JANGAN BOOM LIKE 🙏🏻
Di tengah kehancuran yang ditinggalkan oleh amukan Liora Ravenscroft, putri bungsu dari Grand Duke Dimitri Ravenscroft, ruangan berantakan dan pelayan-pelayan yang ketakutan menggambarkan betapa dahsyatnya kemarahan Liora. Namun, ketika ia terbangun di tengah kekacauan tersebut, ia menemukan dirinya dalam keadaan bingung dan tak ingat apa pun, termasuk identitas dirinya.
Liora yang dulunya dikenal sebagai wanita dengan temperamental yang sangat buruk, kini terkejut saat menyadari perubahan pada dirinya, termasuk wajahnya yang kini berbeda dan fakta bahwa ia telah meracuni kekasih Putra Mahkota. Dengan mengandalkan pelayan bernama Saina untuk mengungkap semua informasi yang hilang, Liora mulai menggali kembali ingatannya yang tersembunyi dan mencari tahu alasan di balik amukannya yang mengakibatkan hukuman skors.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosalyn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TAKUT KETINGGIAN
...13...
Setelah ketegangan yang seakan menggantung di udara, suara lembut irama musik mulai mengalun. Para tamu di ruangan itu mendadak diam, menyadari bahwa dansa akan segera dimulai. Cahaya lilin berkilauan di antara permadani merah dan emas, menciptakan suasana yang lebih hangat, meski ketegangan di antara para bangsawan masih terasa kuat.
Nichol menoleh sekilas ke arah Liora, tanpa banyak berkata-kata. Namun, tatapan mata mereka saling berbicara, seolah mengisyaratkan bahwa mereka siap untuk langkah selanjutnya. Dengan gerakan anggun, Nichol menawarkan tangannya kepada Liora.
"Sudah saatnya kita membuat kesan lain malam ini," ucap Nichol dengan nada pelan, penuh percaya diri.
Liora menatapnya sebentar, lalu tanpa ragu menyambut uluran tangan kakaknya. Mereka melangkah bersama menuju tengah ruangan, di mana lantai dansa telah dipersiapkan. Langkah mereka begitu seirama, membuat setiap mata di ruangan itu kembali tertuju pada mereka.
Ketika keduanya mencapai tengah lantai dansa, musik mulai mengalun lebih keras. Dalam satu gerakan yang begitu sinkron, Nichol menarik Liora lebih dekat dan mereka memulai dansa pertama mereka. Langkah mereka begitu teratur dan anggun, menampilkan keselarasan yang mengagumkan. Gaun Liora berputar lembut mengikuti gerakan tubuhnya, sementara tatapan dingin dan tajam Nichol membuat semua orang tak bisa memalingkan mata.
Sorakan kecil terdengar dari beberapa tamu, namun suasana tetap penuh dengan decak kagum. Semua orang menyaksikan dua saudara ini menari dengan sempurna, mencuri perhatian yang sebelumnya tertuju pada intrik sosial yang mengelilingi mereka. Tak ada lagi cibiran, hanya kekaguman yang tersisa.
Aurelia, yang masih berdiri di tepi lantai dansa, memandang keduanya dengan ekspresi kaku. Meski senyumnya tetap terjaga, jelas terlihat bahwa Aurelia tidak senang. Dia telah berencana untuk merusak malam ini bagi Liora, namun, sebaliknya, kakak beradik itu justru mengambil alih perhatian dengan cara yang jauh lebih elegan daripada yang dia perkirakan.
"Lihat mereka," bisik salah satu bangsawan wanita di dekat Aurelia, "mereka benar-benar mencuri perhatian semua orang."
"Memang benar, ini bukan hal yang sering kita lihat," sahut yang lain, suaranya terdengar penuh rasa kagum. "Putri Liora terlihat begitu berbeda malam ini... lebih kuat dan mempesona."
Aurelia tetap tersenyum, meski di dalam hatinya ada rasa frustrasi yang perlahan membuncah. Dia tahu Liora telah memenangkan pertempuran sosial ini, setidaknya untuk sementara.
Sementara itu, di lantai dansa, Liora merasakan kekuatan dari setiap langkahnya, setiap putaran, dan setiap tatapan kagum yang diberikan padanya. Dia tidak lagi merasa seperti sosok yang harus bersembunyi di balik bayang-bayang. Malam ini, bersama Nichol, dia berdiri di pusat perhatian, menunjukkan bahwa dirinya tidak dapat lagi diremehkan.
Ketika dansa berakhir, Nichol membungkuk sedikit, memegang tangan Liora, sementara para tamu memberikan tepuk tangan yang cukup meriah. Dengan langkah anggun, mereka kembali ke posisi mereka semula, meninggalkan lantai dansa yang kini terasa kosong tanpa kehadiran mereka. Tersenyum kecil, Liora berbisik pada Nichol, "Sepertinya kita berhasil mencuri pertunjukan."
Nichol hanya tersenyum tipis, tatapannya tetap waspada pada segala yang terjadi di sekelilingnya. "Ini baru permulaan, Liora. Kita belum selesai."
“Terlalu banyak memulai, sejak kapan kau suka memulai sesuatu seperti ini?” cibir Liora.
“Sejak saat aku menjadi partner dansa mu. Kau tahu, sudah sejak lama aku menantikan momen itu, tapi kau tak pernah menyetujuinya...” ucap Nichol lemas di sela-sela tarian yang memukau.
“Benarkah? Kupikir kau hanya bercanda, makanya aku tak pernah setuju.” Liora tersenyum tipis, lalu melanjutkan, “Tapi lihat sekarang, siapa sangka aku akhirnya terpaksa menjadi partner dansa mu. Jangan terlalu bangga, Nichol.”
Nichol tersenyum lebar, merasa bahwa perkataan Liora jauh lebih berharga daripada pujian para bangsawan. Dia sangat senang mendengarnya, lebih daripada sekadar sanjungan. Langkah demi langkah, mereka menari mengikuti alunan musik, hingga lagu kedua berakhir dengan sempurna.
“Aku lelah mengikuti gerakanmu yang energik, Nichol,” bisik Liora sambil menipiskan matanya ke arah sang pelaku.
“Ingin istirahat?” Nichol mengulurkan tangannya pada Liora. Setelah berpikir sejenak, Liora menerima uluran tangan Nichol, dan mereka pun pergi ke balkon untuk beristirahat.
Saat mereka melangkah, para bangsawan berusaha mendekat untuk berbasa-basi. Namun tiba-tiba, sebuah dinding transparan terbentuk, menghalangi mereka mendekati Nichol dan Liora. Dengan terpaksa, mereka harus mengubur niat mereka.
“Setiap acara selalu berakhir seperti ini, bukan?” bisik Liora lelah, bersandar pada pagar di ujung balkon.
Nichol menatap wajah sang adik dan tersenyum lembut. “Kau ingin pergi dari sini?” tanyanya, lalu melanjutkan, “Aku bisa membawamu terbang dari sini, lalu kita pulang.”
“T-Tidak... Tunggu dulu, Nichol. Bagaimana bisa kita terbang?” Liora panik. Meski dia tahu bahwa sihir bisa memungkinkan mereka melayang, ketakutannya pada ketinggian membuatnya ragu. “Aku tidak mau... Kalau jatuh, bagaimana?”
“Tenang saja, peluk aku erat-erat, adikku!”
Mereka mulai melayang di udara, bersamaan dengan suara pekikan Liora yang menggema di kejauhan. Orang-orang yang mendengar teriakan itu segera memeriksa balkon, khawatir sesuatu terjadi. Namun, di sana tak ada siapa pun. Suara itu milik siapa? Apakah seseorang diculik? Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi pikiran mereka.
“Nichol! Kau hampir membuat jantungku copot. Turunkan aku sekarang!” kesal Liora sambil mencubit kecil lengan Nichol.
“Au... Liora, ini sakit, berhentilah. Kita tidak bisa turun sekarang,” Nichol terkekeh, lalu melanjutkan, “Jangan-jangan... Kau... takut ketinggian?”
Mata Liora terbelalak. “T-Tidak... Siapa bilang begitu?” bantahnya, tidak berani menatap wajah Nichol.
“Kau takut ketinggian, kan?” goda Nichol sambil cekikikan melihat tingkah Liora yang menggemaskan.
“Berhenti mengejekku! Cepat bawa aku pulang, aku sudah lelah…” Pipi Liora memerah, menahan malu karena rahasia kecilnya terungkap; ia takut ketinggian.
Hal itu tak luput dari gelak tawa Nichol yang terdengar semakin keras. Pipi Liora semakin memerah karena malu. Rasanya sangat memalukan ketika rahasia yang memalukan diketahui oleh saudara sendiri. Dia tahu, pasti akan mendapatkan ejekan sepanjang hidupnya karena ini.
Dan begitulah acara tersebut berakhir, diakhiri oleh dua tamu istimewa yang melarikan diri lewat udara. Bahkan, para bangsawan kesulitan mencari keberadaan mereka yang tiba-tiba saja menghilang.
Kejadian itu menjadi pembicaraan hangat di kalangan bangsawan, terlebih lagi di kalangan rakyat biasa. Tak lama kemudian, surat kabar yang memberitakan tentang keduanya tersebar luas. Berbagai judul artikel memenuhi halaman surat kabar di antara para pencetak, menjadikannya sangat laris di Kekaisaran Valoria.
Surat kabar itu memuat berita tentang penyihir agung yang tiba-tiba mendatangi pesta yang selama ini selalu ia hindari, atau berita tentang ketertarikan penyihir agung pada Putri Aurelia sehingga ia rela menghadiri pesta yang sebenarnya tidak ia sukai. Berbagai rumor, baik yang benar maupun salah, tercampur dalam surat kabar yang sama.
Namun yang lebih menarik perhatian adalah berita tentang Liora, mantan tunangan Putra Mahkota, yang secara mengejutkan hadir di pesta dengan penampilan yang memukau, terutama gaun yang ia kenakan malam itu.
^^^TO BE CONTINUED^^^