Tiba-tiba beralih ke tubuh seorang gadis tentu saja membuat Almira kaget. Yang Almira ingat adalah saat dirinya berperang dengan musuh Kakaknya dan dirinya tertembak beberapa kali, tentu saja tak mungkin hidup Almira pasti sudah mati.
Tapi kenyataannya Almira masih hidup, tapi bukan dalam tubuhnya. Wajahnya pun sangat berbeda ini sangat muda sedangkan Almira sudah 28 tahun.
Siapakah sebenarnya pemilik tubuh ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecewa
Laura bener-bener memesan furniture baru untuknya, karena tempat tidurnya juga tidak nyaman sudah berdebu dan ini adalah sesuatu yang akan sulit dibersihkan. Laura ingin cepat-cepat istirahat dan juga untuk membuat mama tirinya itu iri juga.
Baru saja selesai Laura memesan barang-barangnya pintunya diketuk, ternyata itu Andi "Ada apa kamu ke kamarku, tidak biasanya"
"Kata Ayah kita kumpul, ada yang ingin Ayah bicarakan"
Tanpa menjawab kata-kata dari Andi, Laura segera pergi dan berdiri agak jauh dari keluar Cemara itu.
"Baiklah semuanya sudah berkumpul, Ayah minta kita kerjasamanya rumah ini berantakan penuh debu belum lagi di luar banyak dedaunan kita harus bekerja sama untuk membereskan rumah ini. Ini akan kita tinggali cukup lama jadi dibantu kerjasamanya"
Mawar tentu saja langsung menggelengkan kepalanya "Aku tidak mau membereskan semua ini. Seumur hidupku, aku tidak pernah membereskan hal yang seperti ini. Bisa-bisa aku gatal-gatal dan sakit aku tidak mau Mas kamu saja yang membereskannya bersama anak-anakmu ini"
"Mawar kita itu harus kompak, jangan seperti ini. Kamu tahu kan sekarang suamimu ini sedang di bawah seharusnya kamu mendukung suamimu. Jangan manja Mawar "
"Tidak tidak aku tidak mau, seharusnya suami itu membahagiakan istri bukannya menyusahkan istri seperti ini, yang harus beres-beres tempat yang begitu kumuh dan tidak nyaman untuk ditinggali. Lihat tempat tidur saja tidak nyaman aku bisa sakit badan kalau tidur di sana. Jangan buat aku menyesal karena pernah menikah dengan kamu Mas"
Setelah mengatakan itu Mawar segera masuk kedalam kamarnya, bahkan sampai menutup pintu dengan kencang.
Damian hanya bisa sabar dengan tingkah istrinya kalau Damian menanggapinya kapan rumah ini akan bersih.
"Jadi bagaimana kalian mau kan membantu Ayah" Damian menatap satu persatu anaknya.
Anya langsung mundur dan memasang wajah menyebalkan "Tentu saja Anya tidak akan pernah mau Ayah. Mama saja tidak mau, apalagi Anya ga mau ya pokoknya Anya mau rumahnya bersih dan ada pelayannya seperti di rumah yang dulu. Kamar nyaman tak berdebu seperti sekarang sungguh bisa-bisa aku malah akan sakit tinggal disini"
Giliran Anya sekarang yang pergi. Andi begitu kasihan dengan Ayahnya seharusnya keluarganya ini kompak bukannya malah saling tidak mau untuk membereskan rumah.
"Ya sudah Laura, Andi kalian bagi tugas yuk untuk membereskan rumah " akhirnya Damian tidak bisa memaksa anak dan istrinya lagi, di sini hanya tinggal Andi dan juga Laura.
"Kata siapa Laura mau bantu beres-beres, Anya sama tante saja bisa nolak kenapa aku ga bisa. Aku ga mau"
"Kamu jangan keras kepala Laura, ini tuh demi kehidupan kita demi rumah yang nyaman kamu jangan egois bantu Ayah dan juga Andi untuk membereskan rumah ini. Kalau terus begini tak akan beres ayo Laura"
"Loh loh kok kalau lagi susah minta bantuan aku, terus kalau kalian lagi senang-senang lagi makan malam di luar, lagi ngerayain ulang tahun kalian masing-masing apakah ada yang peduli sama aku. Bahkan seumur hidup ulang tahunku tidak pernah dirayakan oleh kalian. Kalian hanya menganggap aku ini adalah sebuah patung yang tidak perlu dihiraukan, lalu saat susah seperti ini aku harus bantu-bantu sepertinya tidak. Ayah saja bersihkan rumah ini bersama keluarga kecil Ayah yang bahagia itu"
Emosi Laura begitu menggebu-gebu, tidak mau kebablasan sampai-sampai menyakiti hati Ayahnya Laura pergi. Meskipun Ayahnya sudah banyak menyakiti hatinya tapi ada sedikit hati nuraninya yang mengatakan untuk tidak terlalu keras dan menyakiti hati Ayahnya.
Damian menghela nafasnya menatap Andi dengan senyum yang dipaksakan, akhirnya mereka membereskan rumah berdua tanpa bantuan siapa-siapa lagi. Tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu.
"Ya cari siapa "tanya Damian saat melihat orang-orang di luar membawa furniture dan ada orang-orang juga yang membawa alat kebersihan.
"Kami di sini disewa oleh Nona Laura untuk membersihkan rumahnya Pak "
Damian langsung tersenyum gembira, ternyata Laura malah memesankan orang-orang untuk membersihkan rumah ini dan Damian begitu bersyukur mendengarnya.
"Baiklah baiklah ayo bersihkan rumah ini" Damian sampai antusias.
Orang-orang itu mengeryitkan dahinya "Tapi kami_" belum juga orang-orang itu menyelesaikan kata-katanya Laura sudah keluar.
"Ayo sini sini kamarku di belakang, yang harus kalian bersihkan adalah kamarku saja tidak dengan rumah ini ayo cepat aku ingin segera istirahat "
Tadinya Damian yang senang langsung muram, sebelum anaknya pergi Damian segera menghentikannya "Jika kamu memang menyewa seseorang untuk membersihkan rumah kenapa tidak semuanya Laura dan hanya kamarmu saja. Lalu untuk furniture itu kamu uang dari mana kenapa kamu bisa beli barang-barang itu"
"Aku punya tabungan, aku punya uang lalu apa salahnya kalau aku ingin hidup nyaman dengan barang-barang yang mewah yang jarang ada di rumah yang pernah Ayah berikan padaku. Maka di sini aku ingin kamarku terlihat nyaman dan enak untuk ditinggali olehku. Untuk masalah orang yang membersihkan rumah ini ya aku hanya ingin membersihkan kamarku saja tak ada yang salahkan"
"Laura kamu jangan seperti itu pada Ayah, kita ini keluarga " bentak Andi yang tak suka dengan sikap Laura yang seperti ini.
"Keluarga? Keluarga macam apa Andi, seharusnya kalian semua itu merangkulku bukan selalu membullyku, selalu menyiksaku saat aku melakukan kesalahan padahal aku juga tidak melakukan itu. Kalian terlalu percaya dengan omongan orang lain dan tidak percaya dengan aku jadi sekarang nikmati, aku tidak bisa terlalu baik pada orang-orang yang telah menyakitiku"
Laura menatap orang-orang yang ada di luar yang menunggu untuk segera di suruh masuk. Segera Laura menyuruh mereka untuk membereskan barang-barangnya dan memasukkan ke kamar belakang.
Damian yang melihatnya sungguh sakit hati, padahal dulu Damian tidak pernah membeda-bedakan antara Laura, Anya dan juga Andi tapi kenapa Laura bisa berubah secepat ini. Dia benar-benar tidak bisa membantu keluarga saat dirinya terpuruk seperti ini. Laura benar-benar tidak bisa menjadi anak yang diandalkan.
Setelah kamarnya selesai Laura begitu senang. Akhirnya Laura bisa tidur nyaman di sini dan menghabiskan waktu di kamar ini juga dan Laura tidak perlu berinteraksi dengan keluarganya itu yang selalu saja merendahkannya.
Tempat ini sangat nyaman, Laura segera berbaring dan memainkan ponselnya semuanya sudah bersih, kamarnya sudah wangi tempat tidurnya nyaman. Pakaian bahkan sudah dirapihkan tidak perlu ada yang Laura kerjakan semuanya sudah selesai.
Ternyata hidup seperti ini menyenangkan uangnya masih, banyak tabungannya akan cukup sampai nanti kuliah ataupun sampai hidup sendiri pun nanti cukup karena warisan Ayahnya itu juga banyak. Belum lagi tabungannya sendiri yang diambil dari rumahnya Almira.