bersuara.
"Sialan..." geram eksekutor.
"Kita akan lihat berapa lama kau bisa bertahan!"
Dan dengan kemarahan, cambukan terus berlanjut!
Cambukan Keempat Puluh Hingga Keenam Puluh
SWIIISSHH!! CRACK!!
Pada titik ini, daging di punggung Li Heng sudah hampir terkelupas sepenuhnya.
Bahkan para murid yang awalnya menikmati hukuman ini mulai merasa tidak nyaman melihatnya.
Namun, tetua-tetua sekte tetap diam, membiarkan hukuman terus berlangsung.
Cambukan Ketujuh Puluh Hingga Delapan Puluh
Pada cambukan ketujuh puluh, Li Heng akhirnya mengeluarkan suara—bukan jeritan, tapi tawa yang lemah.
"Kh... Khkh... Hahahah..."
Suaranya lirih, tapi terdengar jelas di antara suara hujan.
Seseorang menelan ludah.
"Dia masih bisa tertawa setelah semua ini?"
"Apa dia sudah gila?"
Di kejauhan, mata Xiao Tian menyipit.
Sebuah kilatan aneh muncul dalam tatapannya.
Dan pada cambukan ke-delapan puluh, tubuh Li Heng akhirnya terkulai lemas.
Tapi sebelum pingsan, dia tersenyum ke arah langit yang kelam.
"Ternyata... dunia ini benar-benar tempat yang kejam..."
Dan dalam lamunannya, sebuah suara hitam berbisik di kepalanya...
"Kau ingin kekuatan...? Aku bisa memberimu kekuatan..."
Lalu segalanya menjadi gelap.