Karya ini hanya fiksi bukan nyata. Tidak terkait dengan siapa dan apapun.
Elyra Celeste Vesellier, putri bungsu dari Kerajaan Eryndor. Lahir di tengah keretakan hubungan orang tuanya, ia selalu merasa seperti bayangan yang terabaikan.
Suatu hari, pernikahan nya dengan Pangeran dari kerajaan jauh yang miskin ditentukan. Pukulan terbesarnya saat dia mengetahui siapa gadis yang ada dihati suaminya. Namun, Elyra pantang menyerah. Dia akan membuktikan jika dialah yang pantas menjadi Ratu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Solace, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
"Ceddy!".
Begitulah cara Sierra memanggil Cedric, suaranya terdengar lembut dan ceria. Dengan senyum ceria, dia berlarian kecil mendekati Cedric yang sedang berdiri di dekat jendela, memandangi pemandangan indah di luar.
Cedric menoleh, tertawa kecil mendengar panggilan manja itu. Sebelum sempat melanjutkan percakapan, Sierra sudah memeluknya dari belakang. Tangan nya melingkar erat di pinggang Cedric. Cedric merasa begitu damai salam pelukan Sierra.
Cedric membalikkan tubuhnya, membalas pelukan Sierra.
"Sierra-ku sangat cantik hari ini", ucap Cedric lembut.
Seperti itulah cara Cedric memuji Sierra setiap harinya. Saat Cedric menatap Sierra lembut, tiba-tiba wajah ceria Sierra berubah menjadi sendu.
"Ada apa? Ada sesuatu yang menggangumu?", Cedric menangkup pipi Sierra dengan kedua tangan nya.
Sierra menatap Cedric semakin dalam. Matanya yang berkaca-kaca, meneteskan air mata dari ujung matanya.
"Katakan padaku, Sierra", suara Cedric penuh dengan kekhawatiran.
"Tidak... tidak ada apa-apa, Ceddy", ucap Sierra dengan nada gugup.
Cedric tetap diam. Dengan tenang menunggu sang gadis untuk berbicara lebih banyak.
"Aku... aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku takut Ceddy", suara Sierra bergetar.
Sierra menangis tersedu-sedu. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tentu saja, hal tersebut membuat Cedric khawatir.
Segera Cedric membawa Sierra ke dalam pelukan nya.
"Apa yang membuatmu takut. Katakan padaku", desak Cedric.
"Ini mengenai Yang Mulia Putri Elyra..".
Cedric melepaskan pelukan nya. Dia menggenggam pundak Sierra pelan.
"Apa yang dilakukan perempuan itu padamu?", tanya Cedric tajam
Dengan ragu dan suara parau. Sierra akhirnya menceritakan apa yang terjadi di hari pesta teh waktu itu. Tentunya sudah dibumbui oleh Sierra menjadi lebih menarik lagi.
Cedric terlihat sangat marah. Dia mengepalkan tangan nya erat. Namun, saat melihat Sierra, wajahnya kembali lembut.
Cedric mengusap air mata Sierra dengan lembut. Kemudian membawa Sierra kembali dalam dekapan nya.
"Jangan takut, aku selalu ada disini untukmu, Sierra-ku", Cedric mengusap punggung Sierra lembut.
Dia melanjutkan, "kamu tidak perlu terlalu hormat pada Lyra".
Sierra mengangguk lemah. Dalam dekapan Cedric, dia menyeringai penuh arti. Kemudian melepaskan pelukan mereka.
"Ceddy, aku.. aku ingin tinggal di istana", Sierra mengusap perutnya yang datar.
...****************...
Gadis bergaun kuning itu berjalan ke arah taman bunga kota. Bersama kedua pelayan setianya yang mengikuti di belakang.
Gadis itu membuka cadar yang menutupi wajahnya. Gadis itu tersenyum, dia mengulurkan salah satu tangan nya pada seorang pria berjubah merah di hadapan nya.
Pria itu berdecak, dia menggelengkan kepalanya. Dia mengambil sebuah kotak beludru bewarna biru dari kantung jubahnya. Kemudian menyerahkan kotak tersebut pada gadis itu.
Charlotte menerimanya dengan gembira. Dibukanya kotak tersebut, sebuah cincin bertahta baru ruby merah berada di dalamnya. Cincin itu sangat cantik ketika melingkar di jari Charlotte.
Charlotte mengangkat tangan nya. Senyumnya mengembang semakin lebar. Baru ruby itu menyala indah dibawah sinar matahari.
"Cincin itu sangat cocok untuk anda, My Lady", ucap salah satu pelayan nya.
"Benarkah?", ucap Charlotte, dia terus tersenyum.
Pria itu menatap Charlotte jengah.
"Kamu bisa meminta tuan Wilberth untuk membelinya. Beliau pasti akan memberikan apapun untukmu", ucap pria itu.
Charlotte menatapnya sinis.
"Akhir-akhir ini Yang Mulia Raja membutuhkan ayah untuk membantunya menangani masalah di perbatasan", Charlotte memberikan kotak beludru kosong itu pada pelayan nya.
Dia melanjutkan, "hanya kamu disini yang pengangguran. Jadi hanya kamu yang bisa bebas berkeliaran di luar kota".
Charlotte dan pria itu adalah teman lama. Teman sejak masa kanak-kanak. Bahkan kedua orangtua mereka sempat berpikir untuk menjodohkan mereka.
"Ini adalah bayaran yang setimpal untuk pekerjaan ku. Tidak banyak orang yang bisa dekat denganku, ingat itu", Charlotte melirik pria itu dengan sinis.
"Huh.. kamu selalu berbicara tidak sopan denganku", ucap pria itu.
"Aku tidak perlu bicara dengan sopan pada Pangeran tidak berguna sepertimu", cibir Charlotte.
Seperti itulah pertengkaran kecil diantara mereka berdua. Hampir setiap kali bertemu, mereka akan selalu bertengkar. Charlotte juga tidak pernah berbicara dengan formal pada pria itu. Padahal kedudukan pria itu lebih tinggi.
"Baiklah, karena aku sudah memberikan nya padamu, aku pergi sekarang", ucap pria itu.
Pria itu berjalan tanpa menghadap Charlotte. Namun, sebelum pria itu pergi terlalu jauh, Charlotte memanggilnya.
"Tunggu!", panggil Charlotte, "apa kamu menyukai Yang Mulia Putri Elyra?".
Pria itu berhenti. Dia sedikit menoleh ke belakang.
"Dia tidak suka dipanggil Elyra. Panggil dia Putri Lyra", ucap Ethan, dia kembali melangkah.
...****************...
pabtes az d buang m kluarganya
hadeeehhh ,, gk ada perlawanan