Rahmadhani gadis yang menikah setelah ia lama berpacaran dengan kakak kelas saat mereka SMA bernama Vino Subagyo Dua bulan pernikahan mereka Rahma tidak menemukan kebahagiaan dalam pernikahannya, mertuanya yang suka ikut ikutan dengan urusan pernikahan mereka berdua. Dan suami yang mulai berubah dari perangai dan sikapnya. Hingga akhirnya Rahma sering bertengkar dengan ibu mertuanya yang selalu memojokkan dirinya karena sang suami tidak pernah betah di rumah.
Rahma pun akhirnya memutuskan untuk mengambil peputusan dalam menyikapi polemik dalam rumah tangganya, sampai akhirnya Rahma menemukan kejangalan pada snag suami.
Lalu bagaimanakah kisah rumah tangga Rahma dan Fino? apakah Rahma akan mempertahankan rumah tangga nya atau ia akan menyerah dengan apa yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fazry Fazriyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembang Gula
Rahma begitu bahagia malam ini, setidaknya rasa rindunya selama dua bulan bisa dibayar tuntas oleh laki laki yang saat ini sedang bersamanya. Ya, laki laki yang selau mengisi hatinya 3 tahun belakangan, yang kini sudah menjadi kekasih halalnya di tiga bulan usia pernikahan nya.
"Aku mau kembang gula itu, kak!" Ucap Rahma saat melihat kembang gula warna warni yang berada tak jauh dari hadapan mereka.
Vino menganggukkan kepalanya dan berjalan mengikuti Rahma yang sudah berjalan terlebih dahulu meninggalkan Vino yang menyusul di belakang.
"Kakak mau?" Tanya Rahma yang sudah mendapatkan kembang gula yang sedang ia cicipi.
"Aku kurang suka kembang gula, selain rasanya terlalu manis, saat di dalam mulut juga rasanya lengket, bikin gigi sedikit ngilu." Jawab Vino yang melihat Rahma begitu sangat menyukai kembang gula di tangannya.
"Gak apa apa, kak. Cobain aja sedikit!" Paksa Rahma yang tetap di jawab dengan gelengan kepala tanda ia tidak menyukainya. "Ya sudah kalau kakak gak mau." Rahma terus mencubit kembang gula yang ada di tangannya.
Vino berjalan mendahului langkah Rahma dimana ia menuju sebuah permainan kora kora yang akan ia coba. Di sana sudah banyak orang yang duduk, tinggal menunggu permainan di mulai dna Vino membeli dua tiket untuk dirinya dan juga Rahma tanpa bertanya terlebih dahulu.
"Nia, ayo kita naik kora kora!" Ajak Vino antusias.
Rahma yang masih berjalan dengan kembang gula di tangannya seraya melihat Vino yang sedang mengambil tiket di sebuah tempat pembelian tiket.
Rahma bergegas menghabiskan kembang gula dan menuju sang suami yang menunggunya.
"Sebentar, kak!" Teriak Rahma sedikit berlari setelah ia membuang bungkusan permen kapas ke dalam bak sampah yang ada di dekat permainan.
Rahma pun meraih tangan Vino yang sudah siap untuk mengajaknya bermain kora kora. Dan akhirnya mereka pun duduk di bagian paling depan, dimana mereka berhadapan dengan orang yang ada di hadapan mereka, sedangkan Rahma duduk di bagian kiri Vino.
Permainan pun dimulai, awalnya berjalan lambat namun lama kelamaan permainan itu membuat jantung seakan ikut terbang. Rahma yang awalnya sedikit santai dan mencoba menghilangkan rasa takutnya, namun lama kelamaan ia merasakan tubuhnya yang mulai panas dingin, dan jantung yang turun naik ketika permainan itu sudah mencapai ketinggian yang cepat.
Tangan Rahma mulai dingin, dan ia pun mendengar teriakan teriakan dari kebanyakan wanita dan ada beberapa laki laki juga ikut berteriak, saat kora kora mulai naik turun. Rahma mencoba untuk bersandar di bahu sang suami.
"Kenapa kamu takut, Nia?" Tanya Vino yang melihat wajah Rahma yang sedikit pucat, lalu ia mengulurkan tangan kirinya seraya memeluk Rahma sebelah tangan.
Rahma menganggukkan kepalanya, dan menatap wajah Vino. Vino cukup tenang tak ada rasa takut ataupun hal lain yang ia rasakan saat ia menaiki permainan ini.
"Kalau kamu masih takut, coba aja kamu teriak biar rasa takut itu hilang!" Ucap Vino yang sedikit mengeraskan suaranya karena terlalu ramai orang orang yang berteriak, hingga ketika mereka berbicara memang harus dengan suara yang tinggi.
Rahma menggelengkan kepalanya, ia hanya bisa menutup kedua matanya dan memeluk laki laki yang ia cintai dengan erat. Walau dalam dirinya merasakan ketakutan, namun saat dengan seseorang yang ia cintai, rasa itu menghangat dan ketakutan yang memporak porandakan dirinya seketika berubah menjadi bunga bunga yang sedang bermekaran di hatinya. Ketika tangan Vino memeluknya erat dirinya dengan penuh kehangatan. Deta jantung Vino dapat Rahma rasakan saat ini, karena telinga Rahma saat ini menempel di dada bidang Vino.
"Permainannya sudah mau selesai." Ucap Vino yang membuat Rahma merasa lega, hanya di jawab anggukan oleh Rahma.
Beberapa saat kemudian kora kora itu pun berhenti tanda permainan sudah selesai, banyak wanita yang mengeluh karena rasa takut, bahkan ada yang merasa pusing dan nyaris akan mengeluarkan sesuatu dari dalam mulutnya.
Vino dengan erat memegang tangan Rahma saat dirinya akan turun dari permainan yang sudah membuat jantung Rahma berolah raga malam malam.
"Kamu gak apa apa kan, Nia?" Tanya Vino saat melihat Rahma begitu lemas.
"Gak" Jawab Rahma singkat. Karena ia sedang mencoba untuk menstabilkan dirinya. Entah setiap naik kora kora ia pasti akan merasakan hal seperti ini. Dulu ia pernah mencoba permainan ini dengan Delia sahabatnya, ya walau kora kora nya tak sebesar saat ini.
"Kamu tunggu di sini, aku cari minum dulu ya!" Titah Vino seraya pergi dari harapan Rahma untuk mencari pedagang yang menjual minum kemasan.
Rahma memijat keningnya yang serasa pusing, saat ia mencari sesuatu di dalam tasnya sialnya tas itu malah jatuh dari tangannya. Sehingga saat ia akan mengambil tas itu jari Rahma terinjak oleh kaki orang yang sedang lewat.
"Awww!" Teriak Rahma dengan mengibaskan jari jemarinya yang terasa sakit.
Orang yang menginjak tangannya sepertinya tidak mengetahui sehingga Rahma hanya bisa melihat punggung sepasang muda mudi yang sedang berjalan berdua sambil merangkul satu sama lain.
"Minumlah dulu, biar kamu gak terlalu lemas!" Vino menyodorkan satu buah botol minuman kemasan ke hadapan Rahma. "Kalau kamu takut kenapa kamu gak nolak tadi? Hah?." Vino memutar tutup boto berwarna biru lalu ketika sudah berhasil ia buka ia serahkan kepasa Rahma.
"Dulu Nia pernah naik permainan itu sama Delia dan Kiki... tapi gak separah ini rasa lemesnya.
" Ya sudah, habis ini kita langsung pulang aja!" Ucap Vino yang ingin segera membawa Rahma untuk pulang.
"Tapi kak_"
"Gak ada tapi, tapian... kita pulang sekarang." Ketus Vino, dimana Rahma merasa kecewa karena dirinya masih ingin berlama lamaan di pasar malam kali ini.
"Kapan kapan kita bisa balik lagi ke sini." Vino berjalan terlebih dulu setelah ia mengucapkan kata kata tadi.
.
.
.
"Gimana makan malamnya?" Tanya papah Nugraha saat Rahma dan tiba di rumah.
Rahma mencium tangan Papa Nugraha Seraya berkata. "Alhamdulillah, makanan di sana enak enak, pah." Jawab Rahma yang terlihat pucat.
Vino duduk di dekat Papa Nugraha. "Tadi setelah makan malam kita mampir ke pasar malam. Baru aja naik kora kora, Nia udah nyerah duluan." Vino menanggapi pertanyaan sang papah pula.
"Kok, bisa? kan ada Vino bukan yang nemenin kamu, Rahma?" Tanya Nugraha antusias.
Rahma merasa malu dengan papah mertuanya dikala sang suami menceritakan kejadian tadi saat di pasar malam.
"Gak tau tuh, Nia... kirain Vino dia berani... ehh baru beberapa menit permainan dia udah pucat, pusing katanya." jawab Vino yang mendapatkan isyarat dari Rahma agar tidak menceritakannya lagi ke pada sang papah mertua.
"Pantes muka kamu sampe pucat begitu, nak... sudah istirahat sana!" Nugraha pun bangkit dari duduknya.
"Mamah kemana, pah... kok gak keliatan?" Tanya Vino yang tak melihat amara bersama sang papah.
"Mamah kamu sudah tidur, liat aja sudah jam berapa sekarang... mamah kamu jam sembilan aja sudah masuk kamar... ya sudah papah mau istirahat dulu ya, Vino... Rahma." Nugraha berjalan menuju kamar miliknya dan sang istri yang ada di lantai satu.
.
.
"Kak, mau mandi dulu... biar Nia siapkan baju tidurnya?" Tanya Rahma dimana saat ini mereka sudah ada di dalam mereka.
"Kamu aja yang bersih bersih dulu,... aku mau istirahat sebentar." Jawab Vino yang sudah duduk di sofa dekat tempat tidur.
"Ya sudah,... Nia taruh baju tidur kakak di tempat tidur ya, Nia bersih bersih dulu." Rahma pun menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Vino yang sedang duduk di sofa seraya memijit keningnya yang mungkin sedikit pusing lalau ia menatap ponselnya dimana sebuah pesan singkat masuk. Entah pesan dari siapa yang ia terima. Sehingga ia mengerutkan kening dengan tiba tiba saja seseorang di sebrang sana menelpon dirinya.
Vino berjalan ke arah balkon saat ia menerima telepon, entah dengan siapa ia berbicara di sana. Cukup lama ia berbicara dengan seseorang lewat gawai nya sehingga Rahma yang sudah selesai pun mencari keberadaan sang suami yang tak terlihat di sofa.
"Loh, kemana kak Vino... bukannya tadi duduk di sofa ya?" Rahma memberikan pertanyaan kepada dirinya sendiri.
Saat ia mencari cari sang suami, terdengar suara Vino yang berasal dari balkon. Dan Rahma bisa menebak kalau sang suami saat ini sedang berbicara di telepon dengan seseorang.
"Ya pokoknya gue akan penuh in janji gue ke lo... ya udah besok lo datang aja ke kantor gue... awas lo jagan macem macem ya!"
Rahma sekilas mendengar ucapan Vino saat dirinya akan mendekati balkon. Vino yang membelakangi pintu yang menuju atas balkon tak menyadari akan ke hadiran Rahma saat ini. Hingga saat ia membalikan badan ia melihat Rahma yang berdiri persis di belakangnya, dimana Rahma sudah mengenakan baju tidur berwarna maroon serta kepala yang masih tertutup jilbab instan berwarna hitam.
"Nia?" Tanya Vino yang seakan tubuhnya membeku saat melihat sang istri begitu dekat dengannya. "Apa dia denger obrolan aku dan Maureen, sejak kapan dia ada di belakangku?" Kali ini bathi nya yang berbicara, dengan kedua mata yang terbelalak karena terkejut dengan kehadiran Rahma.
"Kak Vino, mau Nia buatkan teh hangat?" Tanya Rahma yang sebenarnya ia hanya mendengar perkataan Vino yang terakhir. Vino menggelengkan kepalanya saat Rahma menawarkan minuman yang akan ia buatkan untuk Vino.
"Kamu sudah lama ada di sana, Nia?" Pertanyaan itu Vino ulang kembali untuk memastikan apakah Rahma mendengar perkataanya di telepon dengan Maureen atau tidak. Tapi dari cara Rahma menawarkan minuman kepadanya sepertinya Rahma tidak mengetahui apa yang dibicarakan Vino dengan Maureen.
aku butuh dukungan kalian... tebarkan mawar indah kalian... terima kasih😘💕
lanjut thor 🙏💪😘
lanjut thor 🙏💪😘
lanjut thor 🙏💪😘
semangat terus thor /Determined/