Gadis Desa yang memiliki kakak dan adik, tetapi dia harus berjuang demi keluarganya. Ayahnya yang sudah usia di atas 50 tahun harus dia rawat dan dijaganya karena ibunya telah meninggal dunia. Adiknya harus bersekolah diluar kota sedangkan kakaknya sudah menikah dan memiliki keluarga yang sedang diuji perekonomiannya.
Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ♡♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
"Ayah ingin menikah lagi." ucapnya terjeda, ayah Ahmad menatap ekspresi ketiga putrinya. "Ayah ingin jika dihari tua ayah, ayah memiliki teman hidup nak. Karena kalian sudah besar, nanti kalau kalian ketemu dengan jodoh kalian maka ayah akan sendirian." ujarnya lembut.
"Aku gak setuju ayah." sahut Hasna cepat. Dia tidak bisa menjelaskan alasannya tapi dari raut wajahnya dia kecewa begitu dalam dengan sang ayah.
Husna, dia sudah menangis. Anak tomboy menangis ketika ayahnya meminta izin untuk nikah lagi. "Aku gak mau punya ibu Tiri ayah, apalagi saudara Tiri... Hiks hiks....." jawab Husna sambil menangis.
Ayah Ahmad menarik nafas panjang, semua terasa berat karena ternyata kedua anaknya belum setuju jika dirinya menikah lagi. Ayah menatap Hana yang hanya mengangkat kedua bahunya.
Kalau Hana sudah tahu jika ayahnya akan menikah lagi. Hana juga pernah menyarankan kepada sang ayah. "Jika ayah ingin menikah lagi, Hana izinkan. Tapi Hana gak tahu, adik-adik akan setuju atau tidak!" ujar Hana sebelumnya.
Yang Hana pikirkan adalah keadaan ayahnya yang sudah tua, tidak mungkin juga dia akan selalu merawat ayahnya. Apalagi ayah Ahmad lebih suka di kampung daripada di kota.
Semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Ayah masih diam, begitu juga Hana. Hasna dan Husna menangis menuju kamarnya. Mereka berpelukan mengingat sang ibu.
"Aku gak mau punya ibu tiri kak, apa kakak mau?" tanya Husna menatap Hasna yang ada di depannya. Mereka duduk ditepi ranjang di kamar Husna.
"Kakak juga de, tapi kak Hana diam saja. Mungkin dia setuju." ujar Hasna terpukul. Dia kecewa dengan keputusan sang ayah yang menurutnya secepat itu mau menikah lagi.
"Kak Hana diam saja, berarti dia sudah tahu sebelumnya." batin Hasna bertanya-tanya sendiri. "Sudah, Husna jangan sedih ya! Nanti ibu sedih kalau lihat kita sedih." ujar Hasna menguatkan.
Mereka keluar kamar menemui ayah dan kakaknya. "Hasna, Husna, ayah masih mau bicara serius nak." ucap ayah Ahmad ketika anaknya sudah mulai tenang.
"Ayah minta maaf kalau keputusan ayah ini menyakiti kalian. Ayah punya alasan kuat kenapa ayah harus menikah lagi nak. Pertama, ayah di rumah sendirian, kalian semua sibuk dengan pendidikan."
"Kalau ayah sendiri di rumah, nanti kalian tidak fokus dengan pendidikan kalian. Jadi kalau ayah nikah lagi, kalian bisa tenang karena ayah ada temannya. Kedua, ayah sudah tua nak! Kalian punya masa depan, kalian gak mungkin selalu bersama ayah nak."
"Ketiga, ketika kalian menikah nanti, ayah ada teman untuk diajak komunikasi, berbagi pendapat nak." jelas sang ayah.
"Memangnya siapa wanita itu ayah?" tanya Hasna akhirnya buka suara. Ayah menatap putri keduanya dengan tersenyum.
"Dia janda dua anak. Kalian kenal dengannya nak! Dia tinggal di kampung sebelah, namanya Titik Saputri nak." jawab ayah Ahmad jujur.
"Anaknya pertama meninggal, anak kedua perempuan namanya Widiarti Saputri dan anak ketiga laki-laki namanya Yusuf Saputra." imbuhnya menjelaskan nama calon keluarga barunya.
"Ayah sangat tahu nama lengkapnya!" ucap Husna penuh selidik. Ayah tersenyum mendengar ucapan anak bungsunya.
"Kan ayah sudah pernah ke rumahnya nak. Namanya juga mudah diingat, dulu dia adalah teman masa kecil ayah." jawabnya.
"Kalau ayah nikah lagi, aku gak mau punya anak." ujar Husna menolak mentah-mentah. "Tapi kalau boleh Husna jujur, Husna lebih suka ayah gak nikah lagi." ujarnya cemberut.
Ayah Ahmad hanya menarik nafas panjang, dia gak pernah berpikir bahwa akan sesulit ini meminta restu pada putrinya.
Hari-hari berlalu, tanpa terasa kini waktunya ayah Ahmad pulang ke kampung M. Dengan bujukan dan rayuan sang ayah setiap hari, akhirnya mau tidak mau anak-anaknya memberikan restu.
"Ayah pulang ya! Kalian hati-hati disini." pamit ayah pada ketiga putrinya dan menantunya. Usai ayah Ahmad naik mobil, Hasna pamit ke kosnya. Sewa kos masih ada sekitar satu bulan lagi. Setelahnya dia akan ikut kak Hana di rumahnya.
"Kak, sebulan lagi aku tinggal disini boleh? Hanya sisa mengurus skripsi." ucap Hasna minta izin.
"Tentu saja boleh de. Nanti kakak yang akan minta izin pada kakak iparmu." jawab Hana tersenyum ramah.
Hari-hari berlalu kini saatnya Hasna pindah ke rumah Hana, sudah seminar hasil dan tinggal menunggu ujian akhir saja. Ayah pun sudah menikah lagi, tidak ada putrinya yang menghadirinya.
"Kamu betah disini de?" tanya Hasna. Mereka sedang berbaring sambil bercanda. Namun, pertanyaan Hasna kali ini serius.
Husna menatap kakaknya lalu duduk. "Betah sih, tapi kadang sungkan juga." Jawabnya jujur. Hasna pun ikut duduk.
"Begitu lah kalau ikut orang de, tapi ketika kita pulang kampung nanti kamu akan terbiasa dengan kehidupan kita yang sudah tidak seperti dulu lagi." ujarnya dengan senyum masam.
Husna mengangguk paham, mereka duduk di atas kasur dengan berhadapan. "Kak Hana sudah sibuk dengan keluarganya, ayah juga begitu. Tinggal kita berdua de, kamu kuat kan!" ujar Hasna lagi. Dia memeluk adiknya dengan erat saling menguatkan.
"Iya kak, aku kuat!" jawab Husna sambil sesenggukan. Hana mendengar tapi dia diam. Begitu lah kehidupan, ada yang datang dan pergi.
Usai dengan Skripsi, Hasna pulang kampung! "Aku pulang dulu ya kak, kakak baik-baik disini. Terima kasih selama disini kakak ada buat kami." pamit Hasna, dia akan pulang bersama Husna karena libur sekolah.
"Iya, salam buat ayah." jawab Hana dengan tersenyum menenangkan. Dia memberi uang pesangon kepada adik-adiknya. Tidak lupa membawakan oleh-oleh khas kota P.
"Terima kasih kak." ujar kedua adiknya bersamaan. Mobil mereka datang menjemput (angkutan umum), mereka berdua naik lalu melambaikan tangan kepada kak Hana.
"Sini de." ujar Hasna meminta Husna bersandar di pundaknya. Mereka akan pulang setelah dua bulan ayahnya menikah. Husna pun bersandar pada Hasna mereka saling menyayangi.
Setibanya di rumah, mereka turun di rumah lama. "Biar kecil, jelek tapi penuh kenangan manis." batin Hasna menatap rumahnya yang dua bulan terakhir tidak di tempati.
"Ayah tega meninggalkan rumah ini demi isteri barunya." batin Hasna lagi, dia amat kecewa! Tapi seperti ini lah hidup, tidak selamanya kita bahagia.
Hasna dan Husna masuk ke dalam rumah, membereskan dan membersihkan yang kotor. Mereka istirahat di kamar sang ibu yang penuh kenangan. "Kak, kangen ibu." ucap Husna lirih.
Hasna memeluk sang adik, tidak ada yang dapat dia katakan kecuali pelukan yang saling menenangkan. "Sabar ya! Besok kita ke makam ibu ya! Sekarang Husna mandi karena kakak mau ke rumah tante minta makanan." ucapnya.
Husna mandi, sedang Hasna meminta makanan masak di rumah tantenya. Saat malam mereka makan berdua dan tidur berdua. Ayah Ahmad belum datang untuk berkunjung karena rumah sang isteri di desa sebelah.
semangat kak hani /Determined//Determined//Determined//Determined/