Di usianya yang beranjak remaja, pengkhiatan menjadi cobaan dalam terjalnya kehidupan. Luka masa lalu, mempertemukan mereka di perjalanan waktu. Kembali membangun rasa percaya, memupuk rasa cinta, hingga berakhir saling menjadi pengobat lara yang pernah tertera
"Pantaskah disebut cinta pertama, saat menjadi awal dari semua goresan luka?"
-Rissaliana Erlangga-
"Gue emang bukan cowo baik, tapi gue bakal berusaha jadi yang terbaik buat lo."
-Raka Pratama-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caramels_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14
Keesokan harinya Rissa berangkat lebih awal dari biasanya, tanpa sengaja ia melihat sebuah sepeda motor yang ia kenali baru saja sampai di parkiran. Kemudian seorang cowok dan cewek turun dari motor tersebut. Rissa menyipitkan pandangannya berusaha melihat lebih jelas siapa dua orang itu. Ia terkejut saat mereka sudah mendekat ke arahnya.
“Kalian kok bisa berangkat bareng?” tanyanya pada Raka.
“Ehh jangan salah paham dulu, dia tadi nolongin gue di tengah jalan soalnya tiba-tiba mobil gue macet dan Raka kebetulan lewat,” ujar Dara mencoba memberi penjelasan padanya. Rissa hanya mengangguk-ngangguk.
“Kalo gitu gue masuk duluan ya,” Dara pergi lebih dulu menyisakan Raka dan Rissa yang masih terdiam di tempat.
“Kamu marah? Aku tadi cuma niat nolongin dia kok,” Rissa menggeleng berusaha tersenyum menyembunyikan rasa cemburunya.
“Yuk masuk kelas,” Raka mengulurkan tangannya dan Rissa menerimanya. Mereka pun berjalan menuju kelas bersamaan, tepat pukul 07.30 para guru mulai memasuki kelas yang akan mereka ajar.
“Assalamualaikum,” seorang wanita paruh baya memasuki kelas 12 IPA 1 sembari menenteng map serta beberapa buku tebal.
“Waalaikumsalam,” seluruh murid menjawab dengan serempak.
“Hari ini kita akan membagi kelompok untuk melakukan penelitian, setiap kelompok terdiri dari empat orang. Setelah ini saya akan bagi kelompoknya,” ujar Bu Yuni selaku guru biologi.
“Kelompok pertama Fian, Zahra, Vivi, Zaidan. Kelompok kedua Fajar, Rissa, Raka, dan Dara,” Bu Yuni pun membacakan nama-nama anggota kelompok hingga urutan terakhir.
“Penelitiannya terserah tentang apa, dua minggu lagi saya minta kalian sudah bisa mempresentasikan hasil yang sudah diperoleh dari penelitian itu,” ujar Bu Yuni.
“Sekarang silahkan berkumpul dengan kelompoknya masing-masing,” penghuni kelas pun langsung bergegas mencari kelompok mereka sendiri untuk membahas penelitian tersebut.
“Kira-kira kita mau meneliti apaan?” tanya Dara.
“Gimana kalau tentang pembuatan tempe?” ujar Fajar menawarinya.
“Kalau itu sih udah biasa, gue dari SMP udah sering meneliti pembuatan tempe. Menurut lo apa yang bagus Ka?” Dara meminta pendapat dari Raka.
“Gimana kalau kita meneliti tentang sel-sel di tubuh manusia?” usul Rissa.
“Emang nggak susah ya kalau kita mau meneliti sel di tubuh? Menurut lo gimana Ka?” tanya Dara kepada Raka lagi.
“Gue sih setuju aja kalo mau meneliti sel, kita kan juga bisa nyari referensi di buku-buku,” Rissa tersenyum mendengar jawaban Raka yang setuju dengannya.
“Ya udah deh, terus kapan kita mau mulai kerja kelompoknya?”,tanya Dara.
“Nanti siang gimana? di rumah gue juga nggak apa-apa,” Rissa mengusulkan agar kerja kelompok di rumahnya, tetapi Dara tidak menyetujuinya.
“Rumah lo kan jauh, mending cari yang rumahnya di tengah-tengah,”
“Di rumah gue aja deh, kayaknya rumah gue yang berada di tengah,” ujar Fajar sembari membenarkan letak kacamatanya.
“Oke, jadinya nanti siang sekitar jam 2-an kita kerja kelompok di rumahnya Fajar,” ucap Dara.
...****************...
Sekitar pukul setengah dua siang, Raka menjemput Rissa di rumahnya untuk berangkat bersama ke rumah Fajar. Lima belas menit kemudian mereka telah sampai dan terlihat sudah ada Dara disana.
“gue bawa beberapa buku nih siapa tau bisa jadi referensi buat kita,” Raka mengeluarkan beberapa buku tebal dari dalam tasnya.
“Ya ampun… Untung banget ada Raka, dia kan punya banyak buku,” ujar Dara. Dari arah dapur, Fajar sedang membawa nampan berisi camilan dan minuman.
“Nih buat kalian, makan aja,”
“Makasih ya, maaf jadi ngerepotin,” Rissa menjawabnya sembari membantu Fajar meletakkannya di meja.
“Nggak kok, nikmatin aja jangan sungkan-sungkan,” lalu mereka pun mulai fokus mengerjakan penelitian secara serius walau kadang diselingi guyonan saat mulai merasa bosan.
Butuh waktu beberapa jam untuk mereka menyelesaikan penelitian tersebut. Selain mencari tau dari satu buku, mereka juga harus melakukan penelitian secara langsung dengan memanfaatkan alat-alat yang tersedia di Lab.Biologi sekolahnya, mereka berempat berencana akan melakukannya besok pagi ketika pulang sekolah.
Matahari sudah mulai tenggelam, Raka, Rissa dan Dara berpamitan untuk kembali ke rumah masing-masing. Akan tetapi, Dara kebingungan untuk pulang sebab sopir di rumahnya sedang pulang kampung dan angkutan umum sudah mulai jarang terlihat karena hari makin gelap.
“Gimana kalau lo bareng Raka aja, rumah kalian kan sejalan, gue bisa telepon orang rumah buat jemput gue,” Raka langsung menatap Rissa kebingungan. Bagaimana bisa Rissa menyuruhnya untuk mengantarkan perempuan lain dan membiarkannya untuk pulang sendiri.
“Nggak usah deh, gue naik angkutan umum aja. Lagian gue ngerasa nggak enak sama lo,” ujar Dara merasa tak enak hati.
“Santai aja kali, gue nggak bakal marah kok. Nanti kalau lo nunggu angkutan umum malah nggak pulang-pulang. Soalnya kan udah makin gelap, jadi jarang yang lewat,” Raka hanya menyimak percakapan dua gadis itu.
“Nungguin apa lagi? Buruan pulang sebelum nambah malam, gue juga udah kirim pesan ke adik gue, mungkin sebentar lagi juga udah sampai,” Rissa mendorong Raka ke arah sepeda motornya dan memberi kode agar Dara segera naik ke atas motor.
“Kamu beneran nggak apa-apa? Aku nunggu sampai adik kamu datang aja ya,” Raka memegang tangan Rissa untuk memastikan bahwa dia baik-baik saja.
“Nggak usah, kamu pulang dulu aja,” balas Rissa dengan sebuah senyuman, dengan setengah hati Raka menaiki motornya dan membonceng Dara.
“Kenapa lo nyuruh Raka buat nge-bonceng Dara? Nggak cemburu?” tanya Fajar saat Raka dan Dara sudah meninggalkan rumahnya.
“Nggak apa-apa sih, Dara nggak ada yang jemput dan kebetulan rumah Raka sejalan sama dia, ya udah mending kan mereka bareng aja nanti Raka juga bakal lebih cepat sampai rumahnya,” setelah Rissa mengatakan hal itu, Daeren datang untuk menjemputnya. Rissa pun berpamitan kepada Fajar untuk pulang ke rumah. Ketika di mobil ia membuka ponselnya dan melihat notifikasi masuk dari Raka.
...Raka 🤍🤍...
Udah dijemput?
^^^Udah sayang^^^
Udah sampai rumah belum?
^^^Masih di jalan nih^^^
Ya udah hati-hati di jalan
Aku mau mandi dulu, bye sayang love you
^^^Bye I love you too^^^
Rissa menutup ponselnya lalu turun dari mobil karena ternyata ia sudah sampai di pelataran rumahnya. Saat dia memasuki rumah, Rissa sedikit keheranan karena disambut hangat oleh Papanya.
“Hai anak papa yang paling cantik… Udah pulang? Habis dari mana?”
“Aku habis kerja kelompok pa,” Rissa melirik ke arah Daeren yang hanya menghendikkan bahunya, ia bingung mengapa papanya begitu cepat berubah.
“Duduk dulu dong, Papa mau nanya sesuatu sama kamu,” Rissa mulai mendekat ke arah Papanya dengan hati-hati, tercium bau alkohol sangat menyengat di indra penciumannya.
“Papa mabuk?”
“Nggak kok. Papa mau nanya, kamu punya guru yang masih muda terus cantik nggak? Boleh dong dikenalin sama papamu ini,”
“Apa sih Pa! Mending papa istirahat aja. Kayaknya Papa tuh kebanyakan minum deh,” Rissa tak menghiraukan ucapan Pak Ryand.
Ia membendung air matanya dan meninggalkan papanya yang masih berbicara sendiri di ruang tamu. Ia tidak tau mengapa papanya mulai mabuk seperti ini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...