NovelToon NovelToon
Rissing Sun

Rissing Sun

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Epik Petualangan / Dunia Lain / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:604
Nilai: 5
Nama Author: Vidiana

Ketegangan antara Kerajaan Garduete dan Argueda semakin memuncak. Setelah kehilangan Pangeran Sera, Argueda menuntut Yuki untuk ikut dikuburkan bersama suaminya sebagai bentuk penghormatan terakhir. Namun, Pangeran Riana dengan tegas menolak menyerahkan Yuki, bahkan jika itu berarti harus menghadapi perang. Di tengah konflik yang membara, Yuki menemukan dirinya dikelilingi oleh kebohongan dan rahasia yang mengikatnya semakin erat pada Pangeran Riana. Setiap langkah yang ia ambil untuk mencari jawaban justru membawanya semakin jauh ke dalam jebakan yang telah disiapkan dengan sempurna. Di sisi lain, kerajaan Argueda tidak tinggal diam. Mereka mengetahui ramalan besar tentang anak yang dikandung Yuki—anak yang dipercaya akan mengubah takdir dunia. Dengan segala cara, mereka berusaha merebut Yuki, bahkan menyusupkan orang-orang yang berani mengungkap kebenaran yang telah dikubur dalam-dalam. Saat pengkhianatan dan kebenaran saling bertabrakan, Yuki dihadapkan pada pertanyaan terbesar dalam hidupnya: siapa yang benar-benar bisa ia percaya? Sementara itu, Pangeran Riana berusaha mempertahankan Yuki di sisinya, bukan hanya sebagai seorang wanita yang harus ia miliki, tetapi sebagai satu-satunya cahaya dalam hidupnya. Dengan dunia yang ingin merebut Yuki darinya, ia berjuang dengan caranya sendiri—menyingkirkan setiap ancaman yang mendekat, melindungi Yuki dengan cinta yang gelap namun tak tergoyahkan. Ketika kebenaran akhirnya terbongkar, akankah Yuki tetap memilih berada di sisi Pangeran Riana? Atau apakah takdir telah menuliskan akhir yang berbeda untuknya? Dalam Morning Dew V, kisah ini mencapai titik terpanasnya. Cinta, pengkhianatan, dan pengorbanan saling bertarung dalam bayang-bayang kekuasaan. Di dunia yang dipenuhi ambisi dan permainan takdir, hanya satu hal yang pasti—tidak ada yang akan keluar dari kisah ini tanpa luka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3

Setelah pendeta suci pergi. Riana tetap duduk di sofa dan berpikir, jari-jarinya mengetuk sandaran kursi dengan ritme yang lambat dan teratur. Pikirannya berkelana, mengulang kembali setiap percakapan, setiap tatapan, dan setiap kata yang pernah Yuki ucapkan.

Akhirnya, dia mengerti.

Kata-kata Yuki yang dulu terdengar samar kini terukir jelas dalam benaknya.

“Aku tidak kembali untuk merusak hidup kalian.”

Saat itu, Riana menganggap ucapan itu sebagai bentuk kepasrahan. Sebuah alasan yang Yuki gunakan untuk menjaga jarak darinya dan Sera. Tapi sekarang dia tahu… itu bukan sekadar alasan.

Yuki benar.

Dia tidak kembali untuk berada di sisi Riana atau Sera.

Dia kembali untuk menarik segel suci.

Untuk mengorbankan dirinya sendiri, daripada harus melihat salah satu dari mereka mati.

Dan Sera…

Sera mengetahuinya.

Sera yang lebih dulu menyadari niat Yuki dan memilih melangkah lebih dulu ke dalam api, mengorbankan dirinya sebelum Yuki sempat melakukannya.

Sera telah mengambil tempat Yuki di dalam neraka itu.

Riana membuka matanya perlahan, menatap kosong ke depan. Pikirannya masih berputar, menelusuri setiap kejadian dengan ketelitian yang mengerikan.

Semuanya terasa seperti rantai yang saling terhubung, ditarik oleh tangan yang tak terlihat.

Serfa…

Saat itu, dia ada di sana—bersama rombongan yang menyelamatkan pendeta suci.

Dia mendengar ramalan Putri Duyung.

Mungkin… Putri Duyung itu memang sengaja meramalkan semuanya di depan banyak orang.

Bukan untuk keuntungan Garduete.

Bukan untuk keseimbangan dunia.

Tapi untuk menyelamatkan Yuki.

Karena Putri duyung adalah bibi Ferlay—adik dari ibunya.

Karena selama ini, Yuki telah merawat Ferlay dengan tulus. Menganggapnya seperti anak sendiri di saat Lekky gagal menjadi ayah yang seharusnya.

Siapa yang akan mengorbankan diri tidak pernah menjadi masalah.

Putri Duyung itu pasti tahu bahwa di antara semua orang yang mendengar ramalannya, ada Pendeta Serfa—seseorang yang lebih mementingkan Negeri Garduete dibandingkan apapun.

Jadi jika Serfa tahu bahwa anak-anak yang akan dilahirkan Yuki adalah harapan bagi Garduete, maka dia pasti akan melakukan apapun untuk memastikan Yuki tetap hidup.

Dan satu-satunya cara… adalah dengan menyingkirkan penghalang lain.

Sera.

Sera adalah pilihannya.

Bukan karena dia lebih lemah.

Bukan karena dia lebih mudah dimanipulasi.

Tapi karena dia mencintai Yuki dengan cara yang tidak akan pernah membiarkan gadis itu mati.

Dan sekarang…

Ramalan itu telah menjadi kenyataan.

Sera telah pergi.

Yuki masih hidup.

Dan Riana…

Riana menggenggam tangannya erat.

Apakah dia harus merasa bersyukur karena Yuki masih di sisinya?

Atau seharusnya dia membenci kenyataan bahwa seseorang harus mati demi memastikan Yuki tetap hidup?

Sial.

Sera mati bukan karena takdir.

Sera yang mengetahui ramalan itu…

Serfa mungkin mengira Sera akan bertindak sesuai harapannya—mengorbankan dirinya demi memastikan Yuki tetap hidup.

Tapi Sera bukan orang yang bisa dikendalikan begitu saja.

Dia tidak akan diam saja menerima kematiannya.

Kebenciannya pada Riana dan Lekky tidak pernah padam.

Tapi kali ini, dia tidak ingin mengulang kesalahan yang sama.

Dia tidak ingin kehilangan Yuki lagi.

Jadi dia membuat rencana.

Dia menceritakan sebagian kecil tentang segel suci pada Riana, cukup untuk menariknya masuk ke dalam jebakannya.

Dan Lekky…

Sera pasti sudah memperhitungkan segalanya.

Menjebak Lekky agar masuk ke dalam kubah, seolah-olah itu bagian dari pertempuran.

Dan kemudian… ledakan itu.

Jika semuanya berjalan sesuai rencananya, dia dan Lekky akan mati bersama.

Dunia akan percaya bahwa itu adalah takdir.

Dan Yuki…

Yuki tidak akan pernah tahu bahwa Sera-lah yang membawa Riana ke dalam kematian.

Dia akan tetap hidup, bebas dari ancaman Riana dan Lekky.

Dan pada akhirnya, dia bisa bersama Yuki…

Tanpa ada yang menghalangi.

Tanpa ada yang curiga.

Termasuk Yuki sendiri.

Riana tertawa pelan, tapi bukan karena merasa lucu.

Ironis.

Bahkan dalam kematiannya, Sera masih mencoba merebut Yuki darinya.

Mayat Sera telah ditemukan.

Tubuhnya masih utuh.

Sementara Lekky…

Dia masih hidup.

Sekarat, tapi tetap bernapas.

Riana mengepalkan tangannya, giginya bergemeletuk menahan emosi yang hampir meledak.

Jadi pada akhirnya, Sera gagal menyingkirkan Lekky.

Dan yang lebih menyakitkan—alasan Lekky masih hidup.

Darah Yuki.

Darah yang seharusnya menjaga hidup Yuki, malah menyelamatkan pria yang paling pantas mati.

Dokter Aurelian berkata bahwa Yuki telah berkali-kali mendonorkan darahnya untuk Lekky.

Tanpa sadar, dia telah memberikan kekuatan pada pria itu.

Meningkatkan kekuatan perinya hingga cukup untuk bertahan dari kehancuran yang bahkan membakar Sera sampai mati.

Sial.

Seberapa dalamnya hubungan mereka sampai Yuki mau melakukan itu?

Seberapa banyak pengorbanan yang Yuki berikan untuk seorang Lekky—orang yang bahkan tidak pantas mendapatkannya?

Riana memejamkan mata, menarik napas dalam.

Lalu dia tertawa pelan.

Tentu saja.

Tentu saja takdir tidak akan membiarkannya menang begitu saja.

Sera telah mati, tapi Lekky masih hidup.

Lekky masih menjadi duri dalam daging.

Dan Yuki…

Apa yang akan dia lakukan saat tahu Lekky masih bernapas?

Riana melirik ke arah tempat tidur, di mana Yuki masih terbaring tak sadarkan diri.

Dia harus bersiap.

Karena cepat atau lambat, Yuki akan bangun.

Dan saat itu terjadi, Riana tidak akan membiarkan satu orang pun mengambilnya darinya.

Tidak lagi.

...****************...

Yuki melihatnya.

Pria itu berdiri di atas altar yang tinggi, sosoknya menjulang di antara cahaya yang berpendar lembut di sekelilingnya.

Sera.

Matanya menatap ke arahnya—hangat, penuh cinta, tapi juga memancarkan keteguhan hati yang begitu dalam.

Yuki merasakan napasnya tercekat.

Dia berteriak, memanggil namanya.

Tangannya terulur, mencoba meraihnya, mencoba mendekat, tapi rantai-rantai yang membelenggunya menahannya dengan kuat.

Dia tidak takut pada rantai itu.

Bukan itu yang membuat dadanya sesak.

Tapi cahaya di belakang Sera.

Cahaya yang kian lama kian terang, perlahan menelan sosoknya.

Tidak.

Jangan.

Jangan pergi.

Sera tetap diam, hanya menatapnya dengan senyum lembut yang menyakitkan.

Tidak!

Yuki menjerit, meronta, berusaha membebaskan diri, tapi rantai itu semakin mengencang, seakan menertawakan ketidakberdayaannya.

Lalu cahaya itu menelan Sera sepenuhnya.

Menghapus sosoknya dari pandangan.

Dan dunia Yuki runtuh.

“Seraaaaa!!!”

Yuki terbangun.

Dadanya naik turun, napasnya tersengal. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Pandangannya masih buram saat ia menoleh ke kanan dan kiri, mencoba mengenali sekelilingnya.

Sebuah kamar.

Familiar, namun terasa asing di saat yang bersamaan.

Udara di dalamnya terasa dingin, senyap, seakan menahan sesuatu di balik ketenangannya.

Kemudian pintu terbuka.

Yuki tersentak, matanya langsung tertuju pada sosok pria yang berdiri di ambang pintu.

Rambutnya hitam, namun saat terkena cahaya, ada semburat biru keabu-abuan yang samar—seperti sinar bulan di malam musim dingin.

Tatapan pria itu tenang, sulit ditebak.

Lalu suaranya terdengar, dalam dan dingin, namun entah mengapa terasa hangat di telinga Yuki.

“Kau bangun?”

Yuki menatap pria itu dalam diam. Ada sesuatu yang familiar dalam dirinya—sesuatu yang jauh di dalam ingatannya, tertimbun oleh waktu dan peristiwa.

Kemudian, perlahan, potongan-potongan ingatan itu kembali.

Pria ini… Dia adalah orang yang membawanya ke dunia ini. Dunia yang dikatakan Bibi Sheira sebagai dunia asal mereka.

Dia seorang pangeran.

Namun Yuki tidak tahu siapa namanya.

Suaranya terdengar serak ketika akhirnya ia membuka mulut.

“Siapa kau?”

Pangeran Riana terdiam sesaat. Matanya yang tajam menatap Yuki yang terlihat kebingungan dan ketakutan.

Sikapnya canggung—sedikit gemetar, napasnya tak beraturan.

Dia selalu seperti itu ketika dia ketakutan dan bingung.

Riana mengenalnya lebih dari siapa pun.

Namun, kali ini… kali ini ada sesuatu yang berbeda.

Ada jarak di antara mereka yang tidak pernah ada sebelumnya. Seolah-olah Yuki bukan hanya takut atau bingung, tapi juga… hilang. Seolah-olah dia telah melupakan sesuatu yang seharusnya dia ingat.

Riana dengan tenang memanggil prajurit penjaga di dekatnya. Suaranya datar, tetapi ada ketegangan yang tersembunyi di baliknya.

“Panggil Aurelian sekarang.”

Prajurit itu segera memberi hormat dan bergegas pergi, meninggalkan Riana dan Yuki dalam keheningan yang canggung.

Yuki masih menatapnya, ekspresinya menunjukkan kebingungan yang mendalam. Dia tidak mengerti mengapa pria di depannya terlihat begitu familiar, tetapi pada saat yang sama, terasa begitu asing.

...****************...

Yuki meringkuk di dekat tempat tidur, tubuhnya gemetar halus, seolah udara di ruangan itu terlalu dingin untuknya. Dia tampak ketakutan dan tidak nyaman, seperti seekor anak kucing yang tersesat di tempat asing. Dengan perlahan, dia menelusupkan wajahnya di antara kedua lututnya, mencoba mengecilkan dirinya sendiri, seakan berharap bisa menghilang.

Di ruang sebelah, samar-samar terdengar suara percakapan. Suara pria berambut hitam dengan semburat biru-keabu-abuan itu mendominasi pembicaraan, tegas namun tetap tenang. Ada beberapa orang lain bersamanya, tetapi Yuki tidak bisa mendengar jelas apa yang mereka katakan. Hanya gumaman-gumaman yang sesekali terdengar, seperti angin yang berbisik melewati celah pintu.

Tiba-tiba, suara derit pintu yang terbuka membuat tubuh Yuki menegang. Langkah kaki memasuki ruangan, dan pria itu muncul bersama dua orang lainnya—seorang pria dengan jubah dokter dan seorang pria tampan berambut hitam, dengan gaya khas seorang playboy yang menampilkan senyuman menggoda.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!