NovelToon NovelToon
ZONA AMAN DAVINA

ZONA AMAN DAVINA

Status: sedang berlangsung
Genre:BTS / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: timio

Kisah cinta mama dan papa cukup membuatku percaya bahwa luka terkadang membawa hal manis, bagaimana mama pergi agar papa baik-baik saja, tanpa mama tahu, papa jauh lebih terluka sepeninggalnya.

Begitu juga dengan Tante Tania dan Appa Joon, tidak ada perpisahan yang baik-baik saja, tidak ada perpisahan yang benar-benar ikhlas. Bedanya mereka berakhir bersama, tidak seperti mama dan papaku yang harus berpisah oleh maut.

kukira kisah mereka sudah cukup untuk aku jadikan pelajaran, tapi tetap saja, aku penerus mereka dan semua ketololannya.

Aku, Davina David.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tantrumnya Davina

Keesokan harinya Kai terbangun, ia tertidur di ruang rawat Davina, tepatnya di samping gadis itu. Tapi, ia tidak lagi menemukan presensi orang yang dijaganya semalaman ini. Tidak menemukan siapa-siapa di ranjang yang sudah dingin itu, sepertinya sudah ditinggalkan lama. Bahkan jarum infusnya dilepas paksa dan cairannya sudah menggenang dilantai.

"Vina... ", serunya serak, sembari bergerak menuju toilet yang ternyata kosong.

Sepersekian detik kemudian ia melesat keluar ruangan, karena mengingat apa yang dikatakan Davina kemarin, dan ancaman suster kepala. Ia berlari kencang menuju asrama berlantai lima yang tidak punya lift itu. Untunglah kamar Davina berada di lantai dua.

Brakkk

Ia menerobos masuk ke dalam kamar yang berisi dua orang itu, Davina bersama wanita bule medok sahabatnya, Claren atau Claire, otor juga bingung. Benar saja, Davina sudah siap dengan kopernya, wajah cantiknya sudah ia poles tipis namun cantik dan berwarna. Ia sudah siap dengan hoodie yang ia ikat di pinggang rampungnya karena memang Pandora sedang dingin-dinginnya.

"Vina... Vina... Davina... Jangan pergi Vina, Vin.. Aku mohon... ". rengek Kai.

Sebenarnya jantung Davina berdebar mendengar suara pria dingin itu merengek padanya, tapi sebisa mungkin akan ia atur wajahnya se datar mungkin, tanpa perduli Kai, ia terus memerhatikan barang-barangnya memastikan tidak ada yang tertinggal.

"Davina... ", seru Kai lagi, lagi dan lagi Davina tidak meliriknya sedikit pun. " Vina please... ", kali ini tangannya mencengkeram lengan Davina agar gadis itu melihatnya.

"Lepas... ", dengan kasarnya ia melepas sentuhan Kai.

"Vina...",lirihnya pada Davina dengan tatapan mengiba yang sama sekali tidak di lirik gadis itu.

"Kamu kayak begini ngga salah? Mohon-mohon sama orang yang bukan siapa-siapa loh. Kamu kan dokter hebat, cekatan, luar biasa, mulia, sempurna, ngga ada kurangnya, iya kan? Apa sih aku ini yang ngga bisa di andalkan, yang nyusahin, bikin malu kamu, kan ini ceritanya aku cukup tahu diri kalo aku ngga se hebat itu, tapi kan kamu bilang aku tuan putri, ini aku lagi prepare mau balik ke istanaku, main-main di taman bunga."

"Vina... Please. Maaf Vina... Jangan pergi. Aku ngga akan begitu lagi Vin... ", Kai kembali menahannya bahkan kini merebut koper Vina.

"Balikin ngga... ", suaranya sudah meninggi, tapi Kai menatapnya dalam dan menggeleng.

"BALIKIN KOPER GUA ANAK SETAAAAN.....!!! ".

Kai melongo, itu pertama kalinya ia di umpat dengan jelas didepan wajahnya, selama ini orang akan menunduk hormat padanya tapi Davina, lain sendiri.

ANAK SETAN

ANAK SETAN

ANAK SETAN

Dua kata itu terngiang-ngiang di telinga nya, matanya tetap lurus pada Davina yang kelihatan bukan Davina yang selama ini dikenalnya, masih ingatkan kalau Davina ini masih turunannya Tania?

Kegaduhan dan adu mulut pun terjadi, baik Davina atau Kai tidak ada yang mau mengalah, tarik menarik koper berikut umpatan - umpatan frontal yang terus dilayangkan Davina pada Kai, tapi pria itu tetap diam dan mempertahankan posisinya, tetap di pintu dan menggenggam koper Davina, berkali ia di dorong Davina agar ia bisa keluar dari kamarnya, Kai tetap setia meski di tubruk berkali-kali bahkan wajahnya sudah ada bekas cakar Davina, ia pasrah dan tetap disana.

Claren? Bukannya melerai, ia malah terdiam mematung seolah menikmati suasana, ia juga baru kali ini melihat sisi bar bar sahabatnya itu. Jika selama ini Davina selalu ia lihat sebagai sosok tenang, elegan, anggun dan berkelas, maka hari ini ia melihat Davina yang kelihatan seperti satpam anarkis yang menangkap maling.

Kedua orang itu bahkan tidak menyadari orang-orang sudah berkumpul didepan pintu kamar Davina karena kegaduhan dan teriakannya. Beberapa memanggil suster kepala dan segera setelahnya wanita paruh baya itu kini sudah berdiri di ambang pintu. Ekspresinya juga sama, ia juga speechless.

"KAI... DAVINA....!!! ", teriaknya. Sontak kedua orang itu berhenti.

"Suster... ", kagetnya.

"Kamu udah baikan kan? Suara kamu kuat, tangan kamu juga, buktinya mukanya udah berantakan. Kalian berdua ikut saja ke kantor, ayo kita minum teh di kantor saya." Seru Suster kepala dengan ekspresi datar cenderung kesal lalu berbalik arah dan melangkah.

Davina dan Kai patuh mengikutinya dibelakang, sesekali Kai meliriknya, gadis itu benar-benar berbeda sekarang.

🍁🍁

Semuanya sudah duduk di ruangan yang luas itu, hanya Davina yang menolak duduk karena itu artinya ia akan duduk di sofa yang sama dengan Kai. Meski sofa itu cukup panjang dan jarak mereka juga jauh, tetap saja ia tidak mau. Kai benar-benar mati kutu sekarang. Suster kepala yang notabene adalah bibinya Kai saat ini menahan tawanya, baru kali ini ia melihat keponakannya yang perfeksionis dan arogan itu seperti anak ayam yang kehilangan arah.

"Saya berhenti, Suster. "

Suara Davina memang tidak sekeras teriakannya pada Kai beberapa saat lalu, tapi suara itu mampu membuat Kai bertingkah siaga seperti tadi.

"Vina... ", lirihnya.

"Saya berhenti, saya mau pulang. Lagian kontrak kerja saya sudah selesai dua hari yang lalu. Jadi tidak ada masalah kalau saya pergi bukan."

"Vina jangan gitu Vina, aku janji ngga akan begitu lagi."

Hancur sudah reputasi dingin Dokter Kai, kini ia seperti lelaki bucin tolol yang hendak ditinggal kekasihnya.

"DIAM....!!!", suster kepala membentak nya dan spontan terdiam.

"Davina, kamu yakin? Kai, kamu sudah bisa berkerja tanpa dia?".

"Hahahah.... Suster? Dia itu dewa, sempurna, tidak ada kurangnya, mau aku pergi atau gimana juga ngga akan pengaruh apa-apa dia, toh dia udah hebat. " Seru Davina dengan nada mengejek.

"Bagaimana dengan Kids Camp, Vina?."

Deg

Tawa lirih Davina spontan menghilang, mendengar kata Kids Camp hatinya sakit. Tempat itu ia yang membuatnya, tenda kokoh yang nyaman khusus untuk anak-anak kecil yang ia kumpulkan, anak-anak yatim piatu yang ia satukan dalam tempat yang aman.

"Kids Camp?", heran Kai.

"Tenda paling luas, paling kokoh di sudut area rumah sakit, yang tidak semua orang boleh masuk. Itu tempat yang dibuat Davina khusus untuk anak-anak. Semua fasilitas yang ada didalamnya, dia yang menyediakan."

Kai diam, benar-benar diam.

"Suster... ", nada suara Davina lirih, seolah mengatakan untuk tidak meneruskan atau menjelaskan apa-apa soal Kids Camp lagi. "Saya mau tinggal, tapi boleh saya pindah ke departemen lain?".

"Departemen lain?".

"Iya suster, Ortopedi. Saya mau kerja sama Dokter Ricky Nam."

Deg

"Ngga Davina, ngga... Kamu ngga boleh. Kamu partner aku, kita satu tim. Kita kerja sama-sama Vina. Kamu ngga boleh kerja sama dia. Suster, jangan diizinin, dia partner saya." Tegas Kai.

"Kenapa? Jelaskan kenapa?", tanya suster kepala.

"Kami sama sama dokter bedah anak, untuk apa dia bergabung dengan Ortopedi, tidak nyambung." Jelas Kai.

"Bodoh... "

Satu kata itu meluncur dengan bebasnya dari bibir kecil Davina, mampu membuat semua orang yang disana melongo. Untuk kedua kalinya, Kai diumpat dengan kata lain, yang pertama ANAK SETAN, kali ini Bodoh.

"Katanya sempurna, masa gitu aja ngga paham sih dok. Kebanyakan pasien yang patah tulang disini itu anak-anak, masuk akal saya satu tim sama dokter Ricky."

"Ok, Davina. Mulai besok kamu pindah ke pos Dokter Ricky."

"SUSTER... !!!", seru Kai.

"Kamu boleh kembali ke kamarmu Davina."

"Terima kasih suster kepala."

Davina keluar dari ruangan itu dengan senyum lebar, meninggalkan Kai yang masih mematung disana, menatap kesal pada suster kepala. DaVina sama sekali tidak perduli lagi. Ia sudah lelah dan kebas.

.

.

.

TBC... 🍁

1
Mamah Mput(Bilanoure)
huwaaaaa Dady namu 💜💜💜
Timio: hehehe blio debut 💜
ikutin terus ya my 💜
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!