Tawanan Cinta Big Bos

Happy reading

Mom olla sambil selingi kisah gio & gia ya🤗

Masih flashback

"Hai dude." gio tersenyum sambil menerima pelukan dari sahabatnya ketika bekerja disingapura dulu.

"Astaga gio untung saja kamu tadi pagi panggil aku kalau nggak pasti kita nggak bakal ketemu." ucap sumringah pria yang kini sudah duduk disamping gio.

Gio hanya terkekeh kecil.

"Ohh iya gimana kabarmu sekarang?" sambungnya sambil menuangkan cairan kuning kedalam gelas kecil lalu disodorkan ke gio.

"Ya beginilah." gio menjawab sambil menerima gelas yang disodorkan oleh sahabatnya.

"Ohh iya ngomong-ngomong apa kamu sudah berkeluarga?" tanya pria yang bernama miko tersebut, pria blasteran namun begitu fasih menggunakan beberapa bahasa, bahkan miko bisa menggunakan bahasa asal gio indonesia.

Glek.

"Yaa...putriku sudah 2 ko, yang pertama 11 tahun dan yang terakhir 6 tahun." jelasnya setelah menegak minuman alkohol tersebut.

"Wowww tidak ku sangka setelah beberapa tahun kita tidak jumpa kamu sudah punya anak 2 astaga, sulit untuk dipercaya." miko terbelalak kaget mendengar gio ternyata sudah memiliki keluarga bahkan punya anak.

Gio hanya terkekeh melihat ekspresi kaget sahabatnya yang lebih muda 5 tahun darinya itu.

"Kamu sendiri bagaimana? Apa sudah menikah?"

Pasalnya mereka bertemu saat gio pulang bekerja dan mendapati miko dihajar oleh beberapa pemuda nakal yang ternyata akan merampok miko dan dari sanalah mereka berkenalan hingga sering menghabiskan waktu jika gio selesai bekerja bahkan miko tidak mengetahui bahwa gio pada saat itu sedang tertarik dengan seseorang sebab kebersamaan mereka hanya selama sebulan karena memang miko seorang mahasiswa yang sedang berlibur sama seperti istrinya dulu.

"Belum, tapi aku akan menikah 1 bulan lagi." miko tersenyum tipis dan menegak lagi minuman tersebut.

"Wah...selamat kalau begitu." gio tersenyum lebar dan mengulurkan tangan untuk memberi selamat pada sahabatnya yang lebih muda darinya itu ya bisa dibilang miko sudah dianggap sebagai adiknya karena memang dia anak tunggal.

"Thanks." miko menyambut uluran tangan gio.

"Kalau tidak keberatan kamu bisa datang ke ausie, nanti ku tanggung semua biaya transport nya."

Gio menyandarkan tubuhnya disandaran sofa, sambil memindai suasana club yang semakin malam semakin ramai.

"Sorry ko, sepertinya aku tidak bisa datang karena pasti riweh sekali membawa 2 pasukan." gio memasang wajah yang tak enak hati pasalnya dia sendirian dan tidak mungkin membawa luna dan anna bepergian jauh.

"Why...kan ada your wife?" miko nampak mengeryit memandang wajah gio yang tiba-tiba berubah.

"Istriku sudah meninggal saat melahirkan putri kedua kami." jelasnya sambil menatap kearah miko.

"WHATT...sorry...sorry aku nggk tau." miko merasa tak enak hati dengan pertanyaannya tadi.

"It's okey."

"Jadi sekarang kedua putrimu sama siapa dirumah?" sambungnya.

"Ada bibik yang menjaga dirumah."

"Wah...sorry brother kalau ku tahu keadaannya begini mungkin lebih baik tadi aku yang berkunjung kerumahmu sekalian lihat para keponakanku." miko merasa tak nyaman sendiri sebab dialah yang mengundang pria yang ternyata duda tersebut.

"Tidak masalah, lain kali kalau kamu masih disini mampirlah kerumah."

"Oke...oke."

Mereka lantas melanjutkan obrolan ya tentu saja berbagi kisah masa lalu apalagi setelah pertemuan mereka disingapura.

Miko sudah menyuruh untuk gio pulang tapi ternyata gio merasa sungkan dan akhirnya gio menemani miko hingga mereka sama-sama mabuk, bahkan kini miko sudah dibawa oleh sopir yang memang disewanya sedangkan gio memutuskan untuk beranjak karena sudah terlanjur mabuk berat gio berjalan dengan linglung hingga tubuhnya hampir ambruk dan menabrak salah satu petugas dan petugas langsung membawa salah satu pelanggan tersebut kelantai atas dimana tempat ini memang dilengkapi dengan hotel.

Sedangkan diwaktu yang bersamaan seorang gadis tampak memegangi kepalanya yang teramat pusing, dia memutuskan untuk mengambil salah satu kamar karena tidak mungkin dia pulang dengan kondisi seperti ini takutnya terjadi sesuatu dijalanan.

"Terima kasih." gumamnya setelah menerima sebuah cardkey dari resepsionis.

Gadis tersebut naik kelantai yang dituju, dengan memegangi kepalanya yang semakin berdenyut nyeri, membuat gadis tersebut hampir terjatuh dan saat sudah tiba didepan kamar yang bertuliskan angka 109 dirinya menempelkan kartu tersebut namun gadis itu tampak mengeryit saat tidak mendengar suara sama sekali dan dia mencoba untuk memutar gagang pintu dan ternyata bisa terbuka.

Seolah tak ingin banyak berfikir, gadis bergaun hitam itu langsung masuk kedalam kamar yang ternyata kamar tersebut hanya bercahaya redup namun dia tak ambil pusing, dirinya lantas merebahkan tubuh seksinya diatas tempat tidur tanpa tahu bahwa disebelahnya ternyata sudah ada seseorang yang terlelap.

Dan bahkan dirinya juga tidak menyadari nomor kamar didepan bukan 109 melainkan 108.

gadis tersebut habis memenuhi undangan party yang diadakan salah satu teman kerjanya dan temannya itu merasakannya di club yang sama dengan gio.

Setelah beberapa saat, gio mengeryit dahinya dalam tidur, dirinya merasa ada sesuatu yang sedang meraba-raba dadanya dari balik kemeja hitam yang digunakannya itu bahkan kini tubuhnya terasa ada beban berat yang menimpanya hingga mau tidak mau matanya perlahan terbuka dan betapa kagetnya saat dia membuka ada seseorang diatas tubuhnya dengan rambut panjang yang menutupi wajah yang yang diyakininya seorang wanita sebab aroma yang keluar dari tubuh gadis yang menindihnya itu memiliki aroma manis.

"siapa kamu?" tanyanya dengan suara beratnya dan entah mengapa libidonya seakan meningkat mungkin karena wanita diatasnya itu.

Gadis tersebut mengerang kecil bahkan deru nafasnya seolah dirinya sedang tidak baik-baik saja.

"Tol..tolong akuh..sshhh.." suara gumaman membuat mata gio terpejam untuk menahan has rat yang semakin tak terkendali mungkin karena sudah kama dirinya tidak berhubungan badan membuat tubuhnya dengan cepat bereaksi apalagi gadis diatasnya itu kini kian agresif, bukannya tidak bisa melawan namun tubuhnya seolah menerima rang sangan yang diberikan oleh gadis yang tidak dikenalnya itu bahkan gadis tersebut menggesek-gesekkan bagian sensitif mereka.

Gio seolah hanyut dengan tindakan gadis diatasnya bahkan dia seolah tidak memikirkan hal lainnya saat ini fikirannya hanya ingin menuntaskan sesuatu yang sudah lama terpendam.

Dengan sekali tarik gadis tersebut kini sudah berada dibawah kungkungannya, matanya berkabut gai rah saat melihat tubuh gadis itu yang mengkilap karena keringat membuatnya tak sabar untuk menyusuri kulit putih mulus itu apalagi belahan dada yang rendah sungguh gio ingin menenggelamkan wajahnya diantara kedua gunung kembar yang sungguh terlihat menggiurkan itu.

"Jangan salahkan aku nona kalau malam ini akan menjadi malam panjang untuk kita." gumamnya sambil menyingkirkan helaian rambut gadis yang masih mendesis tersebut namun sayang gio tak dapat melihat dengan jelas wajah gadis tersebut karena gerakannya yang kesana kemari seolah menyulitkannya untuk memusatkan pandangannya namun satu yang dia kenali, dibelahan gadis tersebut memiliki sebuah tanda yang diyakini sebagai tanda lahir.

"Ahhhh panasssss...."

Besok lagi ya🤭🤭🤭