Sudah tahu tak akan pernah bisa bersatu, tapi masih menjalin kisah yang salah. Itulah yang dilakukan oleh Rafandra Ardana Wiguna dengan Lyora Angelica.
Di tengah rasa yang belum menemukan jalan keluar karena sebuah perbedaan yang tak bisa disatukan, yakni iman. Sebuah kejutan Rafandra Ardana Wiguna dapatkan. Dia menyaksikan perempuan yang amat dia kenal berdiri di altar pernikahan. Padahal, baru tadi pagi mereka berpelukan.
Di tengah kepedihan yang menyelimuti, air mata tak terasa meniti. Tetiba sapu tangan karakter lucu disodori. Senyum dari seorang perempuan yang tak Rafandra kenali menyapanya dengan penuh arti.
"Air mata adalah deskripsi kesakitan luar biasa yang tak bisa diucapkan dengan kata."
Siapakah perempuan itu? Apakah dia yang nantinya akan bisa menghapus air mata Rafandra? Atau Lyora akan kembali kepada Rafandra dengan iman serta amin yang sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Tak Sehangat Sebelumnya
Pelukannya masih hangat sama seperti dulu, tapi kali ini tak ada rasa yang membara. Tangan yang biasa membalas, kini hanya diam tak bergerak. Mata yang dipenuhi cinta kini kosong seperti tak ada lagi cinta yang tersisa.
Seerat apapun pelukan itu, terasa hambar dan datar. Setulus apapun kalimat yang terucap, tetap saja seperti angin lalu. Hati Talia seakan sudah baal karena rasa sakit yang terus ditorehkan. Memang bukan dilakukan oleh Yudha, tapi tetap saja sangat melukai hati juga fisiknya. Bahkan mentalnya pun ikut terkena imbasnya.
Suara mesin mobil menyadarkannya. Matanya mulai tertuju pada mobil yang sudah melaju. Di mana dia mengenali mobil tersebut.
"Pak Rafandra."
Talia mulai memundurkan tubuh. Yudha pun sedikit terkejut karena tak biasanya Talia melepaskan pelukannya. Ditatapnya Talia dengan begitu Lamat. Keinginannya untuk menggenggam tangan Talia harus pupus karena Talia buru-buru menjauhkan tangannya.
"Ta, aku masih sayang kamu." Tulus sekali kalimat itu.
Seulas senyum Talia berikan sebelum sebuah kalimat terlontar. Juga ada sorot mata penuh harap yang menunggu jawaban.
"Terimakasih kalau kamu masih sayang sama aku, Yudh," jawabnya dengan begitu lembut.
"Tapi, jangan kamu memaksakan apa yang tak direstui oleh surgamu."
"Ta--"
"Mulai saat ini tolong lepaskan aku. Carilah penggantiku. Perempuan yang diridhoi oleh surgamu."
Bukannya masuk ke kosan, Talia pergi ke arah jalanan dengan mempercepat langkah. Tidak, dia tidak menangis. Dia tengah mengejar seseorang.
.
Lelaki yang seharusnya masih berada di tempat meeting kini sudah berada di jalanan yang cukup ramai. Ingin menyelematkan seseorang, tapi dia yang terjebak akan keadaan yang tak diinginkan. Senyuman pun terukir. Senyum yang banyak mengandung arti. Hingga mobil berhenti di sebuah apartment mewah.
"Udah jadi pahlawannya?"
Rafandra tak menjawab pertanyaan dari sang adik sepupu. Dilemparnya dasi ke atas sofa. Lalu, mendudukkan bokongnya di sana. Disandarkannya punggung itu di sandaran sofa. Lalu, dipejamkan matanya sembari menghembuskan napas kasar.
Gyan menelisik setiap inchi wajah kakak sepupunya dari jarak beberapa meter. Air mukanya sudah sangat berbeda. Seperti ada yang ditahan. Namun, dia tak memiliki keberanian untuk bertanya lebih dalam. Satu-satunya orang yang ditakuti oleh Gyan adalah Rafandra. Padahal, dia yang paling tidak bisa marah.
Hujan disertai angin juga petir mulai hadir di malam ini. Lelaki yang tadi terduduk di sofa kini sudah berada di depan jendela dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Pikirannya pun ikut jauh berkelana.
Saking derasnya hujan yang membasahi bumi, getaran ponsel yang ada di atas meja tak Rafandra dengar. Dia masih berdiri di sana seperti tengah bercerita pada hujan dan awan yang gelap.
Gyan yang baru saja selesai membuat kopi melihat ponsel sang Abang yang tergeletak di atas meja tengah hidup dan bergetar.
"Bang, hapenya getar tuh."
Secangkir kopi panas sudah Gyan sodorkan. Rafandra menerima kopi panas tersebut, tapi matanya tertuju pada ponsel yang ada di atas meja.
"Ambillah! Siapa tahu penting," titah Gyan sebelum dia menyeruput kopi.
Kopi itu diletakkan di atas meja. Tangannya mulai memegang ponsel dan mengecek siapa yang menghubunginya.
"Mbak?"
Baru saja hendak menghubungi kembali ART rumahnya, nomor yang sama kembali menghubunginya.
"Mas Andra, tolong pulang sekarang, ya."
"Ada apa ya, Mbak?"
"Pokoknya pulang, Mas."
Sambungan telepon pun berakhir dan menimbulkan banyak pertanyaan di kepala Rafandra. Ponsel segera dia masukkan dan segera dia mengambil barang yang lain. Kopi pun tak dia minum.
"Abang pulang, Gy."
"Masih hujan deras loh, Bang."
"Enggak apa-apa, Gy. Abang juga gak bakal ngebut."
Sesuai dengan ucapannya, Rafandra melajukan mobil dengan sangat hati-hati. Walaupun isi kepalanya penuh tanya karena tidak biasanya mbak asisten rumah menghubunginya.
Pagar sudah dibukakan oleh security. Cahaya lampu mobil menyorot tubuh perempuan yang berdiri di depan teras dengan tubuh yang sudah basah kuyup. Mata mereka berdua pun sudah saling bertemu.
"Talia."
Diambilnya payung yang ada di kursi penumpang belakang. Lalu, menghampiri perempuan yang sudah terlihat kedinginan. Tubuh yang sedari tadi terguyur hujan kini terlindungi payung yang Rafandra gunakan. Talia menatap sang atasan dengan begitu dalam dengan sorot mata yang sulit diartikan.
"Pak, sa--"
Rangkulan tangan Rafandra di pundaknya membuat mulut Talia mendadak kelu. Kehangatan mulai menjalar di tubuhnya yang kedinginan. Rangkulan itu semakin erat ketika Rafandra mulai melangkahkan kaki di mana dia juga harus mengikuti langkah kaki lelaki tersebut.
"Siapkan handuk dan teh manis hangat."
"Iya, Mas Andra."
Talia hanya terdiam ketika tubuhnya yang sangat basah sudah berada di depan teras. Rafandra menyuruhnya untuk masuk, tapi Talia menggeleng.
Rafandra memilih meninggalkan Talia. Raut sendu kembali hadir di wajah Talia. Tak sampai lima menit, Rafandra kembali dengan handuk di tangan. Tubuh Talia menegang ketika Rafandra mulai mengeringkan rambutnya dengan begitu lembut. Tak ada obrolan apapun, hanya mata Talia yang terus menatap wajah tampan sang atasan yang tak sehangat sebelumnya. Dan Suara derasnya hujan menjadi backsound adegan tak terduga tersebut.
...*** BERSAMBUNG ***...
Budayakan meninggalkan komentar setelah membaca ya. Supaya authornya semakin semangat untuk up .. 🙏
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
gak papa mah kalo msih belom sadar ma perasaan masing2,pelan2 aja deh bang rafa &talia...
sehat selalu ya fie🤗